Seperempat Abad PKMK: “Resolusi: Regenerasi dan Resiliensi”

PKMK-Batu. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada telah memasuki usia yang ke-25 pada tahun ini. Di usianya yang menginjak seperempat abad, PKMK menyelenggarakan pertemuan tahunan di Batu, Malang; pada  16 Maret 2023 dengan mengusung tema 3R-2023 (Resolusi: Regenerasi dan Resiliensi). Pertemuan tahunan dibuka dengan sambutan Direktur PKMK FK-KMK UGM, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS, sekaligus memoderatori sesi berikutnya. Dalam sambutannya Andreasta berpesan agar PKMK sebagai pusat kajian di FK-KMK dan UGM, bisa selalu mendukung program fakultas dan universitas. PKMK juga diharapkan dapat bersinergi dengan program studi Health Policy Management (HPM) FK-KMK UGM, karena berada dalam satu konfigurasi. Andreasta juga berharap pertemuan tahunan PKMK ke-25 juga menjadi talent pool sebagai upaya regenerasi di PKMK, serta muncul ide-ide inovasi yang out of the box, breakthrough, dan inovatif.

Setelah resmi dibuka, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dan arahan dari Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr. Yodi Mahendradhata, MSc. Ph.D, secara online. Dalam arahannya Yodi berpesan bahwa pada pertemuan tahunan PKMK ke-25 ini sejalan dengan 77 tahun dies natalis FK-KMK. Angka 7 atau pitu dalam Bahasa Jawa, memiliki makna pituduh, pitutur, dan pitulungan. Pituduh berarti PKMK harus selalu meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa dalam setiap perjalanannya, kemudian pitutur berarti PKMK dapat mendengarkan arahan dan nasehat dari jajaran ketua Board, serta senior yang telah banyak pengalaman malang melintang di dunia Kesehatan serta turut membangun PKMK. Momentum pertemuan tahunan kali ini juga penting untuk menumbuhkan semangat saling membantu, saling sinergi; baik itu antar divisi, antar pusat kajian, dan antara PKMK dengan fakultas, ataupun mitra-mitra strategis yang lain; yang merupakan arti dari kata pitulungan. Terkait sinergi PKMK dengan fakultas, diperlukan adanya pemahaman kebijakan strategis fakultas. Pada saat puncak dies, FK-KMK telah meluncurkan Renstra fakultas untuk 2023-2027, yang pada misinya menekankan pada pemanfaatan data dan teknologi informasi, serta Academic Health System. Renstra ini akan menjadi dasar sinergi antara FK-KMK dengan PKMK melalui 10 kebijakan strategis yang telah dirumuskan dalam renstra FK-KMK UGM, diantaranya dalam hal digitalisasi, pengembangan data centre, kolaborasi lintas departemen dan lintas fakultas, serta filantropi kesehatan yang menjadi keunggulan PKMK. Yodi juga berpesan melalui momen pertemuan tahunan PKMK diharapkan menjadi ajang refleksi, bisa mengakrabi lingkungan yang berubah pesat, mengukur tantangan dan hambatan untuk mencari solusi agar PKMK bisa semakin maju dan tidak terseret oleh pusaran zaman yang berubah sedemikian cepat. Namun demikian Yodi sangat mengapresiasi kinerja dan kiprah PKMK selama 25 tahun sebagai pusat kajian yang inovatif dan unggul.

Masih dalam sesi sambutan dan arahan, ketua board PKMK FK-KMK UGM, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD turut memberikan arahan secara online yang diawali dengan menceritakan sejarah perjalanan 25 tahun PKMK, yang sudah sangat urgent untuk dilakukan proses regenerasi di usianya saat ini. Masuk ke pemaparan inovasi metode konsultasi, Laksono menyebut dengan istilah Five Forces Porter, melihat makin kuatnya persaingan antar lembaga konsultan baik dari luar negeri seperti McKinsey, BCG, PWC; dan dari dalam negeri seperti firma-firma, PKMK, CISDI. Terdapat 2 jenis klien PKMK yakni klien dengan dana besar namun jumlahnya sedikit seperti call for proposal, WHO, dan World Bank; kemudian ada klien dengan dana kecil namun jumlahnya banyak. Sehingga PKMK harus bisa melayani kedua jenis klien ini, yang terkadang tidak dilirik oleh Lembaga konsultan besar, terutama dari luar negeri. Dalam perjalanannya meski dahulu PKMK tidak terlalu terlibat dengan isu politik yang ada, namun dalam perkembangannya, PKMK mau tidak mau makin masuk ke pusaran politik. Menanggapi hal ini maka dibutuhkan 2 jenis konsultan, yakni mereka yang masuk ke area penuh perdebatan politik, dan mereka yang sifatnya lebih ke teknis manajemen. Menutup sambutannya, Laksono berharap semoga pertemuan tahunan ini dapat membahas inovasi-inovasi ini untuk meningkatkan keunggulan kompetitif PKMK FKKMK UGM.

