PKMK-Batu. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada telah memasuki usia yang ke-25 pada tahun ini. Di usianya yang menginjak seperempat abad, PKMK menyelenggarakan pertemuan tahunan di Batu, Malang; pada 16 Maret 2023 dengan mengusung tema 3R-2023 (Resolusi: Regenerasi dan Resiliensi). Pertemuan tahunan dibuka dengan sambutan Direktur PKMK FK-KMK UGM, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS, sekaligus memoderatori sesi berikutnya. Dalam sambutannya Andreasta berpesan agar PKMK sebagai pusat kajian di FK-KMK dan UGM, bisa selalu mendukung program fakultas dan universitas. PKMK juga diharapkan dapat bersinergi dengan program studi Health Policy Management (HPM) FK-KMK UGM, karena berada dalam satu konfigurasi. Andreasta juga berharap pertemuan tahunan PKMK ke-25 juga menjadi talent pool sebagai upaya regenerasi di PKMK, serta muncul ide-ide inovasi yang out of the box, breakthrough, dan inovatif.
Pertemuan Tahunan
PKMK – Tawangmangu. Pada Rabu (16/2) diselenggarakan pertemuan tahunan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK – KMK UGM). Pertemuan yang mengangkat tema “Mempersiapkan 50 Tahun PKMK: Energi Baru untuk Era Baru”
Kerangka Acuan Reportase Sesi 1 Reportase sesi 2 Kerangka AcuanPertemuan Tahunan PKMK 2022
| 15 – 17 Februari 2022 |
LATAR BELAKANG
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK – KMK UGM telah memasuki tahun ke-24 dan telah menjadi salah satu organisasi riset dan konsultasi yang terdepan di sektor kesehatan. Sebagai organisasi pembelajar, PKMK perlu terus terbuka terhadap kesempatan – kesempatan untuk melakukan evaluasi dan refleksi serta belajar dari pengalaman untuk menata langkah ke depan. Pertemuan Tahunan merupakan sarana yang tepat bagi PKMK untuk berhenti sejenak dan melakukan refleksi dan evaluasi ini.
Selama masa pandemi ini, banyak sekali kegiatan yang telah didukung oleh PKMK seperti membahas pengalaman para klinisi (dokter, perawat, serta tenaga-tenaga kesehatan lainnya) dan manajemen klinis dalam mengelola pasien corona virus, membahas hasil review jurnal artikel secara sistematis, membahas kesiapan rumah sakit dalam menangani pasien coronavirus, memperkuat sistem kesehatan untuk menghadapi peningkatan wabah COVID-19, sejak dari pelayanan primer sampai ke rumahsakit yang melibatkan lintas sektor, dan mengaktifkan sistem manajemen bencana di rumah sakit dan sistem kesehatan.
Hasil-hasil kegiatan PKMK pada tahun 2020 dan rencana kerja tahun 2021 disampaikan oleh para peneliti dan konsultan dalam pertemuan tahunan ke-23 PKMK FK-KMK UGM. Pelajari materi selengkapnya pada link berikut KAK & Materi Gallery Foto Reportase
UNDUH MATERI
Pembukaan
Pertemuan tahunan PKMK ke dua puluh dua, dilaksanakan di hotel de Paviljoen, Bandung pada Kamis (20/2/2020). Kegiatan juga dilaksanakan melalui webinar, mengingat beberapa board berhalangan hadir langsung. Pembukaan oleh dr Yodi Mahendradhata, MSc, PhD selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan, FK – KMK UGM. Rapat tahunan bisa terinspirasi dari kota ini, banyak industri yang lahir dari Bandung. Sehingga PKMK bisa maju dan berkembang. Bandung juga menjadi pelopor dalam banyak hal: KAA 1955, Bandung Conference for Rural Hygiene 1937 – membangun solidaritas ke daerah terpencil. Tema tahun lalu Membangun dari Pinggir, harapannya solidaritas tersebut bisa mewarnai pertemuan tahun ini juga. Bandung memiliki kaitan erat dengan kedokteran UGM, pasca kemerdekaan, pemerintah ingin memindahkan Institut Pasteur, lalu Prof dr. Sardjito, MPH berinisiatif memindahkan vaksin ke sapi sehingga dapat lolos dari pemeriksaan penjajah. Tindakan ini melahirkan fakultas kedokteran UGM yang selama ini kita kenal.
