Pos oleh :

hpm.fk

Reportase Pertemuan 2: Dinamika Pelaksanaan JKN pada Masa Pandemi COVID-19 (2020-2022) dan Post Pandemi COVID–19 (2023-saat ini)

Reportase ini terkait pilar 10 SDG: Berkurangnya Kesenjangan

18 Desember 2024

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK-KMK UGM) menyelenggarakan webinar 10 tahun kebijakan JKN pada Rabu, 18 Desember 2024 yang memasuki pertemuan kedua membahas mengenai Dinamika Pelaksanaan JKN pada Masa Pandemi COVID-19 (2020-2022) dan Post Pandemi COVID–19 (2023-saat ini). Kegiatan dibuka oleh moderator Adinda Almira, S.Tr.RMIK dan dilanjutkan dengan sesi 1 membahas tentang dinamika pelaksanaan JKN pada masa pandemi Covid19. read more

Reportase Pertemuan 1: Pengantar JKN dalam konteks Reformasi Kesehatan dan Dinamika Pelaksanaan JKN pada Masa Pra Pandemi COVID-19

Reportase ini terkait pilar 10 SDG: Berkurangnya Kesenjangan  |  16 Desember 2024

Webinar ini dibuka oleh Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS selaku Direktur PKMK FK-KMK UGM, yang mengulas perjalanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak implementasinya pada 2014. Selama satu dekade, JKN terbagi dalam tiga fase utama: masa implementasi awal, periode pandemi COVID-19, dan periode pasca-pandemi. Keberhasilan JKN mencapai Universal Health Coverage (UHC) untuk lebih dari 260 juta penduduk mendapat apresiasi internasional, namun sejumlah tantangan masih terjadi khususnya dalam efisiensi pembiayaan, interaksi antara penyedia layanan (provider) dengan pembayar (BPJS Kesehatan), serta penguatan sistem kesehatan untuk memastikan keberlanjutan program. Andreasta juga menjelaskan bahwa implementasi JKN memerlukan pendekatan sistemik yang menyeluruh. Sebagai bagian dari upaya memahami dinamika kebijakan ini, webinar series yang diselenggarakan oleh PKMK FK-KMK UGM menghadirkan pakar kebijakan, peneliti, dan praktisi kesehatan untuk berbagi pandangan. Diskusi ini bertujuan merangkum pelajaran yang telah diperoleh selama 10 tahun implementasi JKN dan memberikan rekomendasi kebijakan strategis kepada regulator dan pihak terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan. read more

Reportase Pembukaan Pembelajaran Kelembagaan: Peningkatan Kapasitas Organisasi Poltekkes dalam Melakukan Penelitian Kebijakan

Artikel ini terkait pilar 17 SDG: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan  | Selasa, 3 September 2024

PKMK-Yogyakarta. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK-KMK UGM) menyelenggarakan Pembukaan Pembelajaran Kelembagaan Peningkatan Kapasitas Organisasi Poltekkes dalam Melakukan Penelitian Kebijakan pada Selasa (3/9/2024). Kegiatan ini dimoderatori oleh Monita Destiwi, MA. Keynote Speech Syarifah Liza Munira, S.E, MPP, Ph.D (Kepala BKPK Kemenkes RI). Pembicara Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (Guru Besar FK-KMK UGM), Pembahas Hendro Saputro, S.Si, Apt (Ketua Tim Kerja Pengembangan Program Studi, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat), dan sambutan Dr. Iswanto, S.Pd, M.Kes (Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta) read more

Reportase Seminar Rabuan Talkshow: Sharing Pembelajaran dari Global Symposium on Health System Research (HSR) 2024, Global Digital Health Forum 2024 dan International Society for Quality in Health Care 2024

18 Desember 2024
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM bekerjasama dengan PKMK UGM menggelar seminar mingguan untuk berbagi pembelajaran dari 3 event internasional, yaitu Global Symposium on Health System Research (HSR) 2024, Global Digital Health Forum 2024 dan International Society for Quality in Health Care (ISQua) 2024. Narasumber dalam kegiatan ini ialah akademisi dari HPM UGM dan peneliti PKMK. Talkshow dipandu oleh Mentari Widiastuti, MPH dari PKMK UGM. Kegiatan ini diadakan secara hybrid, melalui luring di FK-KMK UGM dan Zoom Meeting.

