Senin-Selasa, 2-3 September 2024
PKMK-Yogyakarta. Mutu dalam pelayanan kesehatan merupakan hal krusial yang harus terus-menerus diperbaiki untuk menunjang patient safety. Seluruh pihak yang ada dalam puskesmas harus terlibat dalam peningkatan mutu. Proses peningkatan mutu pun harus dilakukan dalam siklus yang terjadi secara terus-menerus, menggunakan inovasi untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, serta memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia agar terlatih dalam upaya peningkatan mutu.
Pada Senin hingga Selasa (2-3/9/2024) Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK), FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan workshop dengan judul “Program Peningkatan dan Membangun Budaya Mutu di Puskesmas” dengan narasumber Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua, selaku konsultan dan peneliti di PKMK Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Dosen Magister manajemen RS di UGM, dan merupakan Ketua Indonesian Healthcare Quality Network (IHQN) juga Eva Tirtabayu Hasri, S.Kep., MPH yang merupakan peneliti di PKMK UGM. Webinar ini dipandu oleh moderator dr. Opi Sritanjung melalui zoom dan live streaming Youtube.
Pada hari pertama (2/9/2024), peserta mendapatkan materi dengan sub judul berupa Konsep Mutu, Cara Membangun Budaya Mutu di fasilitas Pelayanan Kesehatan, Cara Mengukur Keberhasilan Peningkatan Mutu melalui Indikator dan Metode untuk Meningkatkan serta Mempertahankan Mutu. Materi ini mencakup dasar dari peningkatan mutu secara menyeluruh yang dapat dilakukan oleh setiap pihak dalam instansi kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, maka perlu dibentuk suatu tim yang kemudian dilatih agar mampu untuk mengimplementasikan teori peningkatan mutu. Kemudian diperlukan penentuan prioritas target peningkatan mutu, menentukan indikator mutu, memahami apa yang akan dilakukan, dan menetapkan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut.
Hari kedua dipaparkan materi Menyusun Program Manajemen Risiko (Risk Registry dan Failure Mode Effect Analysis), Cara Mengembangkan dan Menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien, serta Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dan Pengembangan Budaya Keselamatan. Materi hari kedua berfokus pada menganalisis potensi kejadian risiko beserta dengan penyebab, probabilitas dan dampak, penanggung jawab risiko, nilai risiko inheren, rencana tindakan, serta nilai risiko residual melalui risk registry dan cara mengatasinya menggunakan alat Failure Mode Effect Analysis (FMEA). Sasaran Keselamatan Pasien dicapai dan dikembangkan melalui peningkatan kesadaran nilai keselamatan pasien, mengelola risiko, mengembangkan sistem pelaporan, hingga implementasi sistem keselamatan pasien.
Pada sesi diskusi, hampir seluruh peserta menyampaikan pengalamannya terkait sistem mutu yang telah dilaksanakan di instansi masing-masing. Tentunya dalam kesempatan ini, peserta juga saling memberikan umpan baik terkait sistem mutu yang berlaku di instansi satu sama lain. Setiap perencanaan program peningkatan mutu yang dibuat selama workshop juga dibagikan kepada peserta lain dan narasumber untuk diberikan dan masukan yang dapat mengoptimalkan sistem yang telah dirancang.
Sesi ditutup dengan kesimpulan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan perlu menyusun dan memiliki program budaya keselamatan standar yang mumpuni dan lengkap. Program tersebut perlu dijalankan seluruh staf fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten juga berkelanjutan, dilakukan monitor dan evaluasi secara periodik agar dapat dilakukan perbaikan yang dibutuhkan.
Reporter: dr. Opi Sritanjung (Divisi Manajemen Mutu, PKMK UGM)
Artikel ini terkait pilar 4 SDGs yaitu Pendidikan Berkualitas dan pilar 17 SDGs