Artikel ini terkait dengan pilar 3 SDGs: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, pilar 17 SDGs: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Kamis, 19 Desember 2024
Potensi pengembangan produk geothermal sebagai bagian dari layanan medical wellness di RS membutuhkan perencanaan bisnis mulai dari mapping demografis, kebutuhan operasional, hingga perencanaan produk dan keuangan. Produk yang sudah siap kemudian dapat dipasarkan melalui berbagai platform digital, salah satunya yaitu website yang mencakup detail produk, akses untuk pembayaran, hingga respon follow up setelah berhasil dilakukan pemesanan.
Elisabeth Listyani, S.E., M.M. menyampaikan pengantar terkait penyusunan produk geothermal dalam medical wellness mulai dari identifikasi ekosistem, penyusunan business plan, perencanaan strategi pemasaran, penyusunan rencana operasional dan keuangan, hingga penyusunan menu produk dalam website yang akan memfasilitasi pelanggan untuk dapat membeli produk.
Paparan terkait penyusunan menu produk medical wellness di website disampaikan oleh Anak Agung Ngurah Manik Artawan, S.T., M.T., M.M. yang bertujuan untuk membantu pelanggan memahami dan mendorong untuk melakukan pemesanan melalui website tersebut. Beberapa platform digital dapat dipilih untuk menjadi wadah untuk memfasilitasi produk medical wellness dengan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing, salah satunya yaitu website. Beberapa kelebihan website yaitu merupakan pusat informasi yang terintegrasi seperti cuaca, dapat digunakan untuk pemasaran global dan sarana pemesanan dan transaksi, mencantumkan data analitik dari website tersebut, memiliki konektivitas terhadap multimedia, serta dapat menampilkan sertifikasi, legalitas dan keamanan data. Website memiliki hal-hal penting yang perlu diperhatikan, meliputi prinsip responsif, skalabilitas, keamanan, kinerja dan user experience. Selain itu, harus memiliki komponen front-end, back-end, database, server dan hosting serta tahapan mulai dari analisis kebutuhan, desain, pengembangan, testing, implementasi, dan pemeliharaan. Prinsip untuk menyusun menu produk harus memiliki kategori yang jelas, deskripsi yang informatif, serta kesederhanaan navigasi. Dalam menu produk tersebut, juga harus memiliki desain yang menarik mencakup video dan foto berkualitas tinggi, serta elemen wajib mulai dari judul, transparansi harga, dan call to action seperti tombol “Pesan Sekarang” atau “Lihat Detail”. Dalam memudahkan pengalaman pelanggan, dapat juga ditambahkan menu untuk fitur terjemahkan bahasa yang beragam, seperti Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, menggunakan bahasa yang sederhana, serta terdapat integrasi menu dengan alur booking yang dikelola sendiri atau menggunakan pihak ketiga,
Sebagai output dari Workshop, Klinik Utama Dipta memaparkan hasil rencana bisnis dengan produk medical wellness yang diberi nama “KAHARSA”, menyasar segmen pasar menengah keatas untuk lansia usia > 55 tahun, disertai aktifitas yang beragam, diantaranya terapi geothermal di Guci, forest yoga di hutan pinus, tea hiking dan tea brewing dengan memanfaatkan kerja sama dengan sebuah vendor teh, kegiatan mindfullness berupa menggambar batik dengan memanfaatkan kerja sama dengan vendor batik, serta MCU. Perencanaan health journey disusun dengan pertimbangan 2 pintu masuk, yaitu pelanggan masuk melalui travel agent atau direct order melalui klinik. Terkait dengan financial assessment, juga telah disusun mulai dari HPP hingga harga penjualan sekitar Rp 9.000.000,-, sudah termasuk transportasi dan penginapan.
Berikutnya, RSUD dr. Soeselo Slawi memaparkan hasil perencanaan manajemen dan operasional, dengan penggerak kunci yaitu kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan target pasar kelas menengah keatas yang meliputi segala usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Terkait dengan pertimbangan pintu masuk pelanggan, diperkirakan untuk saat ini masih akan menggunakan transportasi sendiri dari RS, namun untuk masa mendatang akan direncanakan untuk bekerja sama dengan travel agent. Penyusunan health journey dimulai paket hidroterapi serta forest bathing dan akupuntur, dengan existing market berupa pasien dari Poli Rehab Medik dan Saraf. Namun, dalam perencanaan tersebut masih memiliki tantangan karena keterbatasan SDM yang dimiliki, salah satunya yaitu untuk dokter spesialis rehab medik.
Sebagai penutup workshop, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D menyampaikan closing remarks bahwa harus terdapat indikator keberhasilan dari penyelenggaraan workshop yang telah diselenggarakan berupa launching untuk menu produk di website hingga pelanggan dapat melakukan pemesanan dan pembayaran melalui website tersebut. (Bestian Ovilia Andini)