Dr. dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS selaku Ketua Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan UGM menyampaikan dalam pembukaannya, melalui seminar rutin ini, Prodi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan memberi kesempatan sharing, sehingga mahasiswa dan dosen bisa menindaklanjuti isu yang ada karena sangat relevan dengan yang situasi terjadi di Indonesia. Andreasta membuka dengan sebuah pertanyaan: bagaimana sistem kesehatan dapat berfungsi di daerah global dan bagaimana sistem kesehatan memberi benefit pada kelompok tertentu?.  Mengambil contoh kasus di Kepulauan Aru, Andreasta menjelaskan bahwa bidan dari daerah terpencil harus menempuh 12 jam perjalanan menggunakan kapal untuk mengakses pelatihan. Kondisi ini diperburuk dengan perjalanan di kapal yang minim akses sanitasi dan konsumsi yang baik. Andreasta juga menggarisbawahi keterkaitan isu kesehatan dengan dampak dari perubahan iklim, salah satunya bahwa sektor kesehatan dan transportasi menyumbang 6 persen emisi karbon di seluruh dunia. read more

Kaleidoskop PKMK 2024

KAK Reportase KAK

Kaleidoskop PKMK 2024

 Persembahan PKMK untuk Indonesia:

Upaya Mewujudkan Sistem dan Pelayanan Kesehatan

yang Berkualitas, Berkeadilan, Resilien dan Inklusif berbasis Bukti

FK-KMK UGM, 20 Desember 2024  Pukul 09.00 – 11.30 WIB

 

Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang sampai dengan tahun 2045 telah disosialisasikan dan istilah Indonesia Emas 2045 telah ditetapkan sebagai target capaian Indonesia 20 tahun sejak sekarang. Kesehatan untuk semua dan ketahanan sistem kesehatan menjadi kata kunci penting dalam RPJP ini.

Presiden Prabowo membawa Asta Cita, yang salah satunya adalah “Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.” Selaras dengan itu, program quick win beliau yang terkait Kesehatan mencakup: read more

Reportase Diskusi Online Pemanfaatan Potensi Geothermal untuk Peluang Bisnis Pengembangan Layanan Medical Wellness di Jawa Timur

Jumat, 13 September 2024

Jawa Timur, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi besar dalam pemanfaatan energi panas bumi (geothermal). Energi ini tidak hanya memberikan manfaat besar dari segi sumber daya energi yang bersih dan berkelanjutan, tetapi juga memiliki potensi untuk mendukung kesehatan. Geothermal, sebagai sumber energi panas bumi, menghasilkan air panas dan uap yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah pengembangan pariwisata kesehatan.  Hal ini yang melatarbelakangi PKMK FK-KMK UGM mengadakan Diskusi Online Pemanfaatan Potensi Geothermal untuk Peluang Bisnis Pengembangan Layanan Medical Wellness di Jawa Timur. 

 Video

Diskusi ini dibuka oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yang menyatakan pemanfaatan layanan geothermal di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur akan terus didorong untuk inovasi layanan medical wellness.  Disini, thermal sebagai layanan utama dikelilingi dengan pelayanan lainnya seperti kecantikan, slimming, dan tentunya medical check up (MCU).  Dimulai dengan Bali, harapannya provinsi lain akan mengembangkan layanan medik geothermal, melalui layanan ini akan meningkatkan okupansi hotel di saat weekdays.  Rumah sakit atau klinik dapat mengajak pengusaha resor untuk mengembangkan layanan ini.  Di sisi lain, yang menjadi tantangan saat ini adalah SDM medical wellness.  Hal ini akan dibahas saat Seminar Nasional Pemanfaatan Produk Geothermal dalam Medical Wellness pada November mendatang.  SDM ini bukan profesi baru namun dapat ditingkatkan dengan kompetensi tambahan untuk medical wellness.

 Materi  Video

Selanjutnya, Prof. Sukir Maryanto, S.Si, M.Si, Ph.D., Guru Besar Bidang Ilmu Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya menggambarkan bahwa Indonesia berada pada ring of fire yang menjadi sumber gempa di dunia, habitat gunung api, dan tempat sumber minyak dan gas bumi.  Indonesia memiliki 13% dari total gunung api di dunia, 40 % dari total geothermal di dunia, dan   80% dari total volcano geothermal di dunia.  Salah satu contoh negara yang memanfaatkan energi geothermal seperti Hawai yang mana 20% suplai listriknya berasal dari geothermal.  Keunggulan geothermal adalah ketersediaan sepanjang masa, hanya saja bagaimana kita akan memanfaatkannya.