Sesi 1 – Pemaparan Materi
Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, M.Kes, MAS selaku Direktur PKMK, memaparkan sejumlah capaian PKMK sepanjang 2019. Tercatat 17 penelitian, 17 pelatihan dan 13 kerja sama dilaksanakan tahun lalu. Mitra baru yang berhasil digandeng PKMK diantaranya ASB, Filantropi Indonesia, Universitas Fort de Kock, Yayasan Tahija, RSUD Abepura dan lain – lain. Sementara pihak yang selama ini menjadi mitra PKMK yaitu: Direktur layanan rujukan Kementrian Kesehatan, Direktorat Kesehatan Keluarga, KARS, ARSADA, PERSI, RS Sardjito, RS Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita, RS Kanker Engagement, RS Hasan Sadikin, RS Adam Malik dan sebagainya.
Dua dari banyak kendala yang dihadapi PKMK ialah donor meminta rekening koran namun masuk Virtual Account, dan mekanisme tersebut sulit dicetak. Serta kontrak kerja sama yang proses review dari pihak terkait terhitung masih panjang. Terkadang hal tersebut menjadi hambatan kecil dalam proses memenangkan bidding. Tantangan berikutnya Rainmaker, Reinvention, Regeneration dan Regulation. PKMK masih membutuhkan orang dengan talenta mumpuni dalam menarik banyak donor untuk kerja sama. Penelitian di bidang yang baru juga dituntut makin banyak muncul. PKMK juga memerlukan regenerasi peneliti dan konsultan di berbagai macam disiplin ilmu terkait. Sementara peraturan yang disinggung Andre, terkait nomenklatur peneliti dan konsultan yang masih diadvokasi ke pihak berwenang agar segera dapat diputuskan. Harapannya, PKMK dapat melakukan sinergi dengan departemen klinis, RS akademik, pusat kajian dan pusat studi.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari kepala divisi Public Health, Shita Listyadewi, MM, MPP. Shita memaparkan sepanjang 2019, divisi Public Health menyusun 26 proposal dan yang diterima 13 atau 50% – nya berhasil. Dalam diskusi lebih lanjut, Andreasta menyimpulkan, success rate proposal diterima yaitu jika disusun jauh – jauh hari. Saat ini, divisi Public Health sedang bekerja sama dengan Direktorat Penyakit Tidak Menular (PTM), Kementrian Kesehatan dalam menyusun regulasi baru terkait cukai untuk minuman berpemanis, hal ini juga termasuk upaya untuk mendukung rencana aksi nasional dalam PTM.
Paparan kedua dari divisi Manajemen Mutu, yang disampaikan oleh Andriani Yulianti, SKM, MPH. Saat ini, divisi Manajemen Mutu tengah melakukan finalisasi penyusunan National Quality Policy and Strategy (NQPS) yang merupakan kerja sama dengan Direktorat Mutu, Kemenkes. Beberapa langkah yang dilakukan bersama diantaranya penyusunan anggaran, sosialisasi dokumen kebijakan dan strategi nasional mutu layanan kesehatan serta finalisasi dokumen. Kemudian, tahun ini akan dilaksanakan penerapan NQPS, PKMK akan mengevaluasi kembali bagaimana penerapannya.
Paparan ketiga disampaikan oleh kepala divisi Manajemen Rumah Sakit, Ni Luh Putu Eka Andayani, M.Kes. Putu menyatakan selama ini divisi Manajemen Rumah Sakit masih memiliki barrier dengan RS pendidikan. Harapannya dengan terbitnya peraturan baru awal tahun ini, yaitu perubahan regulasi perijinan dan klasifikasi RS membawa dampak besar pada manajemen RS. Kemudian, terkait RS rujukan berbasis kompetensi RS perlu membuat strategi baru. Kerja sama atau proyek yang akan dikerjakan divisi ini antara lain analisis biaya, remunerasi RS dan pendampingan PPK BLUD puskesmas. Selain itu, divisi Manajemen RS akan berkolaborasi dengan divisi Manajemen Mutu akan meneliti efisiensi biaya dan mutu layanan (saat ini belum ada RS yang berhasil menjalankan keduanya).
