REPORTASE : PERTEMUAN TAHUNAN ke-23 PKMK FK – KMK UGM

REPORTASE :  PERTEMUAN TAHUNAN ke-23 PKMK FK – KMK UGM

2 Maret 2021


Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan merupakan salah satu pusat kajian di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM). Pada 2021, PKMK memasuki usia ke-23. Tahun ke-23 menjadi ujian bagi semua pihak, karena sejak awal Maret 2020 seluruh negara di dunia termasuk Indonesia mendapatkan dampak atas virus corona (COVID-19).

Sesi Pembukaan

Pertemuan Tahunan ke-23 dibuka oleh sambutan dari Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D. PKMK dinilai sebagai organisasi yang kaya pengalaman dalam menghadapi berbagai perubahan. Salah satunya adalah bidang kebencanaan, dimana pada 2020 bertepatan dengan munculnya pandemi COVID-19. Jumlah kegiatan virtual yang lebih dari 700 kegiatan merupakan bentuk kontribusi dalam peningkatan literasi publik. UGM sebagai sebuah universitas berharap pengembangan inovasi dan riset tidak hanya berbasis proyek tetapi merupakan pemikiran yang bersifat proaktif dalam mengantisipasi tantangan masa depan. Ova Emilia menutup sambutannya dengan harapan semakin banyak kontribusi PKMK bagi bangsa dan negara.

Sesi Pertama

Sesi pertama dibuka dengan laporan kegiatan PKMK pada 2020 oleh Direktur PKMK, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS. Andreasta menyatakan tim PKMK mengenakan kaos merah dalam pertemuan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap kondisi pandemi dengan smartness. PKMK terus bergerak pada masa pandemic dengan prinsip work-life balance, quality partners, dan co-creation. Target penelitian, kerjasama, dan pelatihan pada tahun 2020 dapat dicapai dengan spektakuler. Kegiatan virtual yang diselenggarakan dengan dukungan unit publikasi berjumlah 720 kegiatan dan 23 social events.

Terdapat beberapa tantangan dalam pencapaian target dan realisasi kegiatan pada 2020, salah satunya adalah dampak pandemi COVID-19 yang mempengaruhi kegiatan lapangan. Dana endowment dinilai belum cukup untuk mendanai operasional dan pengembangan serta sebagian besar sumber dana bersifat jangka pendek sehingga menjadi tantangan keberlangsungan lembaga riset. Isu lain yang sangat penting adalah terkait regulasi dan prosedur keuangan di fakultas dan universitas.

Presentasi dilanjutkan dengan membahas business continuity PKMK di tahun 2021. Konsep business continuity diterjemahkan dalam business impact analysis dan business continuity management. Selain masalah klasik lembaga riset, PKMK juga dihadapkan pada adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi sehingga perlu mengatur strategi untuk keberlangsungan lembaganya. Struktur SDM di PKMK jumlahnya tidak banyak berubah dalam masa pandemi.

Tantangan berikutnya bagi PKMK adalah mengembangkan rainmaker, melakukan reinvention, melaksanakan regenerasi internal peneliti dan konsultan, melakukan penyesuaian dengan regulasi UGM, dan menyesuaikan tata cara kerja di masa pandemi. Berbagai tantangan ini diharap dapat terjawab melalui kolaborasi dengan departemen maupun pusat kajian di FK – KMK maupun di fakultas lain. Banyak potensi kerjasama yang dapat dilakukan dan menjadi salah satu strategi PKMK dalam menjaga keberlangsungannya.

Pembahasan laporan pertama disampaikan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. selaku ketua board PKMK. Semua lembaga membutuhkan kemampuan resilience (ketahanan) dari shock (guncangan). Pada masa sulit dengan pandemi COVID-19, PKMK masih dapat bertahan. Sebelum 2020, PKMK sudah menyiapkan teknologi jarak jauh. Persiapan ini membuat PKMK menjadi salah satu pemain kunci dengan kemampuan IT di sektor kesehatan.

Laksono melihat 2021 ini sebagai tahap pemulihan dan pembelajaran. Kemampuan IT untuk manajemen pengetahuan menjadi kekuatan PKMK dalam membantu universitas, poltekes, dosen dan peneliti dari daerah terpencil. PKMK memiliki peluang menjadi pusat diseminasi ilmu pengetahuan denan sistem broadcast. Isu kunci yang menarik adalah regenerasi dan tahun ini adalah saatnya melakukan dengan serius dalam konteks business continuity. Pesan Laksono dalam konteks regenerasi, “Jangan sampai PKMK hanya menjadi batu loncatan bagi dosen/peneliti muda yang kemudian tertarik bekerja di luar UGM”. Harapannya PKMK tetap menjadi pionir dan terus berkembang untuk melawan proses penuaan dari hukum alam kinerja organisasi.

Pembahasan selanjutnya oleh dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan. Selama 23 tahun ini, kinerja PKMK ikut mengangkat reputasi fakultas dalam sektor kesehatan. PKMK sebagai lembaga yang tersertifikasi ISO, tidak hanya menggunakan prinsip continuity tapi sudah menggunakan prinsip resilience. Ini bukan sesuatu yang jatuh dari langit tapi merupakan hasil dari perjalanan panjang PKMK. Perubahan ekosistem di universitas dan fakultas, termasuk masalah administrasi dan regulasi menjadi faktor pendorong bagi PKMK. Harapannya semua unit kerja di fakultas dapat menjadi resilience seperti PKMK. Masukan yang diberikan adalah terkait laporan keuangan/aspek pendanaan untuk dicantumkan dalam laporan tahunan PKMK.

