Capacity Building Komunikasi
Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Pertama
Menulis Kreatif
29 - 30 April 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri, MPH PKMK-Yogyakarta. Lokakarya Komunikasi Berbiduk Kata: Kejernihan adalah Penyembuh digagas oleh Knowledge Sector Initiative (KSI) dan pihak yang menjadi fasilitator adalah Tempo Institute. "Menulis seperti membuat rumah", ungkap Wahyu Dhyatmika dalam lokakarya tersebut. Laki-laki dari pulau Dewata ini berbagi tentang pengalamannya menulis efektif. Menulis laiknya membangun rumah, dimulai dengan pembuka, tubuh dan penutup. Pembuka dalam paragraf berfungsi untuk menarik dan mempertahankan minat pembaca. Minat pembaca dibangun oleh gagasan pokok paragraf yang menarik. Kadang-kadang, penulis sering tenggelam dalam lautan fakta sehingga tulisan menjadi tidak fokus. Ide penulis yang kompleks menghasilkan kalimat panjang dan beranak pinak. Hal ini terlihat dari para akademisi, ciri dari kalangan ini yaitu mereka mempunyai tendensi untuk menulis seperti itu. Maka dibutuhkan outline sebagai alat bantu sebelum menulis. Mengapa harus menulis efektif? Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak didesain untuk mudah disentuh oleh narasi. Story telling menjadi salah satu metode efektif untuk menulis. Kisah story telling selalu berbentuk kurva yang mempunyai irama menurun sampai akhir. Narasi yang ideal selalu mempunyai kelima komponen di bawah ini. Berikut gambar kurva narasi: Penjelasan oleh Wahyu diperdalam kembali oleh Dodi Ambardi salah satu penulis setia Tempo. Lagu Tombo Ati menjadi pengantar sesi kedua. "Kaping telu wong kang sholeh kumpulono", Dodi memaknai lagu Tombo Ati sebagai pesan, jika ingin menjadi penulis cemerlang maka harus berkumpul dengan penulis yang cemerlang. Dodi membahas tulisan karya Paul Krugman berisi argumentasi atau building block tentang inequality matters. Paul beragumentasi dengan cara memaparkan data-data dari hasil penelitian yang mem-block situasi fakta di Amerika. Cara ini bisa digunakan oleh peneliti dalam mempengaruhi stakeholder untuk mencapai suatu kebijakan. Di Indonesia, seringkali kebijakan hadir tanpa didasari penelitian yang berbasis pada realitas empirik dalam masyarakat. Akademisi dan pemerintah yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan biasanya hanya mengadopsi hasil-hasil kerja keilmuan dan teori-teori dari "luar" untuk dijadikan basis legitimasi. Nampaknya kita cenderung mengabaikan kenyataan bahwa terdapat disparitas (ketimpangan kondisi) antara masyarakat kita dengan masyarakat "luar". Kehadiran Amarzan sebagai pembicara sesi ketiga menambah semangat peserta lokakarya. Satu kalimat menarik dari Amarzan yang perlu diterapkan oleh penulis yaitu "Arti kata jauh lebih penting dari keindahan kata". Kita sering menjumpai judul tulisan di media masa yang mempunyai makna ganda, bahkan judul tidak sesuai dengan isinya. Media masa menggunakan cara ini untuk menarik minat pembaca. Apakah keindahan kata lebih penting dari keindahan kata? Sementara tulisan harus menyampaikan logika penulis. Hal ini tentunya menjadi gaya bahasa masing-masing media. Gaya bahasa sangat personal, gaya tercapai dari sikap kebahasaan. Dari sikap kebahasaan dipilih diksi yang digunakan untuk mengayakan (menjadikan kaya) tulisan. Editor senior tempo ini memberikan pujian terhadap lirik lagu keroncong tahun 1955-an, seperti syair berikut "Bulan sedang mengembang dalam angkasa biru, hatiku bimbang memikirkanmu". Salah satu penggalan puisi Rinto Harahap juga dijadikan contoh "wuh...wah", tulisan seperti ini tidak direkomendasikan untuk menulis ilmiah maupun populer. Sesi terakhir ditutup dengan klinik menulis. Peserta dibagi menjadi empat kelompok. Perwakilan dari PKMK FK UGM menjadi peserta kelompok satu yang dimentori oleh redaktur pelaksana Tempo, Wahyu Dhyatmika. Peserta diberi kesempatan berkeluh kesah tentang permasalahan menulis. Kesimpulan yang diperoleh reporter dari acara ini yaitu menulis berarti menyampaikan logika penulis kepada pembaca. Menulislah secara efektif agar tulisan menjadi jernih, karena kejernihan adalah penyembuh. Materi presentasi dapat diunduh di link berikut: EFFECTIVE WRITING - Yanuar Nugroho Angle, Fokus, Outline - M. Taufiqurohman Tahap-tahap Menulis Efektif - Wahyu DhyatmikaCapacity Building Komunikasi Bagian Kedua
Reportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua
Mempromosikan Hasil Penelitian melalui Penulisan Populer
Hari I: 17 Juni 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri, S.Kep., MPH
Knowledge Sector Initiative (KSI) kembali mengadakan lokakarya komunikasi. Lokakarya berjudul “Mempromosikan Hasil Penelitian” yang telah diselenggarakan di hotel The Ardjuna Bandung, pada 16 sampai 19 Juni 2014.
