Capacity Building Komunikasi
Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Pertama
Menulis Kreatif
29 - 30 April 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri, MPH PKMK-Yogyakarta. Lokakarya Komunikasi Berbiduk Kata: Kejernihan adalah Penyembuh digagas oleh Knowledge Sector Initiative (KSI) dan pihak yang menjadi fasilitator adalah Tempo Institute. "Menulis seperti membuat rumah", ungkap Wahyu Dhyatmika dalam lokakarya tersebut. Laki-laki dari pulau Dewata ini berbagi tentang pengalamannya menulis efektif. Menulis laiknya membangun rumah, dimulai dengan pembuka, tubuh dan penutup. Pembuka dalam paragraf berfungsi untuk menarik dan mempertahankan minat pembaca. Minat pembaca dibangun oleh gagasan pokok paragraf yang menarik. Kadang-kadang, penulis sering tenggelam dalam lautan fakta sehingga tulisan menjadi tidak fokus. Ide penulis yang kompleks menghasilkan kalimat panjang dan beranak pinak. Hal ini terlihat dari para akademisi, ciri dari kalangan ini yaitu mereka mempunyai tendensi untuk menulis seperti itu. Maka dibutuhkan outline sebagai alat bantu sebelum menulis.



Capacity Building Komunikasi Bagian Kedua
Reportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua
Mempromosikan Hasil Penelitian melalui Penulisan Populer
Hari I: 17 Juni 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri, S.Kep., MPH
Knowledge Sector Initiative (KSI) kembali mengadakan lokakarya komunikasi. Lokakarya berjudul “Mempromosikan Hasil Penelitian” yang telah diselenggarakan di hotel The Ardjuna Bandung, pada 16 sampai 19 Juni 2014.
Dok. PKMK: Suasana Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua - Hari I
Lautan buku menjadi makanan sehari-hari peneliti, namun dari hitam sampai memutihpun hasil penelitian belum bisa mengubah kebijakan. Mulai proses mempresentasikan hasil penelitian dan mensintesakannya menjadi tulisan menarik telah dilakukan namun belum menggugah hati pengambil kebijakan.
Begitu banyak peneliti dan hasil penelitian di Indonesia tapi hanya menjadi informasi yang dibaca ketika dibutuhkan. Fenomena ini menarik perhatian KSI untuk memberikan pembelajaran tentang cara mensintesakan hasil penelitian. Ben Hillman mengungkapkan untuk membuat judul harus terdapat unsur “wow”. Judul yang baik seharusnya bisa menggambarkan isi penelitian. Namun, seringkali judul yang kita temui memunculkan persepsi yang berbeda dari isinya.
Fakta menunjukkan penentu kebijakan tidak memiliki waktu membaca artikel tersebut, sehingga peneliti harus mengubah hasil penelitian menjadi policy brief ataupun press release. Menurut Maryam Mohsin untuk menghasilkan sintesa yang baik jangan menggunakan istilah yang sulit dimengerti, tapi gunakan kalimat yang padat dan jelas. Ini langkah untuk memudahkan penentu kebijakan membaca hasil penelitian puluhan sampai ratusan lembar.
Tentunya untuk mempercepat informasi, peneliti membutuhkan media. Media sebagai jembatan untuk mempengaruhi masyarakat. Peneliti dituntut untuk bisa berpikir seperti editor. Dengan gayanya yang nyentrik, Amarzan Loebis mengungkapkan “Jangan pernah menulis tema yang tidak kita ketahui”.
Peneliti dapat membuat opini dan feature untuk menyampaikan hasil penelitian. Opini menghasilkan kesimpulan dan menawarkan solusi yang bisa mempengaruhi masyarakat. Lain halnya dengan feature yang isinya cenderung menghibur daripada menginformasikan. Dalam presentasinya Bagja Hidayat mengatakan “Menulis seperti menulis kepada orang dekat dengan Anda”, jadi tulislah semua yang ada di otak Anda.
Proses pembelajaran yang diberikan Tempo Institute menambah semangat peserta. Berbagai trik dan tips menulis membuat peserta semakin mudah untuk belajar menulis. Setiap pembelajaran selalu diakhiri dengan diskusi. Inilah cara belajar orang dewasa dari Tempo Institute.
Materi presentasi dapat diunduh di link berikut:- Sintesis Penelitian untuk Komunikasi - Maryam Mohsin
- Menulis untuk Platform dan Jurnal Internasional - Maryam Mohsin
- Tips dan Trik Publikasi dalam Jurnal Internasional: Abstracts and Titles
- Menulis Feature
- Biofuels and Local Food Security - ODI
- Tulisan Opini
- Press Release - Policies of Rich Countries Still Doing Little for the World’s Poor: Modest Progress on the Environment Bucks Disappointing Trend
- Press Release - Independent Commission for Aid Impact publishes report on DFID’s Bilateral Support to Growth and Livelihoods in Afghanistan
- Policy Brief - Building Mutual Understanding for Effective Development
- Policy Brief: Recovery in Northern Uganda: How are people surviving post- conflict?
Reportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua
Menampilkan Gambar, Menarik Perhatian Pembaca
Hari II: 18 Juni 2014
Suasana belajar hari kedua lokakarya komunikasi KSI sedikit berbeda dengan hari pertama. Peserta tidak hanya diberi teori menulis populer di hari Rabu, 18 Juni 2014 ini. Para peserta yang merupakan mitra-mitra KSI dibekali materi tambahan untuk menghasilkan tulisan yang diminati pembaca. Mereka diajarkan untuk memilih dan memberi gambar pada tulisan. Hari kedua rangkaian lokakarya komunikasi KSI ini dibuka dengan paparan mengenai infografis. Materi yang disampaikan oleh Yosep Suprayogi ini berisikan tentang perlunya penggunaan infografis dalam tulisan. Infografis adalah gabungan antara teks dan ilustrasi untuk menyampaikan informasi. Dengan infografis, penulis dapat mengklarifikasi fakta secara visual dengan peta, grafik, atau diagram. Dalam presentasinya, redaktur utama hukum dan nasional TEMPO ini menyebutkan bahwa infografis dapat melawan efek banjir informasi karena lebih memikat. Ini didukung oleh penelitian yang menyebutkan bahwa visualisasi menambah keinginan membaca hingga 80%. Infografis juga disenangi pembaca karena lebih mudah diakses, gampang diingat, dicerna, dibagi, dan lebih menarik. Selain itu, infografis dapat membantu menyampaikan informasi secara lebih persuasif. Tulisan juga dapat diperkaya dengan foto untuk menarik minat pembaca dan memperjelas informasi. “Penting sekali untuk memilih foto yang tepat untuk menggambarkan isi dari hasil penelitian kita,” tutur narasumber kedua, Maryam Mohsin. Research Uptake Manager dari Overseas Development Institute (ODI) ini juga mengatakan bahwa foto semata akan kurang optimal menginformasikan hasil penelitian kita. Perlu narasi yang sesuai agar pembaca tidak salah menginterpretasi foto. Seluruh rangkaian penelitian umumnya memiliki etika yang harus dipatuhi, termasuk dalam hal pengambilan foto. “Ada etika yang perlu diperhatikan saat mengambil foto orang untuk keperluan dokumentasi penelitian”, kata Maryam. Pertama, mintalah izin orang tersebut untuk diambil fotonya. Upayakan izin dalam bentuk tertulis. Kedua, potretlah orang saat akhir wawancara agar tidak merusak mood-nya. Ketiga, lihat kondisi saat pengambilan foto. Bila pengambilan foto dapat membahayakan diri sendiri atau institusi sebaiknya tidak perlu dilakukan. Sesi selanjutnya adalah klinik menulis. Sesi ini memakan waktu lima jam. Lebih panjang dari sesi-sesi lainnya. Peserta dibagi menjadi empat kelompok sesuai jumlah narasumber. Masing-masing kelompok mendiskusikan topik yang berbeda. Ada topik menulis opini yang diampu Mardiah Chamim. Ada topik menulis feature yang diasuh oleh Philipus Parera. Ada topik menulis abstrak yang dipandu Maryam Mohsin. Ada juga dua topik, opini dan feature, yang diajar sekaligus oleh Yosep Suprayogi. Di kelompok topik opini, Mardiyah Chamim memberi masukan untuk tulisan-tulisan opini yang sudah dikumpulkan peserta. Direktur eksekutif TEMPO Institute ini memberi masukan mulai dari judul. “Judul adalah misteri yang mempesona. Usaha besarlah untuk mencari judul yang menarik mata redaktur,” katanya. Bagi penulis pemula, Mardiyah menyarankan menulis opini sesuai bidang yang dikuasai. Mardiyah juga menekankan pentingnya membuat news peg atau cantolan berita agar opini yang dikirim ke media aktual. Mardiyah juga menegaskan perlunya membuat lead yang menarik serta transisi kalimat yang baik dalam tiap tulisan opini. Di kelompok lainnya, Philipus Parera mengajarkan peserta untuk mengaitkan human story dalam tulisan feature hasil penelitian. Pria yang akrab disapa Philip ini juga menyarankan untuk memasukkan pernyataan yang menjadi alasan kuat penulis mengangkat sebuah tema. Ada kalanya tulisan feature berupa ulasan profil tokoh. “Bila membuat profil tokoh, jangan hanya wawancara tokoh tersebut. Wawancara juga pihak lain yang terkait tokoh tersebut,” tutur Philip. Diskusi di kelompok lainnya juga berjalan lancar. Semua peserta antusias mendengar masukan nara sumber dan membuat catatan kecil di buku masing-masing. Peserta juga aktif bertanya dan sesekali tertawa riuh rendah merespon canda narasumber. Klinik menulis hari kedua ditutup dengan tugas untuk merevisi tulisan yang telah dibuat peserta. Oleh: Puti Aulia Rahma, drg., MPH Editor: WidartiReportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Kedua
