Reportase Pertemuan Tahunan PKMK ke – 22: Kebijakan dan Pelayanan Kesehatan yang Terintegrasi

Reportase Pertemuan Tahunan PKMK ke – 22: Kebijakan dan Pelayanan Kesehatan yang Terintegrasi

UNDUH MATERI

Pembukaan

Pertemuan tahunan PKMK ke dua puluh dua, dilaksanakan di hotel de Paviljoen, Bandung pada Kamis (20/2/2020). Kegiatan juga dilaksanakan melalui webinar, mengingat beberapa board berhalangan hadir langsung. Pembukaan oleh dr Yodi Mahendradhata, MSc, PhD selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan, FK – KMK UGM. Rapat tahunan bisa terinspirasi dari kota ini, banyak industri yang lahir dari Bandung. Sehingga PKMK bisa maju dan berkembang. Bandung juga menjadi pelopor dalam banyak hal: KAA 1955, Bandung Conference for Rural Hygiene 1937 – membangun solidaritas ke daerah terpencil. Tema tahun lalu Membangun dari Pinggir, harapannya solidaritas tersebut bisa mewarnai pertemuan tahun ini juga. Bandung memiliki kaitan erat dengan kedokteran UGM, pasca kemerdekaan, pemerintah ingin memindahkan Institut Pasteur, lalu Prof dr. Sardjito, MPH berinisiatif memindahkan vaksin ke sapi sehingga dapat lolos dari pemeriksaan penjajah. Tindakan ini melahirkan fakultas kedokteran UGM yang selama ini kita kenal.

Sesi 1 – Pemaparan Materi

Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, M.Kes, MAS selaku Direktur PKMK, memaparkan sejumlah capaian PKMK sepanjang 2019. Tercatat 17 penelitian, 17 pelatihan dan 13 kerja sama dilaksanakan tahun lalu. Mitra baru yang berhasil digandeng PKMK diantaranya ASB, Filantropi Indonesia, Universitas Fort de Kock, Yayasan Tahija, RSUD Abepura dan lain – lain. Sementara pihak yang selama ini menjadi mitra PKMK yaitu: Direktur layanan rujukan Kementrian Kesehatan, Direktorat Kesehatan Keluarga, KARS, ARSADA, PERSI, RS Sardjito, RS Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita, RS Kanker Engagement, RS Hasan Sadikin, RS Adam Malik dan sebagainya.
Dua dari banyak kendala yang dihadapi PKMK ialah donor meminta rekening koran namun masuk Virtual Account, dan mekanisme tersebut sulit dicetak. Serta kontrak kerja sama yang proses review dari pihak terkait terhitung masih panjang. Terkadang hal tersebut menjadi hambatan kecil dalam proses memenangkan bidding. Tantangan berikutnya Rainmaker, Reinvention, Regeneration dan Regulation. PKMK masih membutuhkan orang dengan talenta mumpuni dalam menarik banyak donor untuk kerja sama. Penelitian di bidang yang baru juga dituntut makin banyak muncul. PKMK juga memerlukan regenerasi peneliti dan konsultan di berbagai macam disiplin ilmu terkait. Sementara peraturan yang disinggung Andre, terkait nomenklatur peneliti dan konsultan yang masih diadvokasi ke pihak berwenang agar segera dapat diputuskan. Harapannya, PKMK dapat melakukan sinergi dengan departemen klinis, RS akademik, pusat kajian dan pusat studi.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari kepala divisi Public Health, Shita Listyadewi, MM, MPP. Shita memaparkan sepanjang 2019, divisi Public Health menyusun 26 proposal dan yang diterima 13 atau 50% – nya berhasil. Dalam diskusi lebih lanjut, Andreasta menyimpulkan, success rate proposal diterima yaitu jika disusun jauh – jauh hari. Saat ini, divisi Public Health sedang bekerja sama dengan Direktorat Penyakit Tidak Menular (PTM), Kementrian Kesehatan dalam menyusun regulasi baru terkait cukai untuk minuman berpemanis, hal ini juga termasuk upaya untuk mendukung rencana aksi nasional dalam PTM.

Paparan kedua dari divisi Manajemen Mutu, yang disampaikan oleh Andriani Yulianti, SKM, MPH. Saat ini, divisi Manajemen Mutu tengah melakukan finalisasi penyusunan National Quality Policy and Strategy (NQPS) yang merupakan kerja sama dengan Direktorat Mutu, Kemenkes. Beberapa langkah yang dilakukan bersama diantaranya penyusunan anggaran, sosialisasi dokumen kebijakan dan strategi nasional mutu layanan kesehatan serta finalisasi dokumen. Kemudian, tahun ini akan dilaksanakan penerapan NQPS, PKMK akan mengevaluasi kembali bagaimana penerapannya.