Dok. PKMK: Suasana Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua - Hari I
Lautan buku menjadi makanan sehari-hari peneliti, namun dari hitam sampai memutihpun hasil penelitian belum bisa mengubah kebijakan. Mulai proses mempresentasikan hasil penelitian dan mensintesakannya menjadi tulisan menarik telah dilakukan namun belum menggugah hati pengambil kebijakan.
Begitu banyak peneliti dan hasil penelitian di Indonesia tapi hanya menjadi informasi yang dibaca ketika dibutuhkan. Fenomena ini menarik perhatian KSI untuk memberikan pembelajaran tentang cara mensintesakan hasil penelitian. Ben Hillman mengungkapkan untuk membuat judul harus terdapat unsur “wow”. Judul yang baik seharusnya bisa menggambarkan isi penelitian. Namun, seringkali judul yang kita temui memunculkan persepsi yang berbeda dari isinya.
Fakta menunjukkan penentu kebijakan tidak memiliki waktu membaca artikel tersebut, sehingga peneliti harus mengubah hasil penelitian menjadi policy brief ataupun press release. Menurut Maryam Mohsin untuk menghasilkan sintesa yang baik jangan menggunakan istilah yang sulit dimengerti, tapi gunakan kalimat yang padat dan jelas. Ini langkah untuk memudahkan penentu kebijakan membaca hasil penelitian puluhan sampai ratusan lembar.
Tentunya untuk mempercepat informasi, peneliti membutuhkan media. Media sebagai jembatan untuk mempengaruhi masyarakat. Peneliti dituntut untuk bisa berpikir seperti editor. Dengan gayanya yang nyentrik, Amarzan Loebis mengungkapkan “Jangan pernah menulis tema yang tidak kita ketahui”.
Peneliti dapat membuat opini dan feature untuk menyampaikan hasil penelitian. Opini menghasilkan kesimpulan dan menawarkan solusi yang bisa mempengaruhi masyarakat. Lain halnya dengan feature yang isinya cenderung menghibur daripada menginformasikan. Dalam presentasinya Bagja Hidayat mengatakan “Menulis seperti menulis kepada orang dekat dengan Anda”, jadi tulislah semua yang ada di otak Anda.
Proses pembelajaran yang diberikan Tempo Institute menambah semangat peserta. Berbagai trik dan tips menulis membuat peserta semakin mudah untuk belajar menulis. Setiap pembelajaran selalu diakhiri dengan diskusi. Inilah cara belajar orang dewasa dari Tempo Institute.
Materi presentasi dapat diunduh di link berikut:- Sintesis Penelitian untuk Komunikasi - Maryam Mohsin
- Menulis untuk Platform dan Jurnal Internasional - Maryam Mohsin
- Tips dan Trik Publikasi dalam Jurnal Internasional: Abstracts and Titles
- Menulis Feature
- Biofuels and Local Food Security - ODI
- Tulisan Opini
- Press Release - Policies of Rich Countries Still Doing Little for the World’s Poor: Modest Progress on the Environment Bucks Disappointing Trend
- Press Release - Independent Commission for Aid Impact publishes report on DFID’s Bilateral Support to Growth and Livelihoods in Afghanistan
- Policy Brief - Building Mutual Understanding for Effective Development
- Policy Brief: Recovery in Northern Uganda: How are people surviving post- conflict?
Reportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua
Menampilkan Gambar, Menarik Perhatian Pembaca
Hari II: 18 Juni 2014
Suasana belajar hari kedua lokakarya komunikasi KSI sedikit berbeda dengan hari pertama. Peserta tidak hanya diberi teori menulis populer di hari Rabu, 18 Juni 2014 ini. Para peserta yang merupakan mitra-mitra KSI dibekali materi tambahan untuk menghasilkan tulisan yang diminati pembaca. Mereka diajarkan untuk memilih dan memberi gambar pada tulisan. Hari kedua rangkaian lokakarya komunikasi KSI ini dibuka dengan paparan mengenai infografis. Materi yang disampaikan oleh Yosep Suprayogi ini berisikan tentang perlunya penggunaan infografis dalam tulisan. Infografis adalah gabungan antara teks dan ilustrasi untuk menyampaikan informasi. Dengan infografis, penulis dapat mengklarifikasi fakta secara visual dengan peta, grafik, atau diagram. Dalam presentasinya, redaktur utama hukum dan nasional TEMPO ini menyebutkan bahwa infografis dapat melawan efek banjir informasi karena lebih memikat. Ini didukung oleh penelitian yang menyebutkan bahwa visualisasi menambah keinginan membaca hingga 80%. Infografis juga disenangi pembaca karena lebih mudah diakses, gampang diingat, dicerna, dibagi, dan lebih menarik. Selain itu, infografis dapat membantu menyampaikan informasi secara lebih persuasif. Tulisan juga dapat diperkaya dengan foto untuk menarik minat pembaca dan memperjelas informasi. “Penting sekali untuk memilih foto yang tepat untuk menggambarkan isi dari hasil penelitian kita,” tutur narasumber kedua, Maryam Mohsin. Research Uptake Manager