Pertemuan Tahunan Departemen KMK dan PKMK: Mendorong Sinergi, Mengawal Transformasi

Pertemuan tahunan Departemen KMK dan PKMK tahun 2025 khususnya penting untuk mengidentifikasi bagaimana Departemen KMK dan PKMK dapat lebih sistematis lagi mencari peluang-peluang sinergi khususnya secara internal di FKKMK, dan selanjutnya dengan fakultas lain di UGM, sesuai dengan tema FK-KMK “Mendorong sinergi, mengawal transformasi”, karena dibutuhkan keahlian transdisiplin untuk dapat mendukung pemerintah melaksanakan transformasi Kesehatan. Oleh karena itu, pertemuan tahunan kali ini bukan hanya dilakukan untuk mengkaji isu-isu strategis kebijakan dan manajemen Kesehatan, positioning vis-à-vis para pemangku kepentingan dan baik di tingkat daerah, nasional mau pun global, namun juga identifikasi peluang-peluang sinergi sumber daya antara Departemen KMK dan PKMK dengan unit kerja lain di FK-KMK. Selain itu, diharapkan dari pertemuan ini dapat menghasilkan langkah-langkah konkret untuk memperkuat kontribusi akademik dan praktis dalam pengembangan kebijakan kesehatan serta pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.

 

Reportase

Pertemuan Tahunan Departemen KMK dan PKMK FK-KMK UGM: Mendorong Sinergi, Mengawal Transformasi

 Outlook Sistem Kesehatan Nasional dan Global Tahun 2025

PKMK-Gunung Kidul. Mengawali kegiatan pada hari ini (18/2/2025), Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK) dan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Universitas Gadjah Mada  menyelenggarakan sesi plenary satu yang dipandu oleh Shita Listya Dewi, S.IP., MM., MPP. Terdapat dua narasumber yang mengisi pada sesi ini. Materi pertama mengenai isu-isu strategis nasional terkait kebijakan dan manajemen kesehatan berikut usulan dalam hal menyikapinya disampaikan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D.  Sedangkan materi mengenai isu strategis global terkait kebijakan dan manajemen kesehatan berikut usulannya disampaikan oleh Prof. dr. Yodhi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH.

Pada materi pertama, Prof. Laksono menyampaikan bahwa tema pada pertemuan tahunan departemen KMK dan PKMK ini sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2025 mengenai percepatan peningkatan akses dan mutu layanan kesehatan primer. Keberadaan Inpres tersebut sesuai dengan upaya transformasi kesehatan yang dimulai dengan hadirnya Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023. Tantangan berlanjut dengan hadirnya dinamika yang terjadi oleh karena kebijakan pemerintahan baru. Perjalanan ini menghadirkan sejarah baru, atau disebut beliau “History in the Making” yang menyiratkan sesuatu yang luar biasa. Pergeseran nilai-nilai yang terjadi tentu membawa dinamika pro dan kontra terhadap regulasi baru tersebut, tantangan pelaksanaan, dan implementasinya. Universitas Gadjah Mada bisa menjadi pihak yang independen dan mengedepankan riset implementatif. Riset implementasi, tutur Prof Laksono, adalah bagaimana mengaitkan proses pelaksanaan kebijakan dengan penelitian untuk melihat tercapai tidaknya tujuan transformasi kesehatan, evaluasi, dan usulan perbaikan.  Pelaksanaan riset implementatif ini harus dilaksanakan secara interdisiplin dan multidisiplin, dimulai dengan pengelompokkan SDM dari KMK dan PKMK untuk setiap divisi ilmu. Selanjutnya, identifikasi dapat berlanjut menyasar institusi di luar FK-KMK UGM, artinya melibatkan berbagai pakar di fakultas lain. Prof Laksono juga mencontohnya skenario kerjasama dan usulan topik penelitian untuk mendorong riset implementasi dengan melibatkan berbagai pihak dari berbagai sisi. Tugas peneliti untuk menghasilkan riset, sedangkan sejarawan dapat mencatat tindakan para peneliti dalam sejarah, khususnya sejarah transformasi kesehatan di Indonesia.

Selanjutnya, Prof. Yodi memaparkan materi dengan mengawali situasi dunia dimana adanya ketidakpastian pendanaan yang menjadi tantangan baru terutama bagi para peneliti dan pelaku di dunia kesehatan. Namun, dengan adanya krisis ini, KMK dan PKMK FK-KMK UGM harus dapat membajak krisis untuk memanfaatkan kepentingan yang ada. Situasi kebijakan baru dari Pemerintah Amerika Serikat, pembubaran USAID, dan kebijakan ekstrim lainnya membawa kenyataan baru di dunia pendanaan bahwa efisiensi mulai diterapkan di beberapa negara dan munculnya sumber pendanaan baru dari investasi sektor swasta dan filantropi. Untuk itu, Prof Yodi mengusulkan untuk mencari pendanaan dari sumber-sumber kreatif di luar donor tradisional, menguatkan kerjasama domestik dan regional, menghasilkan riset inovatif dengan pendekatan yang sesuai dengan realitas pendanaan baru, serta advokasi untuk merealisasikan bukti menjadi aksi.

Pada sesi diskusi, terdapat 3 pertanyaan seputar pendanaan, implementasi riset yang independen, serta bagaimana cara mendekatkan kebutuhan riset dengan pelaku dilapangan. Berdasarkan pertanyaan tersebut, penting untuk mempelajari profil donor dan kepentingan serta implikasi politis di balik pendanaan tersebut. Alternatif pendanaan juga bisa melalui crowd funding yang mengedepankan gotong royong untuk membantu pelaksanaan riset. Pengunaan DaSK untuk menunjukkan dan menampilkan data bisa menunjukkan independensi peneliti di KMK dan PKMK meski tetap menjawab kebutuhan pemangku kebijakan. Terakhir, dengan hilangnya pendonor besar seperti USAID justru dapat memicu para peneliti untuk menemukan topik penelitian dan proyek yang sesuai dengan kebutuhan klien di lapangan, tidak hanya berdasarkan kebutuhan donor. Meski ada berbagai tantangan dan dinamika yang terjadi, justru ini menjadi momentum bagi tiap individu peneliti dan konsultan, dosen, dan institusi untuk melihat setiap peluang dan menjawab kebutuhan yang ada untuk mengawal proses transformasi kesehatan nasional, regional, dan global.

Reporter: dr. Alif Indiralarasati (PKMK UGM)

Mendorong Sinergi, Mengawal Transformasi

Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK) serta  Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM menyelenggarakan Pertemuan Tahunan di Gunung Kidul pada Selasa-Rabu, 18-19 Februari 2025. Terdapat 2 plenary session dalam kegiatan ini, salah satunya adalah Plenary Session II tentang Outlook Target Capaian Kerja (TCK), dan Rencana Kerja Tahun 2025 yang disampaikan oleh dr. Lutfan Lazuardi, MKes, PhD selaku Kepala Departemen KMK, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS selaku Direktur PKMK, dan dimoderatori oleh dr. Likke Prawidya Putri, MPH., Ph.D.

Plenary ini bertujuan untuk mengupas isu-isu strategis nasional terkait kebijakan dan manajemen kesehatan berikut usulan penyikapannya (terkait: (1) Progres Transformasi Kesehatan; dan (2) Dinamika yang terjadi oleh karena kebijakan Pemerintahan baru). Selain itu, plenary ini juga membahas isu-isu strategis global terkait kebijakan dan manajemen kesehatan berikut usulan penyikapannya (utamanya terkait kebijakan pemerintahan baru Amerika Serikat terhadap WHO dan USAID).

