Sabtu, 30 Maret 2024
PKMK-Yogya. Divisi Manajemen Bencana Kesehatan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan webinar bertajuk “Manajemen Bencana Kesehatan dalam Konsep dan Praktik (Disaster Health Management) pada Sabtu, 30 Maret 2024 pukul 09.00 – 12.00 WIB. Acara ini diikuti oleh 70 peserta yang tersebar dari kalangan mahasiswa, dosen, praktisi, dan profesional yang berminat di bidang bencana kesehatan.Kegiatan ini dipandu oleh Happy R. Pangaribuan, SKM., MPH selaku moderator.
Materi pertama, disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes. mengenai Konsep “Disaster Logic Model” dan “All Hazard Approach”. Di Indonesia, tidak ada daerah yang aman terhadap bencana. Artinya ancaman itu nyata adanya. Lantas, bagaimana sebuah komunitas bisa meningkatkan kapasitas untuk mengurangi risiko. Hal ini bisa dilakukan hanya jika komunitas memahami konsep bencana. Konsep bencana digambarkan dengan Disaster Logic Model, sebuah representasi visual suatu program, antara input, proses, output, dan outcome yang digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan dan sasaran serta implementasi dan evaluasi program. Penggunaan DLM dimulai dengan perencanaan (mengidentifikasi tujuan, sasaran program, kegiatan dan sumber daya yang diperlukan), implementasi (dengan memastikan kegiatan program dilaksanakan dengan melacak input dan output, apakah respons yang berjalan lancar atau tidak), evaluasi (membantu mengidentifikasi hasil yang diharapkan), dan terakhir pelaporan (melaporkan kemajuan dan dampak program). Dari konsep DLM ini kemudian dapat dipetakan mitigasi yang bisa dilakukan dalam setiap fasenya, membentuk rencana strategis (seperti penyusunan dokumen disaster plan di tingkat Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Klinik), maupun rencana operasional (mengimplementasikan rencana strategi ke dalam implementasi).
Materi kedua, disampaikan oleh dr. Hendro Wartatmo, Sp.B-KBD dengan judul “Incident Command System Sebagai Pilihan Sistem Komando”. Dalam konsep bencana, dikenal beberapa sistem komando, namun salah satu yang lebih unggul dibanding yang lain adalah sistem ICS. Setidaknya, terdapat tiga kelebihan ICS dibanding sistem lainnya, yakni; (1) sistem ini mampu membagi habis tugas pada setiap personil (who doing what); (2) sistem ini memiliki kejelasan alur komunikasi dan komando; (3) sistem ini memungkinkan pengembangan operasi jika diperlukan. Selain itu, sistem ICS juga memiliki kelebihan seperti sifatnya yang fleksibel, dapat diukur, dan memiliki kerangka yang jelas. Hal ini menjadikan dalam implementasinya memudahkan tiap organisasi yang akan membentuk sistem komando dalam manajemen bencana kesehatan.
Materi terakhir, mengenai “Manajemen SDM Kesehatan dan Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Bencana Kesehatan” disampaikan oleh Madelina Ariani, SKM., MPH. Hingga saat ini, di Indonesia, kita sering menjumpai masalah SDM Kesehatan dalam bencana. Hal ini disebabkan bukan karena kekurangan kuantitas dan kompetensi klinis, tapi karena SDM Kesehatan di Indonesia kekurangan kompetensi DHM. Salah satu masalah yang sering ditemukan di berbagai literatur adalah kemampuan SDM kesehatan untuk berkoordinasi dengan SDM yang lain atau sektor lain. Di dalam Health EDRM Framework, memuat 10 kerangka mengenai manajemen risiko bencana dan kegawatdaruratan. Tapi yang berkaitan dengan manajemen SDM adalah tiga hal, yakni; (1) Planning and Coordination yang mewajibkan adanya inklusi urusan bencana pada semua program kesehatan sehari-hari; (2) Human Resource yang menitikberatkan pada pengelolaan SDM kesehatan untuk DHM agar dimulai sejak pendidikannya, penempatannya, hingga pelatihannya; (3) Health and Related Services yang menjelaskan bahwa SDM kesehatan harus berperan di seluruh siklus bencana. Sejatinya, Indonesia telah memiliki konsorsium pendidikan bencana kesehatan, namun sudah beberapa tahun terakhir kurang aktif. Untuk saat ini, sejak tahun 2023, telah hadir Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan 2023 (terutama di Bab TCK) yang dapat digunakan untuk menavigasi penyusunan kurikulum SDM Kesehatan di dalam Bencana Kesehatan.
Acara ini juga diikuti dengan sesi tanya jawab yang cukup menarik. Pertanyaan yang dilontarkan para peserta adalah terkait dengan siapa yang paling tepat menjadi komandan tim bencana, dasar hukum dalam sistem penanggulangan bencana, konsep resiliensi untuk RS, syarat pembentukan EMT di RS, konsep penanganan bencana di fase pra, respon, dan pasca bencana, dan manajemen pasien dengan penyakit kronis saat bencana.
Webinar ini merupakan gelombang pertama yang nantinya akan diselenggarakan lagi untuk gelombang kedua pada 20 Juli 2024. Antusiasme dan partisipasi aktif para peserta menjadi kunci bagi Tim Divisi Manajemen Bencana Kesehatan untuk memberikan perbaikan dan meningkatkan kualitas Tim Divisi Manajemen Bencana Kesehatan dalam memberikan pelayanan terbaik dalam menyampaikan dan menyebarluaskan keilmuan dalam bidang bencana kesehatan. Tim Divisi Manajemen Bencana Kesehatan berharap dari webinar ini dapat terbentuk kelompok minat bencana kesehatan yang akan saling bahu membahu meningkatkan minat manajemen bencana kesehatan di Indonesia.
Reporter: dr. Alif Indira Larasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)
Reportase ini erat kaitannya dengan pilar 4 SDG yaitu Pendidikan Berkualitas.