dari Overseas Development Institute (ODI) ini juga mengatakan bahwa foto semata akan kurang optimal menginformasikan hasil penelitian kita. Perlu narasi yang sesuai agar pembaca tidak salah menginterpretasi foto. Seluruh rangkaian penelitian umumnya memiliki etika yang harus dipatuhi, termasuk dalam hal pengambilan foto. “Ada etika yang perlu diperhatikan saat mengambil foto orang untuk keperluan dokumentasi penelitian”, kata Maryam. Pertama, mintalah izin orang tersebut untuk diambil fotonya. Upayakan izin dalam bentuk tertulis. Kedua, potretlah orang saat akhir wawancara agar tidak merusak mood-nya. Ketiga, lihat kondisi saat pengambilan foto. Bila pengambilan foto dapat membahayakan diri sendiri atau institusi sebaiknya tidak perlu dilakukan. Sesi selanjutnya adalah klinik menulis. Sesi ini memakan waktu lima jam. Lebih panjang dari sesi-sesi lainnya. Peserta dibagi menjadi empat kelompok sesuai jumlah narasumber. Masing-masing kelompok mendiskusikan topik yang berbeda. Ada topik menulis opini yang diampu Mardiah Chamim. Ada topik menulis feature yang diasuh oleh Philipus Parera. Ada topik menulis abstrak yang dipandu Maryam Mohsin. Ada juga dua topik, opini dan feature, yang diajar sekaligus oleh Yosep Suprayogi. Di kelompok topik opini, Mardiyah Chamim memberi masukan untuk tulisan-tulisan opini yang sudah dikumpulkan peserta. Direktur eksekutif TEMPO Institute ini memberi masukan mulai dari judul. “Judul adalah misteri yang mempesona. Usaha besarlah untuk mencari judul yang menarik mata redaktur,” katanya. Bagi penulis pemula, Mardiyah menyarankan menulis opini sesuai bidang yang dikuasai. Mardiyah juga menekankan pentingnya membuat news peg atau cantolan berita agar opini yang dikirim ke media aktual. Mardiyah juga menegaskan perlunya membuat lead yang menarik serta transisi kalimat yang baik dalam tiap tulisan opini. Di kelompok lainnya, Philipus Parera mengajarkan peserta untuk mengaitkan human story dalam tulisan feature hasil penelitian. Pria yang akrab disapa Philip ini juga menyarankan untuk memasukkan pernyataan yang menjadi alasan kuat penulis mengangkat sebuah tema. Ada kalanya tulisan feature berupa ulasan profil tokoh. “Bila membuat profil tokoh, jangan hanya wawancara tokoh tersebut. Wawancara juga pihak lain yang terkait tokoh tersebut,” tutur Philip. Diskusi di kelompok lainnya juga berjalan lancar. Semua peserta antusias mendengar masukan nara sumber dan membuat catatan kecil di buku masing-masing. Peserta juga aktif bertanya dan sesekali tertawa riuh rendah merespon canda narasumber. Klinik menulis hari kedua ditutup dengan tugas untuk merevisi tulisan yang telah dibuat peserta. Oleh: Puti Aulia Rahma, drg., MPH Editor: WidartiReportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua
Menulis untuk Media
Hari III: 19 Juni 2014
Rangkaian klinik menulis dilanjutkan pada hari ketiga lokakarya komunikasi KSI. Narasumber memberi masukan untuk revisi tulisan yang sudah dilakukan peserta pada hari terakhir lokakarya ini. Menurut narasumber, sebagian peserta sudah melakukan perbaikan yang berarti dalam tulisan mereka, struktur tulisan juga semakin baik. Sebagai tindak lanjut klinik menulis ini, Mardiyah Chamim mendorong peserta agar percaya diri menulis untuk media. Mardiyah juga berbagi tips kepada penulis pemula agar dapat masuk ke radar media. “Rajin-rajinlah menulis di blog, twitter, atau facebook. Setiap hari wartawan akan searching di media sosial untuk mencari narasumber,” ungkapnya. Di kesempatan yang sama, Philipus Parera juga menyarankan peserta untuk berlatih membuat tulisan seminggu sekali. “Kira-kira setelah enam bulan berlatih, teman-teman pasti bisa,” katanya memberi semangat. Sebelum peserta pulang ke daerah masing-masing, Mira Renata berpesan kepada peserta agar mengungkapkan kebutuhan di institusi masing-masing dalam upaya pengembangan kapasitas. Communication manager KSI ini berharap agar KSI lebih dapat memfasilitasi kebutuhan mitra-mitranya secara tepat sasaran. Mira memaparkan, KSI juga berencana untuk membuat forum kecil di luar rangkaian lokakarya komunikasi sebagai sarana diskusi intensif peserta. Setelah menyampaikan pesan, Mira mengucapkan selamat jalan kepada peserta sekaligus harapan bahwa tulisan-tulisan peserta dapat segera tembus ke media. Oleh: Puti Aulia Rahma, drg., MPH Editor: WidartiReportase Lokakarya Komunikasi Bagian Pertama
“Kekuatan Branding dan Presentasi”
