Dengan semangat gotong – royong dan solidaritas yang meningkat di masyarakat pada masa pandemi COVID-19, filantropi memiliki peran besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah. Oleh karena itu, timbul suatu pertanyaan, “Bagaimana peranan filantropi dalam pendanaan kesehatan di masa pandemi COVID-19?” Untuk menjawab hal tersebut, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan akan mengadakan Forum Nasional II Filantropi Kesehatan sebagai wadah elaborasi kemitraan di masa pandemi.
filantropi
Kegiatan dimulai dengan pengantar dari dr. Jodi Visnu MPH mengenai topik “Mengapa Program Filantropi Membutuhkan Influencer?” Jodi menjelaskan definisi dan unsur filantropi yaitu voluntary action for public goods, terorganisir, berdampak strategis dan berkelanjutan. Tipe pemberi dana juga bisa dibagi menjadi 2 kelompok: yaitu High Networth Individual (HNWI), dimana masing – masing ini memiliki sektor prioritas yang berbeda. Dalam filantropi komunitas sendiri, dimana yang menyumbang banyak dengan jumlah sumbangan sedikit, kita harus dengan cermat menentukan menentukan influencer. Secara definisi influencer adalah seseorang bisa memberikan pengaruh, namun dalam konteks filantropi, influencer dianggap penting di komunitas tertentu.
Filantropi Indonesia bekerja sama dengan PKMK FK-KMK UGM dan Tahija Foundation meluncurkan Klaster Filantropi Kesehatan. Klaster ini dibentuk dalam rangka meningkatkan kualitas program kesehatan yang didukung, didanai dan dikelola oleh lembaga-lembaga filantropi di Indonesia. Acara ini menghadirkan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A.. MPH, mantan menteri kesehatan, sebagai pembicara utama dan dihadiri para pegiat filantropi Indonesia, khususnya yang bergerak di isu Kesehatan.
Filantropi Indonesia menunjuk serta mengenalkan PKMK FK-KMK dan Tahija Foundation sebagai Koordinator Filantropi Kesehatan bagi perkumpulan perhimpunan filantropi Indonesia. Ketua Dewan Executive Tahija Foundation, Trihadi Saptoadi, pada kesempatan ini mengungkapkan, “Klaster ini adalah milik kita bersama, dimana merupakan tempat kita belajar bersama, melakukan sinergi, membagi pengalaman, dan terutama melakukan pekerjaan bersama untuk advokasi kebijakan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Tugas kita bersama untuk mengembangkan klaster ini dan membuat klaster ini berhasil, dan memberikan dampak terbaik bagi negara kita”, jelasnya.
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM dengan didukung Tahija Foundation dan Johnson and Johnson menyelenggarakan Forum Nasional Pertama Filantropi Kesehatan. Forum yang dilaksanakan secara daring ini tersusun atas dua hari seminar pada 21-22 Juli 2020 dan dilanjutkan dengan lokakarya pada Agustus – September 2020.
Acara ini digelar untuk menggali potensi pendanaan filantropi dalam pembangunan sektor kesehatan di Indonesia sekaligus sebagai sarana diseminasi riset kerjasama PKMK FK – KMK UGM dengan Perhimpunan Filantropi Indonesia. Riset yang dipaparkan dalam forum ini adalah pemetaan lembaga filantropi di Indonesia dan kontribusinya pada sektor kesehatan. Pada diseminasi riset perdana ini, dr Jodi Visnu selaku peneliti PKMK memaparkan data yang ditemukan yakni sejumlah 117 institusi swasta korporasi dan non korporasi yang telah berkontribusi pada sektor filantropi kesehatan di Indonesia.
Yogyakarta – Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK – KMK UGM) menggelar webinar Filantropi Kesehatan pada Selasa (18/2). Webinar dengan judul besar “Hasil Awal Penelitian Filantropi untuk Pembangunan Kesehatan di Indonesia: Siapa saja Para Filantropis?” dipandu oleh peneliti PKMK FK – KMK UGM, dr. Jodi Visnu, MPH dan dimoderatori oleh dr Albarissa Shobry Abdalla. Webinar yang diselenggarakan di Gedung Tahir FK – KMK UGM ini turut dihadiri oleh mahasiswa, peneliti dan pelaku industri dan swasta. Webinar ini bertujuan mengupas situasi filantropi di Indonesia serta mengkaji potensi dan tantangan dalam pengembangan filantropi indnesia.