Sambutan juga disampaikan oleh dr. Lutfan Lazuardi, Ph.D, selaku Kepala Departemen dan Ketua Prodi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK) yang hadir langsung ke lokasi pertemuan.  Lutfan berharap PKMK bisa semakin meningkatkan kerjasama dan kolaborasi dengan departemen KMK yang memiliki kesamaan bidang yang menjadi fokus. Kerjasama dapat dijalin melalui trust, peningkatan kapasitas, teamwork, dan sharing resources.  Lutfan mengapresiasi inovasi yang sudah banyak dilakukan oleh PKMK, dan diantaranya merupakan inovasi bersama dengan Departemen KMK.

Dalam sesi diskusi sejumlah pertanyaan mengemuka, diantaranya dari  peneliti PKMK, dr. Hardantyo yang menanyakan kemungkinan kerjasama dengan memasukkan mahasiswa dari prodi KMK ke PKMK. Pertanyaan juga disampaikan oleh wakil direktur PKMK, Shita Listya Dewi yang menanyakan kemungkinan kerjasama PKMK dengan departemen KMK dalam pengerjaan bersama untuk jurnal.  Pertanyaan juga diajukan oleh dr. Anis Fuad yang menanyakan mengenai fasilitasi dari hasil-hasil project di pusat kajian untuk menjadi bahan ajar atau penyusunan kurikulum di prodi, disusul pertanyaan mengenai afirmasi daerah 3T untuk dapat diangkat kondisinya sebagai bahan ajar melalui SDM di PKMK, kemudian pertanyaan ketiga mengenai program praktisi mengajar dari Menteri Kesehatan yang perlu diperhatikan oleh PKMK. Pertanyaan berikutnya dilontarkan juga oleh peneliti PKMK, Nopriyan Ekadinata, MPH, menanyakan mengenai kemungkinan pemanfaatan data bersama antara PKMK dengan prodi KMK bila salah satunya sudah pernah mendapatkan data tersebut, mengingat sulitnya atau mahalnya mencari  data. Pertanyaan terakhir diajukan oleh Manajer Operasional PKMK mengenai kemungkinan sinergi pembiayaan antara PKMK dengan Prodi KMK.

Sesi Pagi (Pukul 10.00-12.00 WIB)

Sekilas penjelasan topik yang diangkat pertemuan tahunan ke-25 yaitu Resolusi, Regenerasi dan Resiliensi disampaikan oleh Dr.dr. Andreasta Meiala, DPH, M.Kes, MAS. Sesi ini merupakan rangkuman wejangan dan arahan dari Dekan FK-KMK UGM, Ketua Board PKMK dan kepala program studi HPM, IKM yang sekaligus salah 1 anggota board. Harapan FK-KMK, Tridharma Pendidikan, pemanfaatan data, sinergi AHS, lulusan adaptif dan pelopor (harus attach dengan problem riil), penelitian unggul dan inovatif, pengabdian masyarakat (salah 1 bentuknya ialah website yang dikelola PKMK sebagai media informasi masyarakat umum), tata kelola (PKMK mendapat hasil audit keuangan Wajar Tanpa Pengecualian), serta healthy campus-social-cultural accountability.

Opportunity PKMK antara lain bagaimana PKMK mendukung dosen dan mahasiswa (dalam waktu dekat akan ada kunjungan Dept. Obsgyn ke PKMK UGM), kegiatan lintas departemen dan fakultas (akan dilakukan kerjasama dengan P2EB), dana riset, kemudian akan dilakukan pelatihan kewirausahaan, kebutuhan akan riset inovatif.  Direktur PKMK menyatakan hingga saat ini SDM yang ada di PKMK, sangat inovatif.  Sehingga mutasi staf resmi universitas menjadi hal yang lumrah terjadi. Andre menegaskan kelemahan dan ancaman FK-KMK diantaranya koordinasi antar unit yang kuran, motivasi SDM, status PTN BH (hingga saat ini naskah akademik terus didorong untuk diperbaiki), krisis global serta pesaing global.  Kemudian harapan Dekanat: memperkuat akademis, kegiatan lintas fakutas dan departemen, pengembangan fasilitas riset salah satunya digital health center, memperkuat tata kelola, terlibat AHS, penelitian di 3T, pengembangan internasionalisasi FK-KMK dan penggalangan dana eksternal.