Lutfan menyampaikan Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK) berperan penting dalam pengembangan keilmuan dan implementasi kebijakan kesehatan, dengan empat peminatan utama: Manajemen Rumah Sakit (MMR), Sistem Informasi Manajemen Kesehatan (SIMKES), Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan (KMPK), serta Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK), dengan satu peminatan baru, yaitu Social Health Insurance (SHI), berkolaborasi dengan BPJS Kesehatan. Selain itu, kolaborasi antara departemen, program studi, dan pusat penelitian perlu untuk terus diperkuat melalui penelitian bersama, pengabdian masyarakat, serta program akademik lintas prodi untuk meningkatkan capaian Target Capaian Kinerja (TCK).

Secara umum, banyak TCK yang tercapai, meski beberapa belum terwujud, seperti target mahasiswa asing di peminatan HPM, meskipun kerja sama internasional telah terjalin. Fokus strategis KMK mencakup penguatan internal melalui penerapan kerangka sistem kesehatan (termasuk SIMKES dan manajemen RS), diversifikasi pendanaan lokal seperti kerja sama dengan BPJS Kesehatan (SHI), serta pengembangan program double degree bersama University of Melbourne melalui skema beasiswa LPDP. Langkah-langkah ini mendukung visi KMK sebagai Center of Excellence for Innovation dalam kebijakan dan manajemen kesehatan.

Ada banyak peluang kegiatan kolaborasi antara Prodi KMK dan Pusat PKMK UGM pada 2025 ini, antara lain seperti PGF ke-19, Digital Twin Laboratory, Digital Health and Wellness Initiatives, Pemanfaatan DaSK pada penyakit prioritas, ASM-Plataran Sehat, ANHSS, Fornas JKKI, hibah pengabdian masyarakat, dan lain.

Dr. Andre menyampaikan outlook dan capaian kinerja PKMK FK-KMK UGM pada 2025. Andre menyampaikan perlunya strategi yang terukur dalam menghadapi keputusan pemerintah saat ini yang mengedepankan efisiensi daripada grassroot support, apa yang terjadi sekarang sudah diprediksi sebelumnya, namun yang terjadi saat ini tidak seperti yang diharapkan. Selain itu, pidato presiden yang menyampaikan tentang tidak perlunya lagi terlalu banyak kajian, seminar, maupun FGD karena yang terpenting adalah aksi. Hal ini menjadi cambuk bagi PKMK karena hal-hal tersebut merupakan core business-nya PKMK. Hal ini mengakibatkan perlunya penyesuaian baik dari proses kajian yang telah dilakukan maupun rencana kajian-kajian ke depan dengan mengedepankan pemanfaatan data rutin. Prodi KMK dan PKMK sebenarnya sudah merespon dengan menginisiasi adanya Digital Data Corner, selain itu peneliti juga dapat berkolaborasi dengan HDSS maupun pusat data yang lain.

PKMK mempunyai 5 Divisi yakni Divisi Manajemen Rumah Sakit, Divisi PH, Divisi Mutu, Divisi Manajemen Bencana dan Divisi e-Health. Bagi Divisi Manajemen Rumah Sakit, perlu melakukan pendekatan dengan melakukan pemetaan dan identifikasi rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia. Beberapa waktu lalu dari Dokkesnya POLRI meminta dibantu untuk dapat melakukan kajian terkait health system bagi jejaring fasilitas pelayanan kesehatan milik POLRI. Untuk rumah sakit yang for profit, kita belum banyak terlibat untuk kajian dan renstranya.

Untuk Divisi PH, sangat penting melakukan hilirisasi hasil riset ke KMK agar dapat dijadikan modul bagi para dosen dalam mengajar mahasiswanya.  Selain itu, terdapat  isu-isu penyakit prioritas terkait DM, jantung, stroke, stunting, maupun penyakit prioritas yang lain yang perlu dikaji dan diberikan rekomendasi kebijakannya seperti apa. Divisi Bencana PKMK belum memiliki peneliti yang berfokus pada climate change, hal ini diperlukan untuk mengantisipasi adanya bencana yang terkait dengan perubahan iklim. Untuk e-Health, dapat melakukan kajian tentang bagaimana baiknya telemedicine yang sesuai dengan terintegrasi. Terakhir, Divisi Mutu perlu menyiapkan sikap atas efisiensi anggaran, terutama terkait pendanaan TB yang biasanya berasal dari USAID, maupun sumber pendanaan lain yang terdampak.