Hotel Akmani, Jakarta Pusat, 26-27 Agustus 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri, MPH KSI kembali mengadakan lokakarya komunikasi yang ke tiga di Jakarta dengan tema “Kekuatan Branding dan Presentasi: Membangun Brand dan Presentasi Menarik”. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari yang berlangsung tanggal 26 sampai 27 Juni 2014. Kegiatan ini difasilitatori oleh Edy Galaxcy dan Primo Rizky dari DM-IDHolland Jakarta. Lokakarya diikuti oleh 16 mitra KSI, salah satunya adalah Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK FK UGM). Kegiatan hari pertama dimulai dengan membahas brand institusi. Brand institusi hanya ada dalam pikiran konsumen. Dunia yang terus berkembang menuntut pemikiran inovatif untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Mulai dari mebangun brand hingga mempertahankan kualitas brand. Brand berawal dari mind indentity, behavior sehingga menimbulkan visualisasi. Namun dari segi eksternal brand dimulai dari visualisasi institusi, behaviour sehingga menimbulkan persepsi mind konsumen. Brand ibarat seorang bayi yang dihasilkan dari pernikahan antara pemilik brand dan konsumen. Setelah mendengar paparan dari Tim DM-IDHollad, – seluruh mitra KSI diberikan kesempatan untuk mempresentasikan outline identifikasi brand. Yodi Mahendradhata mewakili PKMK mempresentasikan identifikasi brand institusi: 1. Nama Brand: PKMK FK UGM 2. Brand Essence: Penelitian kebijakan dan manajemen kesehatan 3. Tagline: Solusi kebijakan dan manajemen kesehatan berbasis bukti 4. Brand personality: Credible, relevant, tajam, dan independen 5. Target Audience: Pelaku kebijakan dan manajemen kesehatan 6. Visi: Referensi nasional kebijakan dan manajemen kesehatan yang diakui secara internasional 7. Brand positioning: Mitra menuju pembangunan kesehatan berbasis bukti dan berkeadilan Setelah mengidentifikasi brand, kegiatan lokakarya dilanjutkan dengan menginterpresentasikan brand personality institusi di mood board. Yodi Mahendradhata, MSc., PhD dan Eva Tirtabayu Hasri S.Kep., MPH menginterpretasikan brand personality PKMK dengan menggunakan gambar jam tangan yang menunjukkan credible, singa menunjukkan tajam, puzzle menunjukkan relevan, dan bendera merah putih menunjukkan independen. Presentasi dilakukan di depan mitra KSI yang lainnya. Kegiatan ini menutup hari pertama lokakarya. Kegiatan hari kedua diawali dengan diskusi lokakarya hari pertama yaitu tentang branding. Berbagai institusi menanyakan tentang makna dari logo instusi mulai dari jenis tulisan, ukuran tulisan, gambar dan pemakaian warna. Kegiatan dilanjutkan dengan paparan materi tentang presentasi. Tim fasilitator memaparkan tentang cara membuat presentasi yang tidak membosankan. Slide presentasi harus diberi sentuhan seni mulai dari pemilihan gambar, tata letak gambar, warna, penempatan logo institusi sehingga slide presentasi bisa memvisualisasikan brand organisasi. PKMK mendapat kesempatan nomor dua untuk prsentasi profil organisasi. Materi dapat didowload di sini Lokakarya “Kekuatan Branding dan Presentasi: Membangun Brand dan Presentasi Menarik” diakhiri dengan foto bersama.Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Reportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Pemetaan dan Hubungan dengan Media
Hari I: 01 Oktober 2014
Reporter:- Wisnu Firmansyah S.IP- Eva Tirtabayu Hasri S.Kep.,MPH Knowledge Sector Initiative (KSI) bekerjasama dengan DFAT, AusAID dan Bappenas, kali ini kembali mengadakan lokakarya. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Santika Bogor, dan mengambil tema “Pemetaan dan Hubungan dengan Media” sebagai rangkaian terakhir Lokakarya Komunikasi yang diperuntukkan bagi para peserta yang berasal dari mitra-mitra KSI. Sebelum memulai sesi yang pertama, Listy Irawati sebagai Acting Program Manager perwakilan dari DFAT memberikan sambutan. Komitmen untuk memperkuat mitra lembaga dalam menyampaikan hasil penelitian lembaga ke masyarakat luas agar lebih mudah dimengerti. Lokakarya ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan lembaga dalam menyampaikan hasil penelitiannya sesuai kebutuhan. Dok. KSI: Listy Irawati, Acting Program Manager (DFAT) menyampaikan sambutan pembukaan Lokakarya Komunikasi (1/10/2014). Sambutan selanjutnya dari Bappenas menambahkan, lokakarya kali ini berguna untuk membuka jalan dari lembaga penelitian ke masyarakat. Tidak hanya itu tetapi juga menghubungkan lembaga penelitian dengan lembaga kebijakan seperti pemerintah daerah maupun pusat. Saat ini Bappenas masih berusaha membuka simpul itu dengan mengadakan kegiatan seperti ini. Dok. KSI: Perwakilan dari BAPPENAS memberikan sambutan dalam pembukaan Lokakarya Komunikasi KSI (1/10/2014). Lokakarya yang diselenggarakan selama tiga