Di Indonesia, permasalahan stunting masih mencari titik terang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada hari Rabu lalu (18/11/2020) telah menyelenggarakan seminar online yang mengangkat permasalahan stunting. Acara dibuka dengan pengantar oleh Prof. Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc (Dekan FKM UI), sambutan oleh Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI) dan Prof. dr. Endang L Achadi, MPH, Dr.PH (Guru besar FKM UI). Prof. Dr. Muhadjir Effendy, S.Pd, MAP (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI) selaku keynote speaker menyampaikan bahwa permasalahan stunting sangat urgent untuk ditangani. Intervensi hari ini baru akan terlihat 20 tahun mendatang sehingga diharapkan penanganan saat ini dapat menjadikan modal kedepan.
Untuk memudahkan mendapatkan solusi dari suatu permasalahan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi kegiatan yang telah berjalan dan menganalisis akar penyebab permasalahannya. Untuk membahas hal tersebut, seminar ini mengundang Dr(HC). Dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K) (Kepala BKKBN RI) dengan menyampaikan tema “Konvergensi Upaya Penurunan Stunting di Indonesia”, dan dr. Kirana Pritasari, MQIH (Direktur Kesmas Kemenkes RI) dengan menyampaikan tema “Stunting di Indonesia: Program Penurunan Stunting”. Penanganan stunting yang sudah dimulai akan diperluas, diperdalam dan dijamin konvergensinya sehingga bisa memprofilkan 73 juta keluarga. Diharapkan risiko stunting bisa dideteksi sedini mungkin dan bisa diberi pendampingan agar anak tidak sampai jatuh pada stunting. Untuk saat ini, program penurunan stunting banyak terhambat karena situasi pandemi COVID-19. Meskipun demikian, banyak upaya dilakukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Ada beberapa alternatif solusi untuk mengatasi stunting. Prof. (Em). Soekirman, MSc, PhD membawakan tema “Peran Fortifikasi Pangan terhadap Penurunan Stunting”. Beliau memaparkan manfaat program fortifikasi untuk mencegah dan menanggulangi stunting dengan mengatasi hidden hunger. Intervensi gizi melalui fortifikasi dapat menjangkau masyarakat luas dan keluarga dengan status ekonomi paling lemah sekalipun. Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH, PhD membawakan tema “Meningkatkan Kualitas SDM Melalui Penurunan Stunting Membutuhkan Komitmen Semua Pihak Terkait”. Beliau memaparkan bahwa output dampak program stunting tergantung dari bagaimana memanusiakan SDM di tingkat lapangan. Perlu banyak upaya penguatan SDM agar tenaga lapangan yang bekerja sukarela (tenaga Puskesmas, kader lansia, kader dasawisma, dll) mencintai hal yang mereka lakukan.
Belajar dari pengalaman negara lain, seminar ini mengundang dua pembicara dari Canada dan USA. Prof. Zulfiqar A.Bhutta, PhD (The SickKids Hospital, Toronto) membawakan tema “Drivers of Stunting and The Success Stories from Developing Countries”. Setiap negara memiliki metode yang berbeda-beda untuk menanggulangi stunting. Poin penting dari penanganan stunting pada negara lain antara lain intervensi gizi sensitif yang menyumbang 50% penurunan stunting (peningkatan ekonomi, pendidikan, investasi agraria, dll), kesehatan ibu dan bayi, status gizi ibu, jumlah fasilitas kesehatan, keamanan pangan, upaya preventif, pemberian makan bayi dan anak, kesehatan reproduksi. Kristen M.Hurley, MPH, PhD (Bloomberg School of Public Health, the Johns Hopkins University) membawakan tema “The Role of Multiple Micronutrient Supplements (MMS) in Reducing Anemia.” Suplementasi dapat menurunkan anemia ibu, menurunkan stunting menurunkan angka BBLR, dan menurunkan angka kematian ibu anak.
Video lengkap seminar dapat diakses pada link berikut: