Artikel ini terkait dengan pilar 3 SDGs: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, pilar 17 SDGs: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Kamis, 5 Desember 2024
Pengembangan layanan medical wellness harus dirancang dengan pembuatan business plan yang mencakup rincian produk dan rencana operasional layanan yang akan ditawarkan. Produk yang ditawarkan dibuat dalam bentuk bundling yang tersusun secara sistematis dalam sebuah health journey. Oleh karena sasaran konsumen adalah pasar non BPJS atau out of pocket, maka harus direncanakan strategi pemasaran yang sesuai dan didukung dengan analisis pasar untuk identifikasi persaingan yang akan dihadapi.
Prof. dr. Laksono Trisnantoro menyampaikan ekosistem medical wellness merupakan sebuah inovasi layanan kesehatan yang harus dikembangkan melalui kolaborasi antara sektor kesehatan yaitu klinik/RS dengan travel agent yang bertugas untuk memfasilitasi konsumen dalam mendapatkan produk medical wellness. Produk dalam layanan medical wellness harus diwujudkan dalam sebuah health journey yang nantinya harus diperkenalkan ke masyarakat luas menggunakan strategi pemasaran yang sesuai. Saat ini, potensi geothermal di Indonesia cukup besar namun belum dimanfaatkan, sehingga harapannya potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inovasi wisata kesehatan.
Elisabeth Listyani, S.E., M.M. membahas analisis pasar dan persaingannya. Langkah yang dapat dilakukan yaitu identifikasi siapa target pengguna yang akan menggunakan produk, mencakup demografis pasien. Berikutnya, identifikasi penggerak kunci mengapa pengguna ingin menikmati produknya. Health journey kemudian disusun berdasarkan ekosistem medical wellness yang sesuai dengan produk yang akan dikembangkan. Health journey tersebut disusun secara spesifik terhadap perbedaan asal pintu masuk klien yang masuk melalui RS/Klinik, melalui hotel, maupun melalui travel agent dengan tiap-tiap fase pra kedatangan, kedatangan, dan pasca kedatangan yang berbeda kepada masing-masing asal klien.
Dr. dr. Jodi Vishnu, MPH membahas terkait strategi pemasaran, pricing, segmenting, targeting, positioning. Strategi pemasaran direncanakan dengan menggunakan Ansoff Matrix yang meliputi identifikasi produk yang sudah ada atau merupakan produk yang baru, kemudian disesuaikan dengan market yang disasar apakah termasuk pasar yang sudah ada atau akan menargetkan pasar yang baru. Saat ini, penentuan harga merupakan sebuah masalah tersendiri dalam menawarkan produk. Stratagi pricing dapat ditentukan dengan menawarkan up-selling atau cross-selling. Up-selling dilakukan dengan menawarkan harga bundling yang lebih mahal dengan paket yang lebih komprehensif, sedangkan untuk cross-selling, produk yang ditawarkan dalam bentuk bundling ditambah dengan produk-produk yang menarik bagi konsumen dengan peningkatan harga sedikit dari harga bundling semula. Penentuan pricing tersebut juga harus disesuaikan dengan persepsi pasien terhadap produk atau dikenal dengan value for money. Berikutnya, harus dilakukan identifikasi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam paket program, seperti travel agent. Segmentasi pasar kemudian dilakukan dengan identifikasi aspek geografis, demografis, perilaku dan psikografis yang nantinya akan disesuaikan dengan kondisi dan aktifitas klien yang dituju. Target pasar yang diharapkan harus diidentifikasi berdasarkan berapa usia konsumen yang cocok untuk mendapatkan produk, dimana letak geografisnya, bagaimana gaya hidupnya, hingga pengalaman konsumen dalam pembelian produk serupa. Berikutnya, positioning dirancang dengan memposisikan produk di benak konsumen dengan menetapkan tagline yang tepat agar konsumen ingat dengan produk yang ditawarkan. Setelah itu, kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan memasarkan produk melalui platform yang sesuai seperti sosial media untuk menarik minat konsumen. (Bestian Ovilia Andini)