Pembahasan selanjutnya dari Dekan FK – KMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D. Fakultas merasa beruntung karena memiliki PKMK yang menjadi trendsetter dan anchor dalam inovasi. PKMK dinilai sangat strategis karena isu manajemen dapat berkolaborasi dengan berbagai bidang di sektor kesehatan.

Komentar selanjutnya dari salah satu anggota board PKMK yaitu Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH, Ph.D. PKMK merupakan organisasi yang kuat karena di dalamnya ada orang – orang yang kuat. Resilience individu merupakan salah satu faktor yang mendukung ketahanan organisasi PKMK. Tingkat resilience individu yang tertinggi adalah serendipity (menemukan sesuatu yang indah). Adi Utarini mengharapkan PKMK tetap mendukung individu – individu yang bertahan dalam rangka membangun resilience lembaga.

Dr. dr. Mubasysyir Hasanbasri, M.A. sebagai salah satu anggota board, memberikan komentar bahwa di UGM ini sudah cukup resilience melihat dari gaji yang kecil. Resilience yang harus dibangun adalah ketahanan dan inovasi dalam pemikiran.

Direktur PKMK menanggapi dengan menyampaikan bahwa keberadaan PKMK tidak lepas dari individu-individu di dalamnya. Tidak ada yang siap dalam menghadapi masa pandemi. PKMK menyiapkan diri dengan menjalankan protokol kesehatan di kantor dan dalam aktivitasnya. Pada aspek regenerasi, para kepala divisi diharapkan mencari kader-kader muda yang akan menjadi game changer.

Sesi Kedua

Sesi kedua merupakan sesi presentasi kegiatan divisi pada 2020 dan rencana kegiatan 2021. Terdapat lima divisi yang menyampaikan paparan yaitu Divisi Public Health, Divisi Manajemen Mutu, Divisi Manajemen Rumah Sakit, Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, dan Divisi e – Health. Presentasi dilakukan oleh kepala divisi dan peneliti/konsultan muda dari masing-masing divisi sebagai salah satu bentuk regenerasi dalam PKMK.

Diskusi pada sesi kedua dilanjutkan dengan tanggapan Dr. Ibrahim Rahmat, S.Kp., S.Pd., M.Kes. dan dr. R. Detty Siti Nurdiati Z, MPH., Ph.D., Sp.OG(K) selaku anggota board dari bidang ilmu keperawatan dan obstetri ginekologi. Pengembangan kebijakan kesehatan bersama para klinisi adalah hal yang menarik untuk dilakukan kolaborasi. Departemen – departemen di keperawatan dan PKMK dapat bekerjasama memulai seri webinar untuk memperkenalkan dan meningkatkan awareness tentang manajemen keperawatan. Pertemuan lebih lanjut mengenai keterlibatan klinisi dan keperawatan mengembangkan kebijakan berdasarkan riset yang ada menjadi salah satu fokus agenda tindak lanjut dari diskusi ini.

Tanggapan selanjutnya dari Dr. dr. Eti Nurwening Sholikhah, M.Med.Ed, M.Kes selaku anggota board dari Departemen Farmakologi dan Terapi. Eti menilai PKMK masih menjadi contoh yang bagus untuk departemen dan pusat kajian yang lain. Harapannya ada peningkatan keterlibatan departemen lain dalam aktivitas PKMK, sehingga PKMK yang seolah berlari dalam berbagai kegiatannya tidak melupakan departemen lain di fakultas.

Salah satu anggota board PKMK yaitu Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH, PhD menyampaikan bahwa continuity lembaga dapat dilihat dari sisi klien dengan meneruskan kolaborasi dalam bentuk kegiatan yang berbeda. Keberlangsungan lembaga diharapkan tidak hanya berbasis kegiatan namun dapat berbasis klien. Adi Utarini pun mengingatkan kembali tentang continuity dari SDM PKMK.

Direktur PKMK menanggapi dengan menyampaikan bahwa “berlari bersama” ini dapat difasilitasi melalui sekretariat bersama pusat kajian. Secara khusus mengenai isu SDM, retensi tim diupayakan dengan memberikan kesempatan melalui berbagai kegiatan dan manfaat akademis seperti seat-in pada kelas – kelas di program pascasarjana.

Sesi Penutup

Pertemuan Tahunan ke-23 ditutup oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. selaku ketua board PKMK. Laksono menyampaikan PKMK memiliki esensi seperti toko kelontong dengan banyak proyek di berbagai tempat. Proyek yang bernilai sangat besar kadang membuat kita melupakan kemampuan dan keunggulan lain sehingga perlu dicermati dengan baik. Masukan selanjutnya adalah menyelenggarakan workshop khusus untuk kolaborasi dengan departemen dan klinisi. Selain itu, continuity dengan berbagai mitra perlu dicermati untuk perjalanan PKMK ke depan. (SI)

Tags: 2021

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*