Kemudian, apa yang akan dikerjakan di PKMK? Penelitian, pengembangan kebijakan, konsultasi teknis ke rumah sakit daerah maupun pemerintah daerah terkait kesehatan, serta pelatihan dan pembelajaran yang akan dikelola oleh Divisi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Selain kolaborasi intens dengan unit KMK, PKMK juga memberikan kontribusi untuk mendukung FK-KMK dengan cara publikasi, penelitian, networking, pengabdian masyarakat, hilirisasi dan hak paten serta dana. Tentunya, implementasinya perlu direncanakan dengan baik agar terukur.

Pasca materi, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, PhD memberikan tanggapannya. Prof Adi menyampaikan bahwa kegiatan rapat tahunan yang menggabungkan antara prodi dan pusat kajian merupakan sejarah yang baru pertama kali terjadi.  KMK juga melakukan terobosan yaitu bekerjasama dengan University of Melbourne untuk double degree. Terdapat 3 poin yang disampaikan oleh Prof Adi. Poin pertama, perlunya memanfaatkan data sekunder dan penelitian yang ada di pusat kajian, yang tadi sempat disinggung oleh dua narasumber. Poin kedua, di tengah tantangan yang kompleks terkait efisiensi dan pemotongan anggaran, pusat dan prodi perlu menguatkan kembali soft skill terkait dengan komunikasi yaitu stakeholder engagement dan sebagainya. Poin ketiga, perlunya kolaborasi antar pusat kajian maupun pusat studi yang ada di fakultas maupun di universitas, karena apa yang disampaikan oleh salah satu narasumber, penyelesaian isu yang akan dihadapi memerlukan keilmuan di luar ilmu-ilmu kesehatan. Prof. Adi juga menyampaikan bahwa pusat kajian memerlukan sebuah unit yang mempunyai tugas untuk melakukan proses review proposal yang akan dikirimkan kepada calon mitra maupun pendonor dana. Hal ini untuk meminimalisir kesalahan dari proposal pendanaan yang akan disampaikan.

Pembahas selanjutnya yakni Prof. Dr. dr. Eti Nurwening Sholikhah, M.Med.Ed, M.Kes menyampaikan, sinergi yang dilakukan oleh KMK dan PKMK merupakan inovasi yang dapat menginspirasi bagi yang lain, karena ada beberapa pusat yang seperti berjalan sendiri. Pertemuan ini memang diperlukan, namun, harapannya setelah kegiatan ini perlu dicatat juga terkait apa target dan kapan waktu yang ingin dicapai. Prof. Eti juga menyampaikan bahwa PKMK sebagai salah satu pusat studi tertua di UGM, selain memberikan rekomendasi berupa laporan, diperlukan kegiatan diseminasi yang dapat disampaikan dengan bahasa yang membumi agar dapat diterima langsung oleh masyarakat, karena masyarakat tentunya menunggu hasil dari kajian-kajian terkait berbagai isu kesehatan yang dilakukan oleh PKMK.

Reporter: Fajrul Falah (PKMK) dan Ichlasul Amalia (HPM UGM)

PKMK-Gunung Kidul. Pertemuan Tahunan Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehtan (KMK) serta Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) di Ruang Amarta, Hotel Santika Lt.2 Gunung Kidul, serta secara daring melalui Zoom Meeting. Sebagai rangkaian sesi Plenary Session III, terdapat sesi breakout yang menyediakan waktu bagi setiap peserta pertemuan berdiskusi di dalam 7 topik kelompok yang sudah ditentukan. Ketujuh topik terdiri dari Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Mutu Pelayanan Kesehatan, Manajemen Rumah Sakit, Pembiayaan dan Asuransi Kesehatan, Sistem Informasi dan Digitalisasi Kesehatan, Manajemen Bencana Kesehatan, serta kelompok Tendik & Staf. Hasil diskusi dipaparkan pada Plenary Session III pukul 16:00 – 17:00 WIB. Sesi ini dipandu oleh Dr. dr. Guardian Yoki Sanjaya, M.Hlth.Info., dengan tujuan untuk mempresentasikan strategi sinergi sumber daya strategis dari masing-masing topik kelompok.