hari ini, menghadirkan pakar-pakar di bidangnya. Di sesi yang pertama, hadir Perencana Senior dan Anggota Tim Analisis Kebijakan dari Bappenas, Hanan Nugroho. Hanan menyampaikan materi “Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Melalui Media”. Dok. KSI: Hanan Nugroho, Perencana Senior dan Anggota Tim Analisis Kebijakan dari Bappenas menyampaikan materi “Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Melalui Media” di Hotel Santika, Bogor (1/10/2014). Memasuki sesi yang pertama, dimulai dengan penyebutan banyaknya lembaga Think Tank di dunia. Selama ini, yang terbaik selalu muncul dari US, Brookings Institution misalnya. Daftar lembaga terbaik juga senantiasa di-update setiap tahunnya. Sebagai lembaga Think Tank tentunya, institusi tersebut bekerja dalam spektrum Research, Policy, dan Advocacy. Tugas lembaga Think Tank tentunya menghubungakan antara pengetahuan/penelitian dengan kebijakan. Hanan Nugroho berpendapat, di bidang apapun, lembaga Think Tank khususnya di Indonesia masih belum bisa menyampaikan/ mempublikasikan hasil penelitiannya dengan baik. Masih dibutuhkan keterampilan khusus dalam menerjemahkan laporan yang notabene tebal dan memiliki redaksi yang scientific menjadi bahasa jurnalis dan populer yang mudah dipahami. Guidelines dalam membuat artikel versi Duke University adalah: 1. Track the news and jump at opportunities. 2. Limit the article to 750 words. 3. Make a single point – Well. 4. Put your main point on top. 5. Tell readers why they should care. 6. Offer specific recommendations. 7. Embrace your personel voice. 8. Play up your personal voice. 9. Use short sentence and paragraphs. Avoid jargon. Make your ending a winner. 10. How to submit an article? Where to submit? Selain artikel, Policy Brief dan Press Release juga mempunyai guidelines yang berbeda agar bisa memenuhi syarat publikasiJika media sosial menjadi salah satu media dalam mempublikasikan penelitian, Tempo Institute juga memberikan materi terkait Media Sosial dalam Konteks Indonesia di sesi yang kedua. Mardiyah Chamim dari Tempo Institute dan Daru Priambodo, Pemimpin Redaksi laman informasi dan berita Tempo.co kali ini berkesempatan memberikan materinya. Daru Priambodo berpendapat media sosial memiliki perkembangan sangat pesat. Namun kali ini yang dilihat adalah pengaruhnya. Mengingat sejarah perkembangan alat/ teknologi komunikasi pun saat ini sudah berkembang pesat dan dapat diliniearkan bahwa perkembangan media sosial pun juga mengalami hal yang sama. Dok. KSI: Daru Priambodo, pemimpin redaksi Tempo.Co memberikan presentasi tentang media sosial di Indonesia dalam Lokakarya Komunikasi yang diselenggarakan KSI (1/10/14) Media konvensional sudah bukan merupakan rujukan. Media sosial saat ini bahkan dapat melebihi situs pencari. Media sosial dianggap dapat meningkatkan awareness penggunanya. Bagaimanapun juga saat ini media sosial telah menjadi bagian dari media mainstream. Mardiyah Chamim menambahkan, saat ini dunia juga telah lebih terbuka dengan media sosial. Beliau juga berpendapat bahwa semua pengguna media sosial berkesempatan menjadi influencer. Semua itu karena media sosial merupakan amplifikasi dari isu yang ada. Dok. KSI: Mardiyah Chamim dari Tempo Institute menyampaikan Media Sosial dalam Konteks Indonesia di Hotel Santika, Bogor (1/10/2014) Setelah rehat kopi, Mira Renata memaparkan case study dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) tentang kampanye show your love. Kampanye ini mempromosikan gaya hidup sehat di Amerika Serikat. Kampanye berfokus pada perempuan usia 18 sampai 44 tahun yang berencana untuk hamil dalam waktu lebih dari 2 tahun atau yang berencana untuk tidak pernah hamil. Dok. KSI: Mira Renata (KSI) menyampaikan hasil riset CDC Amerika Serikat terkait Kampanye Show Your Love dalam Lokakarya Komunikasi yang diseleneggarakan KSI(1/01/2014). Campaign ini juga dilengkapi dengan timeline beserta pesan-pesan kunci bagi perempuan yang ingin hamil maupun yang tidak ingin hamil. Mulai dari pengertian kesehatan prakonsepsi, perilaku yang harus dilakukan bagi wanita yang ingin hamil dan tidak. Simbol, ide harus konsisten dengan campaign. Maria Renata memberikan ilustrasi tentang umbrella revolution. Mereka konsisten menggunakan gambar payung yang dimodifikasi dengan kalimat yang indah “tidak seberapa deras hujan turun tapi akan timbul bunga kebebasan”. Mardiyah melanjutkan sesi lokakarya dengan sesi yang tidak kalah menarik. Sebagai redaktur Tempo, ibu yang mempunyai lesung pipi ini mengajak mitra KSI menggemakan isu di media soial. 