Menulis untuk Media
Hari III: 19 Juni 2014
Rangkaian klinik menulis dilanjutkan pada hari ketiga lokakarya komunikasi KSI. Narasumber memberi masukan untuk revisi tulisan yang sudah dilakukan peserta pada hari terakhir lokakarya ini. Menurut narasumber, sebagian peserta sudah melakukan perbaikan yang berarti dalam tulisan mereka, struktur tulisan juga semakin baik. Sebagai tindak lanjut klinik menulis ini, Mardiyah Chamim mendorong peserta agar percaya diri menulis untuk media. Mardiyah juga berbagi tips kepada penulis pemula agar dapat masuk ke radar media. “Rajin-rajinlah menulis di blog, twitter, atau facebook. Setiap hari wartawan akan searching di media sosial untuk mencari narasumber,” ungkapnya. Di kesempatan yang sama, Philipus Parera juga menyarankan peserta untuk berlatih membuat tulisan seminggu sekali. “Kira-kira setelah enam bulan berlatih, teman-teman pasti bisa,” katanya memberi semangat. Sebelum peserta pulang ke daerah masing-masing, Mira Renata berpesan kepada peserta agar mengungkapkan kebutuhan di institusi masing-masing dalam upaya pengembangan kapasitas. Communication manager KSI ini berharap agar KSI lebih dapat memfasilitasi kebutuhan mitra-mitranya secara tepat sasaran. Mira memaparkan, KSI juga berencana untuk membuat forum kecil di luar rangkaian lokakarya komunikasi sebagai sarana diskusi intensif peserta. Setelah menyampaikan pesan, Mira mengucapkan selamat jalan kepada peserta sekaligus harapan bahwa tulisan-tulisan peserta dapat segera tembus ke media. Oleh: Puti Aulia Rahma, drg., MPH Editor: WidartiReportase Lokakarya Komunikasi Bagian Pertama
“Kekuatan Branding dan Presentasi”
Hotel Akmani, Jakarta Pusat, 26-27 Agustus 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri, MPH KSI kembali mengadakan lokakarya komunikasi yang ke tiga di Jakarta dengan tema “Kekuatan Branding dan Presentasi: Membangun Brand dan Presentasi Menarik”. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari yang berlangsung tanggal 26 sampai 27 Juni 2014. Kegiatan ini difasilitatori oleh Edy Galaxcy dan Primo Rizky dari DM-IDHolland Jakarta. Lokakarya diikuti oleh 16 mitra KSI, salah satunya adalah Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK FK UGM).
Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Reportase
Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Pemetaan dan Hubungan dengan Media
Hari I: 01 Oktober 2014
Reporter:- Wisnu Firmansyah S.IP- Eva Tirtabayu Hasri S.Kep.,MPH Knowledge Sector Initiative (KSI) bekerjasama dengan DFAT, AusAID dan Bappenas, kali ini kembali mengadakan lokakarya. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Santika Bogor, dan mengambil tema “Pemetaan dan Hubungan dengan Media” sebagai rangkaian terakhir Lokakarya Komunikasi yang diperuntukkan bagi para peserta yang berasal dari mitra-mitra KSI. Sebelum memulai sesi yang pertama, Listy Irawati sebagai Acting Program Manager perwakilan dari DFAT memberikan sambutan. Komitmen untuk memperkuat mitra lembaga dalam menyampaikan hasil penelitian lembaga ke masyarakat luas agar lebih mudah dimengerti. Lokakarya ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan lembaga dalam menyampaikan hasil penelitiannya sesuai kebutuhan.Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Pemetaan dan Hubungan dengan Media
Hari II: 02 Oktober 2014
Reporter: Eva Tirtabayu Hasri S.Kep.,MPH Lokakarya hari ke-2 dimulai dengan pemaparan evaluasi hari pertama oleh Mira Renata dari Knowledge Sector Initiative (KSI). Evaluasi meliputi pembicara, bahan atau materi presentasi dan alokasi waktu. Dari beberapa narasumber, Iwan Setyawan menjadi narasumber dengan evaluasi yang paling bagus. Peserta menyayangkan sesi data mining tidak dijelaskan secara detail dan tidak ada tools, padahal ini adalah workshop bukan seminar, peserta juga mengalami kesulitan bahasa tekhnologi karena narasumber menggunakan istilah yang asing bagi peserta.Reportase Lokakarya Komunikasi Bagian Keempat
Pemetaan dan Hubungan dengan Media
Hari III: 03 Oktober 2014
Reporter: Wisnu Firmansyah, S.IP