Potensi panas bumi di Indonesia sangatlah besar, sebesar 2,418 MW, namun baru 10% yang dimanfaatkan.  Di Jawa Timur terdapat 13 titik potensi panas bumi yang korelasi dengan gunung api, seperti Gunung Lawu, Gunung Arjuno, Welirang, Blawan Ijen, dan lainnya.  Pemanfaatan geothermal untuk kesehatan ini sangat menarik dan dapat berkelanjutan karena berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.  Geothermal dalam medical wellness dapat menambah nilai pelayanan kesehatan dan harus berkolaborasi secara holistik.  Di Jawa Timur akan mengembangkan Zonasi Kawasan Cangar, Batu yang di dalamnya terdapat area klinik healing, hotel, glamping, green house, bahkan research area untuk pendidikan.

 Materi  Video

Ririn Hidayati, SKM, dari Tim Kerja Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Timur  memaparkan bahwa  Dinas Kesehatan Jawa Timur selaras dengan Kemenkes untuk melaksanakan sistem transformasi kesehatan.  Kekuatan di Jawa Timur memiliki 434 rumah sakit, yang mana 366 rumah sakit tersebut sudah terakreditasi paripurna.  Pada 2017, Jawa Timur mulai mengembangkan yankestrad di puskesmas dengan layanan akupuntur, akupresur, pijat baduta, dan hipnoterapi.  Sementara, di RS  menyediakan layanan yankestrad terintegrasi seperti akupuntur, akupresur, pijat baduta, herbal, dan hipnoterapi serta wellness seperti spa, pijat kebugaran, dan refleksi.   11 rumah sakit dengan modalitas yankestrad dapat dikembangkan untuk inovasi layanan medical wellness.  Rencana pengembangan layanan medical wellness di Jawa Timur dengan modalitas geothermal dapat menjadi layanan baru bagi fasilitas kesehatan yang didukung dan difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota, biro perjalanan wisata, PERSI Jawa Timur, maupun asosiasi wisata di Jawa Timur.  Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kebijakan, evidence based, dan tata laksananya.

 Video

Geothermal Tourism Sustainable Business Plan merupakan topik yang disampaikan oleh Dr. dr. Niko Azhari Hidayat, SpBTKV, SubspVE(K), Chief Executive Medical Tourism Indonesia yang memantik dengan pertanyaan awal bagaimana memaksimalkan pemanfaatan panas bumi.  Dalam hal ini mesti berpikir dengan model bisnis.  Salah satu alat yang dapat digunakan adalah business model canvas.  Dalam model tersebut hal yang perlu dilakukan awal adalah value proposition, kemudian customer segmen, channel, customer relationship, revenue structure, key resources, key partners, key activites, dan cost structure.

Seperti contoh Cangar Geothermal Health Services, yang menjadi value proposition adalah the initial people hotspring tourism, kemudian customer segment adalah healthy people who loves hotspring, health facilities complementary services. Kemudian sebagai channel adalah local  and national news, medicaltourism.id, socmeds, networks.  Customer relationship seperti membership, doorprizes, dan referrals, selanjutnya revenue structure yaitu paid wellness trip customer, merchandise, cullinaries, transportation, accomodation.  Key resources yang dibutuhkan seperti proven natrual product, multi revenue, dan good program.  Sementara yang menjadi key partners seperti misalnya EJHTB, medicaltourism.id, dedicated clinics & hospitals, marketing agents, dan communities.  Key activities adalah hotspring product, spa services, dan herbal products. Selanjutnya yang menjadi cost structure adalah marketing team, packaging designing, dan referral fees.  Operator yang  mengembangkan geothermal medical wellness  tentunya akan memiliki business model canvas masing-masing yang sesuai dengan yang dibutuhkan dan direncanakan. Berbagai contoh yang dapat dilihat seperti Disney’s Village Nature Paris yang mengkolaborasikan ecotourism, The Ultimate Geothermal Tour in Tuscany yang memiliki geothermal museum, atau World Renowned Blue Lagoon, Iceland yang dibangun di sebelah geothermal powerplant sebagai wisata geothermal.