Paparan ketiga disampaikan oleh kepala divisi Manajemen Rumah Sakit, Ni Luh Putu Eka Andayani, M.Kes. Putu menyatakan selama ini divisi Manajemen Rumah Sakit masih memiliki barrier dengan RS pendidikan. Harapannya dengan terbitnya peraturan baru awal tahun ini, yaitu perubahan regulasi perijinan dan klasifikasi RS membawa dampak besar pada manajemen RS. Kemudian, terkait RS rujukan berbasis kompetensi RS perlu membuat strategi baru. Kerja sama atau proyek yang akan dikerjakan divisi ini antara lain analisis biaya, remunerasi RS dan pendampingan PPK BLUD puskesmas. Selain itu, divisi Manajemen RS akan berkolaborasi dengan divisi Manajemen Mutu akan meneliti efisiensi biaya dan mutu layanan (saat ini belum ada RS yang berhasil menjalankan keduanya).

Paparan keempat dari divisi Manajemen Bencana Kesehatan yang disampaikan dr Bella Donna, M.Kes. Bella mengawali paparan dengan pernyataan, 2019 menjadi tahun dampingan daerah terdampak bencana yang cukup beragam bagi divisi Manajemen Bencana Kesehatan. Pasalnya, divisi ini menerjunkan tim dan mendampingi wilayah berikut: tsunami selat Sunda, recovery tsunami dan pendampingan Palu, Sigi, Donggala – PASIGALA.
Paparan terakhir yaitu dari divisi e – Kesehatan, yang dipaparkan oleh Anis Fuad, S.Ked, DEA. Anis menyatakan saat ini divisi e – Kesehatan membutuhkan personel dan dukungan dari manajemen PKMK agar dapat berkembang. Terakhir, divisi ini sempat memiliki beberapa peneliti muda namun saat ini tengah menempuh pendidikan sehingga posisi kosong. Divisi e – kesehatan juga menyatakan bahwa inovasi digital kesehatan sedang berkembang pesat. Rekomendasi dari Anis diantaranya pedoman investasi digital bidang kesehatan, kerangka monitoring dan evaluasi digitalisasi kesehatan serta kerangka terpadu arsitektur pertukaran informasi kesehatan terbuka (Wid).

Sesi 2 – Tanggapan Board PKMK 

Menanggapi pemaparan dari para ketua divisi, Ketua Board PKMK, Prof. Laksono Trisnantoro memberikan masukan dan sarannya, bahwa sesuai dengan judul pertemuan tahunan ke-22 yakni Kebijakan dan Pelayanan Kesehatan yang Terintegrasi, perlu untuk lebih didetilkan lagi integrasi dengan apa dan siapa saja. Kegiatan yang akan dijalankan ke depannya harus inovatif, jangan hanya sebagai follower. Para anggota divisi harus bisa berpikir secara detil dan aplikatif. Integrasi ini misalnya dapat diterapkan dalam bentuk kolaborasi dengan lintas departemen dan fakultas di UGM. Kemudian dari sisi telematika, Prof. Laksono menilai hal tersebut sangat penting untuk diikuti sesuai tuntutan jaman. PKMK telah menjadi pelopor penyebaran ilmu via Webinar, sebagai bentuk jawaban terhadap tantangan di era 4.0. Prof. Laksono juga berpesan agar PKMK selalu menjaga hubungan jangka panjang dengan berbagai mitra, baik lokal, nasional, hingga internasional; namun demikian tanpa meninggalkan independensi. Mitigasi risiko juga harus diperhatikan dalam setiap pembuatan rencana kegiatan.

Tanggapan selanjutnya diberikan oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan, dr. Yodi Mahendradhata, MSc, PhD yang mengharapkan PKMK bisa memberikan laporan kinerja menggunakan standarisasi format pelaporan yang telah dibuat oleh fakultas berupa mandat capaian kinerja. Pencapaian ini harapannya tidak hanya sebatas dokumentasi publikasi saja namun lebih ke policy impact. Dr. Yodi juga berharap PKMK dapat memberikan kontribusinya untuk pengembangan AHS UGM, mengingat 3 topik prioritas AHS untuk 5 tahun ke depan merupakan core ilmu yang ada di PKMK, yakni KIA, healthy hygiene, dan health tourism.  

Tanggapan berikutnya diberikan oleh Prof. Madarina Julia yang tertarik mengetahui lebih jauh tentang e-medical record. Kemudian anggota Board Dr. Ibrahim Rahmat memberikan tanggapan bahwa ada 4 tantangan yang harus dihadapi PKMK untuk ke depannya, yakni terkait kontribusi langsung di masyarakat, tantangan menyangkut kebijakan, sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber dana. Dr. Ibrahim menekankan pentingnya 4 tantangan tersebut meskipun beliau mengakui sistem pengelolaan dana di PKMK sudah cukup bagus.

Tanggapan terakhir dari Dr. dr. Eti Nurwening, M.Med.Ed, M.Kes yang berharap prestasi PKMK  dapat ditularkan semangatnya ke pusat studi atau departemen lain yang ada di fakultas. Realisasinya dapat dilakukan oleh fakultas sebagai fasilitator. Dr. Eti juga berpesan agar masing-masing divisi di PKMK memiliki tujuan besar, agar inovasi yang dilakukan tidak melenceng dari visi bersama yang telah disepakati. PKMK juga diharapkan untuk dapat membantu memenuhi tridharma pendidikan, misalnya dalam pembuatan kurikulum untuk mahasiswa S1 di FK-KMK UGM. (Edna)

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*