30 peserta KSI dari berbagai institusi dijadikan lima kelompok. Setiap kelompok membahas isu yang berbeda seperti kesehatan, politik, kemiskinan, life style, dan agama. Isu digemakan dengan hash tag atau tanda tagar DPR baru melalui facebook dan twitter. Tim fasilitator Tempo akan mengevaluasi tugas ini pada hari kedua lokakarya. Tim akan melihat kelompok mana yang paling banyak dikomentari, like dan diretweet oleh audience. Tugas ini membuat peserta semakin bersemangat karena setiap institusi mempunyai background yang berbeda. Hal ini menyebabkan peserta berdiskusi memakan waktu banyak mencari solusi. Pada sesi keempat di hari yang pertama, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Iwan Setyawan. Siapa yang tak kenal penulis fenomenal buku best seller “9 Autumns 10 Summer”. Kali ini bukan bedah buku, namun Iwan hadir sebagai ahli statistika, Iwan akan berbagi ilmu tentang Data Mining Utilization. Dok. KSI: Iwan Setyawan menyampaikan materi Data Mining Utilization dalam Lokakarya Komunikasi yang diselenggarakan oleh KSI (1/10/2014). Setiap data dan riset sangat dibutuhkan dalam membentuk suatu publikasi. Indonesia masih banyak yang belum peduli dengan data yang dimiliki. Jauh dari negara-negara maju, banyak data yang dimiliki Indonesia justru terbengkalai dan tak terurus. Padahal kita hidup berdampingan dengan data yang dinamis dan semakin berkembang. Semua data itu seharusnya bisa kita gunakan untuk bercerita dan menjelaskan suatu masalah. Saat ini data yang dimiliki tak lagi sebatas angka dan kata yang bisa kita klasifikasikan dengan mudah. Data tidak terstruktur menjadi tren terbaru dalam dunia statistika. media sosial, foto, video, dan masih banyak lagi menjadi keunikan tersendiri bagi para analisator data. Iwan berpendapat data media sosial sangat lengkap, bahkan segala sesuatu kegiatan yang akan diteliti ada di media sosial. Dengan begitu desain penelitian pun juga harus mengikuti perkembangan media sosial. Media sosial adalah cara paling ampuh dalam membuat pergerakan sosial. Ini artinya kesempatan besar bagi lembaga penelitian untuk mengembangkan popularitasnya dan juga mempengaruhi masyarakat melalui media sosial. Pastinya dengan membuat kampanye yang menarik yang juga membuat suatu pergerakan sosial sesuai bidangnya. Lokakarya hari pertama ditutup dengan suasana tegang. Salahuddin Manggalani memaparkan tentang kemudahan pengambilan data digital. Bapak berkaca mata ini mengungkapkan berbagai data yang bisa dicuri dari wifi, instagram, facebook dan berbagai sosial media lainnya. Fenomena data sangat memprihatinkan. Dok. KSI: Salahudin Manggalani menyampaikan Kemudahan Pengambilan Data Digital pada hari pertama Lokakarya KSI (1/10/2014). Hal yang menarik, dunia internet sesak. 90 juta lebih pengguna internet, dan 135 juta lebih menggunakan data seluler. Fenomena ini membuat orang semakin mudah menggunakan informasi dengan tujuan yang tidak baik. Lebih dari 300 laporan yang disajikan setiap hari. Data yang kita anggap penting harapannya bermanfaat bagi orang lain. Untuk mengatasi fenomena ini, diperlukan sebuah regulasi. Undang-undang tentang klasifikasi informasi belum ada, sementara data perlu diproteksi. Fitur kriptografi bisa digunakan sebagai tekhnologi murah untuk memproteksi data. Fitur ini mengubah informasi yang dapat digunakan dalam bentuk yang tidak dapat digunakan oleh orang lain selain pengguna yang berwenang. Materi dapat didownload di link berikut:Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Pemetaan dan Hubungan dengan Media
Hari II: 02 Oktober 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri S.Kep.,MPH Lokakarya hari ke-2 dimulai dengan pemaparan evaluasi hari pertama oleh Mira Renata dari Knowledge Sector Initiative (KSI). Evaluasi meliputi pembicara, bahan atau materi presentasi dan alokasi waktu. Dari beberapa narasumber, Iwan Setyawan menjadi narasumber dengan evaluasi yang paling bagus. Peserta menyayangkan sesi data mining tidak dijelaskan secara detail dan tidak ada tools, padahal ini adalah workshop bukan seminar, peserta juga mengalami kesulitan bahasa tekhnologi karena narasumber menggunakan istilah yang asing bagi peserta. Sesi selanjutnya presentasi evaluasi tugas hari pertama “menggemakan isu di media sosial”. Kelompok dibagi menjadi 5 yaitu Kelompok kemiskinan, kesehatan, life style, agama dan politik . PKMK masuk kelompok kesehatan mendapat kesempatan kedua untuk mempresentasikan hasil evaluasi. PKMK menggunakan twitter dan facebook. Kelompok 2 menggunakan hashtag DPR Baru dan BPJSKes, harapannya akan banyak komentar, retweet dan like dari