Pesan board yaitu Prof. Laksono, bagaimana dengan regenerasi di PKMK? PKMK belum memerlukan HR unit karena kebijakan SDM sudah cukup. Isu kuat lain yang muncul ialah produk PKMK apakah dapat dipatenkan. Harapannya second layer harapannya dapat menjadi rainmaker project juga. Terkait keuangan, terdapat 3 komponen potongan untuk setiap project yang masuk yaitu dana pengembangan institusi (DPI), institutional fee dan potong pajak untuk setiap project yang masuk. Maka diperlukan definisi; mana konsultasi, pendampingan dan riset. Harapannya petunjuk DPI ada, namun baru sampai unit kerja yang diakui -> perlu disusun juknis turunannya. Pasca paparan Direktur PKMK bersama dengan 2 board PKMK yaitu Prof. dr. Eti Nurwening Solikhah serta Ibrahim Rahmad.

Prof. Eti Nurwening Solikhah, menyaatakan departemen Farmakologi dan Terapi yang merupakan bagian Magister Ilmu BIomedik, salah satu program kolaborasi yang sudah dilakukan departemen Farmako dengan pihak lain ialah course kerjasama dengan Kedokteran Masyarakat dan Kedokteran Tropis: Kesehatan masyarakat untuk tropical disease. Penelitian yang dilakukan departemen Farmakologi, diantaranya data di laptop, pada hewan coba dan marketing ke masyarakat. Hal yang kurang di Departemen Farmakologi ialah Pengabdian Masyarakat dan saat ini sedang dilakukan di Imogiri, Bantul.  Terkait HAKI atau paten, produk yang dilakukan PKMK dapat langsung didaftarkan, hak paten prosesnya 3-4 tahun, untuk buku , modul, video pembelajaran bisa didaftarkan sebagai hak kekayaan intelektual. Hal ini dapat dilakukan sebagai arsip, dalam proses pendaftaran HAKI seluruh karya PKMK dapat dilakukan via UGM. Kemudian, untuk benchmark tidak selalu harus melakukan kunjungan, namun bisa juga dilakukan online.

Tanggapan Andreasta yaitu course obat yang dilakukan Departemen Farmakologi harapannya dapat di follow up tim divisi Manajemen Rumah Sakit. Kemudian video dokumentasi seminar akan didaftarkan HAKI nya, ke depan akan dibentuk tim kecil penyeleksian video ini. Video mana saja yang dapat didaftarkan sebagai karya intelektual PKMK. Lalu untuk model pelatihan HDP tim Manajemen Bencana Kesehatan  mohon dapat didaftarkan juga HAKI nya.

Ibrahim Rahmad memberikan masukan untuk PKMK, kita harus juga melirik  spesialis keperawatan yang memang berbeda dengan lulusan S1 keperawatan. Harapannya peneliti PKMK yang merupakan lulusan keperawatan dapat mem-follow up hal ini. 2024 kita harus mempersiapkan diri karena akan banyak kebijakan baru yang berbeda dengan saat ini. Kita harus siap menerima estafet perubahan tersebut. Bagaimana hubungan kebijakan dan organisasi profesi (OP), misalnya IDI tidak hanya ada 1, sehingga harus dilihat OP mana yang dekat dengan pemerintah untuk melihat kebijakan mana yang akan diterapkan pemerintah.  Direktur PKMK menanggapi masukan tersebut dengan menyatakan area yang masih belum terlalu disentuh PKMK ialah keperawatan, akan diusulkan agarke depan  AHS juga mencakup keperawatan dan gizi.

Sesi Siang (Pukul 13.30-15.00 WIB)

Sesi berikutnya Transformasi Kesehatan dipaparkan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD. Kegiatan ini dimoderatori Ni Luh Putu Eka Andayani, M.Kes. Topik ini merupakan isu nasional yang menjadi perhatian beberapa waktu terakhir. Pandemi sempat menganggu kerja sistem kesehatan. Sehingga dibutuhkan transformasi ke depannya. Presiden mengamanatkan pada Menteri Kesehatan dalam penanganan pandemi untuk melakukan vaksinasi seluas mungkin, menghentikan pandemi melakukan transformasi kesehatan. Hal yang diharapkan presiden pada transformasi sistem kesehatan yang produktif, efisien dan berkeadilan. Transformasi Kesehatan membutuhkan Undang Undang pendukngnya. Aspek ideologis yang menjadi poin palam paparan Laksono antara lain, preventif diutamakan, keadilan sosial-pendanaan kesehatan pemerataan layanan kesehatan. Situasi ekonomi saat ini APBN lemah, pajak masih keci kebutuhan bukan hanya kesehatan. Terkait ideologi dalam ketahanan obat dan alkes, presiden menekankan agar industri obat dan alkes banyak memaksimalkan sektor lokal. Saat ini RUU Kesehatan obat alat Kesehatan sudah masuk alam prolegnas, proses berikutnya ialah perumusan kebijakan, disusul pelaksanaan kebijakan, lalu monev kebijakan, dan terakhir perubahan kebijakan -> apakah kebijakan tersebut diteruskan atau dihentikan.

Laksono mengkonfirmasi siapa dari PKMK yang terlibat dalam RUU Kesehatan obat alkes, dalam perumusan kebijakan? Laksono menekankan dalam pelaksanaan kebijakan cenderung ke aspek manajerial – sehingga peneliti PKMK harus bisa berbicara secara argumentatif tanpa menyerang orang lain dengan catatan namun peneliti harus siap menerima penolakan bahkan bullying. Lalu apakah keahlian PKMK lengkap mencakup semua pilar? Apakah dapat terintegrasi antar ahli?

Dalam sesi diskusi, Anis Fuad, DEA menanyakan DTO Kementerian Kesehatan sudah diikuti kegiatannya oleh tim e health, namun pihaknya mengkhawatirkan jika perubahan politik akan berpengaruh pada unit bentukan yang ada, apakah DTO masih akan ada?  Laksono menanggapi dengan menyatakan hal tersebut dijelaskan dalam keterkaitan antar pilar, terdapat kemungkinan DTO akan dikembalikan ke Pusdatin. Namun jika dirunut, logika mengerjakan atap pilar transformasi kesehatan dikerjakan bersama-sama.

Berikutnya Laksono menanyakan apakah di PKMK sudah saling bersinergi? Lalu Anis menjelaskan ada peneliti yang sudah blend, yaitu ada peneliti IT yang masuk di Divisi Mutu. Harapan Anis Fuad yaitu akan ada peneliti dengan basis IT yang bisa masuk di setiap divisi ke depannya.  Laksono lalu menekankan terkadang regulasi sudah baik namun manajemen masih kurang. M. Faozi Krniawan, MPH menyatakan kelemahan PKMK saat ini kurangnya koordinasi antar project, arahan terbaru harapannya akan ada singgungan project Bappenas antara divisi PH dan divisi lain. PKMK harus terkoordinasi antar divisi, kemudian untuk lebih applied harus masuk ke bidang lain dengan bimbingan board. Bisa jadi ke depan, board PKMK akan berasal dari banyak bidang lain bahkan semua departemen. Saat ini pendampingan Kaltim melibatkan dosen Promosi Kesehatan dan spesialis penyakit dalam untuk kebijakan DM. Laksono mengharapkan 25 tahun yang lebih menggairahkan, dengan teknologi yang lebih baik untuk menghasilkan karya.

Kemudian Madelina Ariani menambahkan masih kurang di tim surveilans divisi Manajemen Bencana Kesehatan serta digitalisasi penanganan krisis belum bisa dan masih perlu. Ketahanan Kesehatan ini tidak berdiri sendiri, bagaimana di layanan primer, bagaimana emergensi? Lalu terkait pendidikannya. Tim manajerial bencana sangat dibutuhkan, apakah kita mampu di kebijakan dan manajerial? Kebijakan bencana sudah ada tinggal manajerial yang harus dikembangkan. Laksono menimpali berapa banyak peneliti PKMK yang nyaman bekerja di kebijakan? Dalam bidang ini, salah 1 kompetensi yang harus dikuasai dengan baik ialah kemampuan berbicara.  Andreasta menutup sesi dengan pernyataan bagaimana keterkaitan antar divisi untuk men-support transformasi. Divisi akan merancang kegiatan yang sifatnya single atau multi divisi. Terkait peningkatan kompetensi, PKMK akan mengundang narasumber dalam hal peningkatannya. Lalu akan ada kolaborasi lebih jauh dengan HPM.

Menutup kegiatan pertemuan tahunan ke-25 pada 2023, Andreasta berharap dengan adanya Resolusi: supaya setiap member PKMK menyadari ada komitmen baru pasca 25 tahun. Regenerasi adalah program utama PKMK. Resiliensi adalah dukungan PKMK terhadap tema FKKMK dan transformasi sistem kesehatan Indonesia. Pertemuan tahunan kali ini akan menjadi pembuka pertemuan lain untuk memantapkan perjalanan PKMK setelah berusia seperempat abad dan juga memantapkan rencana strategis dan rencana operasional dari masing-masing divisi periode 2023-2027.

Reporter Edna Novitasari dan Widarti

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*