Yuni Astuti, yang mewakili kelompok Tendik & Staf, menyampaikan rencana kegiatan tahunan berupa Post-Graduate Forum (PGF) yang dikoordinasikan antara PKMK dan HPM. Kegiatan ini dijadwalkan pada 17-18 Juli 2025. Yuni juga mengajak peserta untuk ikut serta dalam kegiatan jalan sehat yang akan diadakan sebulan sekali sebagai agenda dari tendik & staf, serta pelatihan digital marketing untuk meningkatkan keterampilan staf. Tri Muhartini, MPA dari Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan membahas tentang pelatihan Evidence-based informed yang direncanakan sebagai pre-conference PGF, serta riset implementasi dan mempublikasikan buku, salah satunya mengenai 10 Tahun JKN yang sedang dalam proses penyusunan. dr. M. Hardhantyo, MPH, PhD perwakilan dari Mutu Pelayanan Kesehatan, menyampaikan tantangan terkait keterbatasan tenaga ahli dan kebutuhan pembiayaan untuk project bidding. Hardhantyo juga menjelaskan berbagai kegiatan yang sedang berlangsung, termasuk pelatihan manajemen analisis data yang merupakan isu baru terkait mutu.

Dari Manajemen Rumah Sakit, dr. Haryo Bismantara, MPH membagikan tantangan efisiensi anggaran dan masalah pembayaran klaim RS oleh BPJS. Haryo juga memaparkan kegiatan yang direncanakan berupa monitoring KJSU dan pengembangan kurikulum. Candra, MPH yang mewakili Pembiayaan dan Asuransi Kesehatan, membahas tantangan terkait keterbatasan SDM dan jumlah hasil penelitian yang masih sedikit. Candra menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan tahun ini terkait topik tersebut, salah satunya berupa seminar dan kolaborasi dengan dinas kesehatan. Dalam sesi yang diwakili oleh Hanifah Wulandari & Sensa Gudya Sauma Syahra dari Sistem Informasi dan Digitalisasi Kesehatan, tantangan dalam pengelolaan data dan infrastruktur SDM yang belum memadai diangkat sebagai isu yang perlu ditindaklanjuti. Rencana kegiatan terkait topik tersebut turut dipresentasikan, seperti pengembangan sistem dan aplikasi. Salah satu aplikasi yang dalam proses pengembangan adalah Nusacare, yang mana akan dimanfaatkan lebih lanjut pada kegiatan hari berikutnya, yaitu forest healing. Kegiatan tersebut terbagi dalam 2 sesi yaitu Forest Trail sejauh 1,6 kilometer dan meditasi di area hutan Wanagama.  Terakhir, Happy Pangaribuan, MPH mewakili Manajemen Bencana Kesehatan, menjelaskan kegiatan pelatihan dan penulisan yang berkaitan dengan perencanaan penanggulangan bencana, serta usulan pengembangan dashboard pemantauan bencana.

Di akhir pertemuan, Dr. dr. Guardian Yoki Sanjaya, M.Hlth.Info mengingatkan peserta untuk mengevaluasi kegiatan yang saling tumpang tindih dan memastikan semua proses perencanaan dibahas secara bersama. Pertemuan ini menjadi momen penting untuk berbagi informasi dan memperkuat kerjasama antar kelompok dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Reporter: Sensa Gudya Sauma Syahra

SDG 3, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
SDG 17, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan