Project Syndicate (PS) adalah organisasi media internasional bersifat not-for-profit yang menerbitkan opini maupun analisis dari topik-topik yang menjadi fokus bersama di level global. Pada Rabu, 23 Juni 2021 Project Syndicate menyelenggarakan sebuah diskusi berjudul Back to Health. Diskusi ini menghadirkan para pakar terkemuka dari seluruh dunia untuk membahas pandemi yang sedang berlangsung dan mencari solusi bersama agar masyarakat kembali sehat.
Diskusi dibuka oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO). Tedros menyampaikan bahwa ada dua pembelajaran yang dapat diambil dari kejadian pandemi COVID-19. Pertama, kesiapan global dimulai dari kesiapan di level nasional. Tiap negara harus meningkatkan kapasitas kesehatan masyarakatnya. Kedua, kurangnya solidaritas dan komitmen berbagi antar negara menjadi akar masalah kelemahan respon pandemi. Solidaritas dan komitmen ini terutama dalam hal berbagi data, berbagi alat pelindung diri (APD) berbagi oksigen, dan berbagi vaksin. WHO berusaha memfasilitasi peningkatan kerjasama internasional yang akan dibahas dalam sesi khusus pada sidang WHO di akhir November 2021.
Sesi diskusi pertama menghadirkan Agnes Binagwaho (Mantan Menteri Kesehatan Rwanda), Sally Davies (Utusan Khusus Inggris untuk Resistensi Antimikroba), Tom Frieden (Mantan Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika), dan David Miliband (Presiden dan CEO dari International Rescue Committee). Sesi pertama membahas bagaimana mempersiapkan diri untuk pandemi di masa mendatang. COVID-19 telah memperlihatkan ketidakadilan sistemik yang harus diatasi untuk membangun masyarakat yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan. Kapasitas kesehatan masyarakat yang tidak memadai di satu wilayah dapat menjadi masalah bagi orang-orang di wilayah lain. Kapasitas tenaga kesehatan dalam menghadapi pandemi tidak hanya ditinjau dari sisi penanganan pasien tapi juga aspek preventif dan deteksi. Kemampuan melakukan deteksi melalui genome sequencing perlu ditingkatkan oleh negara. Hal ini memberikan peringatan pada kita bahwa kelompok masyarakat miskin dan rentan selalu menanggung beban kegagalan kolektif dari sektor kesehatan masyarakat. Tantangan lain yang dihadapi dalam perspektif vaksin COVID-19 yaitu produksi vaksin, mekanisme distribusi vaksin dan logistiknya, pembiayaan vaksin, serta menghadapi misinformasi dan disinformasi yang masif tentang vaksin.
Sesi kedua membahas mengenai universal health coverage (UHC). Diskusi sesi kedua menghadirkan Ann Aerts (Head of Novartis Foundation), Angus Deaton (penerima Nobel di bidang ekonomi), Carl Manlan (Vice President of Social Impact for CEMEA at Visa), Nancy Qian (Profesor di Northwestern University’s Kellogg School of Management). Gagasan UHC cukup sederhana namun memiliki tantangan dalam implementasi. Diskusi ini membahas bagaiman prinsip-prinsip UHC dan strategi implementasi yang dapat dilakukan oleh negara berpenghasilan rendah dan menengah. Salah satu ide yang menarik adalah melalui peningkatan kapasitas pelayanan kesehatan primer. Pelayanan kesehatan primer yang tangguh telah menunjukkan keberhasilan di Inggris dalam melaksanakan vaksinasi COVID-19. Tenaga kesehatan dapat menggerakkan transformasi masyarakat di lingkungannya untuk lebih peduli pada kesehatan. Pencegahan dan edukasi melalui kesehatan primer dapat meningkatkan akses cakupan kesehatan dan mendorong perbaikan sistem kesehatan yang lebih resilien dalam menghadapi tantangan masa depan.
Video selengkapnya dapat disaksikan pada tautan berikut: