Selasa, 21 Mei 2024 – PKMK-Yogyakarta. Meningkatkan kapasitas rumah sakit baik itu dalam hal kemampuan, pengetahuan, perencanaan, sumber daya, fasilitas, maupun kesadaran terhadap krisis kesehatan menjadi prioritas utama untuk merespon kondisi gawat darurat, seperti bencana. Amanah memperkuat kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana juga tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023. Salah satu dokumen yang dapat digunakan sebagai dasar memperkuat dan meningkatkan kapasitas rumah sakit dalam bencana adalah Hospital Disaster Plan (HDP). Kali ini, Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK-FKMK UGM mengadakan Pelatihan Dasar Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit (Hospital Disaster Plan/ HDP) yang diikuti oleh 6 rumah sakit dari berbagai wilayah di Indonesia.
Pelatihan dibuka dengan pengantar dan sambutan oleh dr. Bella Donna, M.Kes yang menyampaikan pentingnya HDP untuk menunjang kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana dan krisis kesehatan, karena termasuk garda terdepan penanganan pasien di lapangan. Kegiatan ini juga merupakan rangkaian dari berbagai pelatihan yang akan diselenggarakan oleh divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM dan menggunakan platform Plataran Sehat milik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Acara utama pelatihan dipandu oleh Happy R. Pangaribuan, SKM., MPH selaku moderator kegiatan. Materi pertama, Akreditasi dan Strategi Penyiapan HDP di RS disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes. Selain kepentingannya untuk memastikan rumah akit dapat tetap menjalankan fungsi pelayanan pasien meski dalam kondisi becana, HDP kini menjadi bagian dari penilaian akreditasi RS. Dengan adanya keterlibatan ini, diharapkan RS menjadi lebih serius dalam menyiapkan dokumen tersebut. Terdapat 4 poin dalam materi ini, yakni konsep safe hospital dan bagaimana capaiannya saat ini, konsep surge capacity, MFK dan komponen HDP, serta strategi penyusunan HDP.
Materi kedua, disampaikan oleh Apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid mengenai Logistik dan Manajemen Relawan. Manajemen logistik dalam bencana menjadi krusial karena dengan adanya peningkatan kebutuhan, upaya pemenuhan harus dijalankan dengan tersturktur, tercatat, dan dapat dimonitoring serta dievaluasi. Tanggung jawab dalam manajemen logistik akan lebih mudah diimplementasikan dengan model organisasi ICS. RS juga harus memikirkan fasilitas yang akan dimanfaatkan untuk mengatur logistik. Terakhir, terkait manajemen relawan, RS perlu mengidentifikasi kapasitasnya dan bagaimana pembagian tugas saat terjadi situasi bencana dan krisis kesehatan. Jika bencana terjadi dalam skala besar dan RS kekurangan tenaga, maka dimungkinkan menerima relawan dari luar.
Selanjutnya, materi mengenai Analisis Risiko, HVA, dan HSI dipaparkan oleh Madelina Ariani, SKM., MPH. Analisis risiko merupakan komponen penting dalam dokumen rencana penanggulangan bencana karena menjadi dasar dalam menentukan konten dan arah dokumen HDP. Analisis risiko bisa dilakukan dengan diawali dengan Hazard Vulnerability Assessment (HVA) untuk mengidentifikasi jenis ancaman yang dapat mempengaruhi keberlangsungan sistem pelayanan di RS. Selanjutnya, RS dapat melakukan perhitungan Hospital Safety Index (HSI) untuk menilai kapasitas dan keamanan RS dalam menghadapi ancaman-ancaman yang ada. Dari penilaian ini, kemudian dapat direncanakan kegiatan peningkatan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan RS.
Materi terakhir pada hari pertama, yakni Sistem Komando dan Pengorganisasian kembali disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes. Sistem Komando merupakan perkembangan dari Sistem Manajemen Insiden Nasional yang dicetuskan oleh Amerika Serikat dan hingga saat ini digunakan secara luas di seluruh dunia, karena dianggap lebih efektif dibandingkan sistem lainnya. Pengorganisasian dalam bencana menjadi hal yang cukup sensitif dan dapat menjadi sumber kegagalan manajemen bencana di RS jika tidak dipersiapkan dengan matang. Bella menjelaskan langkah-langkah pembuatan sistem organisasi dan komando dalam RS di situasi bencana, bagaimana memindahkan secara habis posisi yang ada dan dibutuhkan, serta menyiapkan penugasan bagi masing-masing personil. Sehingga jika terdapat situasi tanggap darurat, organisasi yang sudah disiapkan dapat langsung diaktifkan.
Pelatihan ini masih akan berlanjut pada hari kedua, 22 Mei 2024 untuk melanjutkan materi mengenai Fasilitas di RS saat bencana, SOP saat bencana, Data Informasi dan Peta Repson, serta Komponen HDP.
Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)