audiens. PKMk menggunankan trik seri, dan terbukti trik ini merupakan trik yang jitu kata Burhans. Burhans mengungkap beberapa trik dalam menggemakan isu di media sosial seperti menunggangi isu yang sedang ngetop, menggunakan nomor serial, hashtag terlalu generik kurang bagus, mengambil kutipan yang menarik yang sejalan dan tidak sejalan dengan pendapat kita, Content is the king, untuk mengurangi kesalahan penulisan tweet sebaiknya menuliskannya terlebih dulu di leptop jangan langsung menggunakan hand phone. Narasumebr dari Indonesiana ini menutup paparannya dengan kata menarik “Tweitter-mu harimau mu, facebook-mu harimaumu”. Dinita Andriani Putri dan Fajri Siregar dari Centre for Innovation Policy & Governance (CIPG) mengungkap sebuah penelitian “Mapping the landscape of the media industry in contemporary Indonesia” tahun 2012. Riset ini penting dalam bidang komunikasi untuk menggambarkan peta kepemilikan media massa dan proyeksi pengaruhnya pada opini publik. Industri media dikuasai oleh media konvensional. Informasi yang di publis berdasarkan atas kepentingan politik dan owner. Kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau mengakibatkan tidak semua wilayah bisa menjangkaunya sehingga diperlukan alat komunikasi radio dan media print lokal. Faktanya saat ini konten yang ditampilkan di media tentang pulau jawa sebesar 69,6%, beda halnya dengan papua hanya 1,1%. Begitu besar ketimpangan wilayah barat dan timur. Jika kita sempitkan ruang lingkupnya, ternyata Jakarta sebagai conten dominan yaitu 49%. Suasana lokakarya komunikasi semakin panas, Hermin Y. Kleden menjadi tamu istimewa. Perempuan yang sudah menggeluti dunia jurnalistik 23 tahun ini mengisi materi dengan tema “ membuat siaran pers yang efektif”. “Riset dan media bukan tetangga jauh”, kata perempuan Penganugerah SK Trimurti Award ini. untuk membuat hasil riset memikat bagi media, rillis harus mempunyai magnitude besar yakni sebuah temuan yang kontroversi dan big true. Rillis adalah sebuah produk informasi yang tidak perlu konfirmasi. Kondisinya saat ini ada beberapa rillis yang tidak sesuai dengan judulnya. Terjadi penipuan kepada khalayak. Perempuan kelahiran Flores ini berbagi tips tentang anatomi rillis yang kuat, seperti: judul memikat (jangan menggunakan kata kerja dan adjective, direkomendasikan menggunakan kata benda); mencerminkan isi yang diejawantahkan dalam body text; janji dalam judul harus segera ditemukan faktanya; gunakan 5W 1 H; gunakan kutipan menarik dari tokoh kunci; menyertakan foto hasil temuan; memastikan data, fakta dan pristiwa yang disiarkan adalah yang terbaru; mengaitkan rillis terbaru dengan rillis sebelumnya; dan rillis juga bisa dilengkapi dengan fakta berupa grafik. Setelah redaktur eksekutif Tempo memaparkan materinya, lokakarya dilanjutkan dengan sesi membuat pers rillis. Kegiatan dimulai dengan menentukan tema dan judul. Terjadi perdebatan tema dari perwakilan PKMK, Pusat penelitian HIV Atma Jaya dan CSIS ketika menentukan tema. Akhirnya disepakati 2 pers rillis dari PKMK, yaitu “ 5 provinsi tolak BPJS” di presentasikan dan “membongkar kejahatan 7 rumah sakit”. Berita membahagiakan dari Hermin Y bahwa Hermin tertarik untuk mempublikasikan pers rillis dari PKMK yang berjudul “ membongkar kejahatan 7 rumah sakit”. Materi dapat didownload di link berikut:Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Pemetaan dan Hubungan dengan Media
Hari III: 03 Oktober 2014
Reporter: Wisnu Firmansyah, S.IP Dok. KSI: Foto Bersama Seluruh Peserta Pelatihan, Ruang Raflesia, Santika Hotel Bogor (3/10/2014) Hari ini atau Jum'at (3/10/2014) merupakan hari terakhir dari Lokakarya Komunikasi 4 yang juga menutup seluruh rangkaian pelatihan. Tanpa melewatkan waktu, pertemuan diawali dengan sesi pembuka yaitu games dan foto bersama. Meski beberapa peserta telah kembali ke daerah masing-masing namun pelatihan hari ini harus tetap berjalan. Masih dalam sesi pembuka, kali ini peserta diminta untuk mempersiapkan simulasi konferensi pers yang akan dilaksanakan pada hari ketiga ini. Tersisa 26 peserta yang kali ini dibagi menjadi 4 kelompok dalam satu hari simulasi konferensi pers. Dok. KSI: Suasana Persiapan Simulasi Konferensi Pers, Ruang Raflesia, Santika Hotel Bogor (3/10/2014) Kelompok pertama menyajikan tentang isu penghapusan MP3EI. Tentu saja sebagai penampil pertama, simulasi konferensi pers kali ini menjadi contoh untuk kelompok lainnya. Berjalan cukup lancar hanya saja melebihi batas maksimal simulasi yaitu 15 menit dengan waktu toleransi 5 menit. Sehingga tidak semua pertanyaan dapat dijawab. Dok. KSI: Penampilan Kelompok satu dalam simulasi konferensi pers (3/10/2014) Hadir kelompok selanjutnya yang menghadirkan isu tentang gereja Batak Karo protestan yang ditolak kehadirannya oleh warga. Berjalan lancar hanya saja masalah waktu juga menjadi kendala dalam simulasi kelompok ini sebagaimana terjadi dengan kelompok pertama. Sehingga tidak semua pertanyaan tidak bisa dijawab. Dok. KSI: Penampilan kelompok kedua dalam simulasi konferensi pers (3/10/2014) Kelompok ketiga menghadirkan isu fraud yang terjadi di tujuh Rumah Sakit Pendidikan yang ada di Indonesia. Kelompok ini menyajikan dengan sangat cepat namun tepat waktu. Hanya saja banyak yang kecewa karena kelompok ini tidak menggunakan waktu toleransinya karena masih banyak yang ingin bertanya. Dok. KSI: Penampilan kelompok ketiga dalam simulasi konferensi pers (3/10/2014) Kelompok keempat yang menyajikan isu kembalinya rezim orde baru dalam era demokrasi tampil dengan masa penjelasan terlalu lama bahkan melebihi waktu toleransi sehinga tidak sempat ada sesi tanya jawab. Hal ini sangat disayangkan karena seharusnya tetap ada sesi tanya jawab. Dok. KSI: penampilan kelompok keempat dalam simulasi konferensi pers (3/10/2014) Simulasi konferensi pers berakhir pada pukul 11.15 Wib, dan pelatihan pun diistirahatkan hingga pukul 13.30 Wib untuk sholat Jumat bagi yang melaksanakannya dan dilanjutkan dengan makan siang. Sebelum review hasil rekam video simulasi konferensi pers, Adi Prasetya berbicara sedikit tentang Media Televisi di Indonesia. Saat ini Indonesia memiliki 11 TV Swasta Nasional dan 1 TV pemerintah. Tak hanya itu ada ratusan tv lokal dengan 40 juta lebih pesawat televisi yang tersebar. Bahkan 4-5 juta diantaranya adalah pelanggan TV Berbayar. Dok. KSI: Adi Prasetya, Produser Beritasatu TV memberikan materi Bersinergi dengan Media TV (3/10/2014) Migrasi TV analog ke digital akan terjadi pada tahun 2017, hal ini dikarenakan channel analog sangat menyita spektrum. Satu channel analog sama dengan 10-12 kanal digital. Prinsip utama dalam jurnalisme televisi adalah “No Pictures, No News”. Sehingga memang perlu keakuratan dan keter-tampil-an suatu berita. Berita yang tidak bisa ditulis atau ditampilkan dalam sebuah siaran berita bukanlah sebuah berita. Masuk dalam sesi review hasil rekaman simulasi konferensi pers. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. moderator ada di tengah agar backdrop terlihat, 2. moderator harus clear dalam memberikan pengantar, 3. usahakan pembicara tidak lebih dari tiga karena terlalu banyak pembicara membuat konferensi pers terlalu lama dan tidak menarik, 4. konferensi pers dapat mencuri momen apa yang sedang terjadi, sehingga memang harus melihat arah angin media, 5. harus ada skenario yang tepat sehingga dapat menarik media untuk mengutip. Gunakan kalimat yang pendek, sederhana, dan tepat pesan, 6. sebagai narasumber harus benar-benar paham dengan isinya agar siap menerima pertanyaan yang tidak terduga. Untuk itu Adi Prasetya telah memberikan langkah-langkah atau hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum konferensi pers: 1. susun list media yang diundang, 2. tentukan siapa yang akan menjadi juru bicara, 3. tulis rundown dan estimasi waktu yang tepat, 4. lakukan persiapan materi yang detail dan penguasaan metodologi, 5. berbagi bahan dan data terkait topik, angle, dan kesimpulan, 6. gunakan bahasa yang mudah dipahami, 7. sederhanakan angka/data, 8. penampilan dan gesture harus diperhatikan, 9. ampilkan presentasi/ VT/ Youtube, 10. berikan akses secara proporsional sesuai dengan otoritas yang dimiliki, 11. selektif memberi data off the record, kecuali pada jurnalis yang Anda sangat yakini kredibilitasnya, 12. buat forum diskusi periodik, 13. gunakan hak jawab sebaik mungkin, 14. gunakan hak embargo, 15. tinggalkan nomor kontak, email, website, dan lain-lain, 16. bicarakan apa yang ingin publik atau penonton ketahui. Dengan berakhirnya sesi ini berakhirlah sudah seluruh rangkaian Lokakarya Komunikasi yang keempat. Sekaligus juga menutup seluruh rangkaian Lokakarya Komunikasi secara keseluruhan. Dalam penutupan, KSI selaku penyelenggara juga kembali meminta follow up dari kegiatan ini pada seluruh mitra yang hadir pada lokakarya komunikasi ini. Menarik ketika salah satu mitra juga mengusulkan ada satu buku yang bisa diterbitkan dengan kontribusi dari seluruh mitra. Namun, hal ini masih menjadi salah satu opsi yang kemungkinan akan terjadi ke depannya. Bahkan Tempo Istitute sebagai lembaga yang memfasilitasi kegiatan ini juga turut mendukung jika hal tersebut terjadi.