Paparan keempat dari divisi Manajemen Bencana Kesehatan yang disampaikan dr Bella Donna, M.Kes. Bella mengawali paparan dengan pernyataan, 2019 menjadi tahun dampingan daerah terdampak bencana yang cukup beragam bagi divisi Manajemen Bencana Kesehatan. Pasalnya, divisi ini menerjunkan tim dan mendampingi wilayah berikut: tsunami selat Sunda, recovery tsunami dan pendampingan Palu, Sigi, Donggala – PASIGALA.
Paparan terakhir yaitu dari divisi e – Kesehatan, yang dipaparkan oleh Anis Fuad, S.Ked, DEA. Anis menyatakan saat ini divisi e – Kesehatan membutuhkan personel dan dukungan dari manajemen PKMK agar dapat berkembang. Terakhir, divisi ini sempat memiliki beberapa peneliti muda namun saat ini tengah menempuh pendidikan sehingga posisi kosong. Divisi e – kesehatan juga menyatakan bahwa inovasi digital kesehatan sedang berkembang pesat. Rekomendasi dari Anis diantaranya pedoman investasi digital bidang kesehatan, kerangka monitoring dan evaluasi digitalisasi kesehatan serta kerangka terpadu arsitektur pertukaran informasi kesehatan terbuka (Wid).
Sesi 2 – Tanggapan Board PKMK
Menanggapi pemaparan dari para ketua divisi, Ketua Board PKMK, Prof. Laksono Trisnantoro memberikan masukan dan sarannya, bahwa sesuai dengan judul pertemuan tahunan ke-22 yakni Kebijakan dan Pelayanan Kesehatan yang Terintegrasi, perlu untuk lebih didetilkan lagi integrasi dengan apa dan siapa saja. Kegiatan yang akan dijalankan ke depannya harus inovatif, jangan hanya sebagai follower. Para anggota divisi harus bisa berpikir secara detil dan aplikatif. Integrasi ini misalnya dapat diterapkan dalam bentuk kolaborasi dengan lintas departemen dan fakultas di UGM. Kemudian dari sisi telematika, Prof. Laksono menilai hal tersebut sangat penting untuk diikuti sesuai tuntutan jaman. PKMK telah menjadi pelopor penyebaran ilmu via Webinar, sebagai bentuk jawaban terhadap tantangan di era 4.0. Prof. Laksono juga berpesan agar PKMK selalu menjaga hubungan jangka panjang dengan berbagai mitra, baik lokal, nasional, hingga internasional; namun demikian tanpa meninggalkan independensi. Mitigasi risiko juga harus diperhatikan dalam setiap pembuatan rencana kegiatan.
Tanggapan selanjutnya diberikan oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan, dr. Yodi Mahendradhata, MSc, PhD yang mengharapkan PKMK bisa memberikan laporan kinerja menggunakan standarisasi format pelaporan yang telah dibuat oleh fakultas berupa mandat capaian kinerja. Pencapaian ini harapannya tidak hanya sebatas dokumentasi publikasi saja namun lebih ke policy impact. Dr. Yodi juga berharap PKMK dapat memberikan kontribusinya untuk pengembangan AHS UGM, mengingat 3 topik prioritas AHS untuk 5 tahun ke depan merupakan core ilmu yang ada di PKMK, yakni KIA, healthy hygiene, dan health tourism.
Tanggapan berikutnya diberikan oleh Prof. Madarina Julia yang tertarik mengetahui lebih jauh tentang e-medical record. Kemudian anggota Board Dr. Ibrahim Rahmat memberikan tanggapan bahwa ada 4 tantangan yang harus dihadapi PKMK untuk ke depannya, yakni terkait kontribusi langsung di masyarakat, tantangan menyangkut kebijakan, sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber dana. Dr. Ibrahim menekankan pentingnya 4 tantangan tersebut meskipun beliau mengakui sistem pengelolaan dana di PKMK sudah cukup bagus.
Tanggapan terakhir dari Dr. dr. Eti Nurwening, M.Med.Ed, M.Kes yang berharap prestasi PKMK dapat ditularkan semangatnya ke pusat studi atau departemen lain yang ada di fakultas. Realisasinya dapat dilakukan oleh fakultas sebagai fasilitator. Dr. Eti juga berpesan agar masing-masing divisi di PKMK memiliki tujuan besar, agar inovasi yang dilakukan tidak melenceng dari visi bersama yang telah disepakati. PKMK juga diharapkan untuk dapat membantu memenuhi tridharma pendidikan, misalnya dalam pembuatan kurikulum untuk mahasiswa S1 di FK-KMK UGM. (Edna)