Potensi sumber daya alam Indonesia sangat besar sehingga memerlukan regulasi yang integratif, komprehensif, dan seimbang dalam semua aspek serta memasukkan analisis resiko bencana dan konservasi lingkungan. Pengembangan geothermal medical wellness ini tentunya membutuhkan multi kolaborasi.  Mengapa geothermal ini dapat dijadikan inovasi layanan medical wellness? Dan bagaimana memanfaatkan potensinya untuk peluang kerja sama antar operator pelayanan kesehatan dengan pariwisata ? Dalam hal ini diperlukan pemahaman tentang aspek kesehatan, keselamatan, dan kualitas layanan, serta kebutuhan SDM yang akan dipaparkan lebih lanjut pada Seminar Nasional Pemanfaatan Produk Geothermal dalam Medical Wellness dan akan dilanjutkan dengan Workshop Business Plan Pemanfaatan Produk Geothermal dalam Medical Wellness pada November mendatang.  Informasi tersebut dapat diakses pada website Medical Wellness Indonesia dan Diklat PKMK FK-KMK UGM (https://diklatkesehatan.net/).  (EL)

Artikel ini terkait dengan pilar 4 SDGs yaitu Pendidikan Berkualitas.

Reportase Pengembangan Business Plan Pemanfaatan Potensi Geothermal untuk Pelayanan Kesehatan di Jawa Tengah

4 September 2024

Pemanfaatan air panas geothermal di Indonesia mulai banyak dikembangkan sebagai destinasi wisata pada beberapa resor dan hotel, namun belum ada pengembangan layanan geothermal sebagai kolaborasi dari pelayanan medis. Air panas geothermal mempunyai manfaat kesehatan, diantaranya membantu detoksifikasi tubuh, meningkatkan sirkulasi darah, meredakan nyeri otot dan sendi, serta memberikan efek menenangkan pikiran. Selain itu, pemanfaatan air panas geothermal juga dikenal sebagai energi alami pengganti fosil yang ramah lingkungan. Dengan adanya pemanfaatan geothermal pada pelayanan kesehatan, diharapkan hal tersebut menjadi sebuah peluang untuk pengembangan layanan kesehatan preventif yang terintegrasi antara sektor kesehatan dan sektor wisata.

 Video

Kegiatan diskusi online dibuka oleh Prof. Laksono Trisnantoro yang menyampaikan tujuan diskusi online pengembangan business plan pemanfaatan potensi geothermal untuk pelayanan kesehatan di Jawa Tengah. Beliau menyampaikan bahwa geothermal medicine di Indonesia harus dikembangkan seperti yang telah dikembangkan di luar negeri karena sejauh ini pemanfaatan geothermal hanya untuk pemandian air panas namun tidak dimanfaatkan untuk pelayanan medis. Pemanfaatan geothermal tersebut merupakan sebuah peluang bagi pengembangan pelayanan kesehatan dengan kerja sama lintas sektor antara Dinas Kesehatan, sektor wisata, dan sektor lainnya yang terkait.

 Materi  Video

Paparan pertama disampaikan oleh dr. Andry Dahlan terkait implementasi dari pemanfaatan geothermal di Indonesia. Karena letak Indonesia sebagai ring of fire, khususnya di Jawa Tengah, memungkinkan untuk mengembangkan geothermal dalam pelayanan kesehatan. Upaya yang telah dilakukan saat ini oleh Global Health Tourism Assistance (GHTA) mengenai tourism concept diantaranya pembuatan feasibility study dan masterplan di Bangka, serta pendampingan program pelayanan kesehatan holistik center of excellence health tourism RS Charlie Kendal menggunakan design thinking.

Konsep geothermal didefinisikan sebagai sumber energi yang berasal dari panas bumi, dimana sistem panas bumi berasal dari proses lempeng testosfer yang bersifat tertutup dan berkelanjutan. Panas yang dialirkan dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk kesehatan, namun belum ada regulasi terkait pemanfaatan geothermal di bidang kesehatan tersebut. Dari data buku pintar geothermal, Dieng memiliki potensi tertinggi, namun belum ada pemanfaatan geothermal dalam bidang kesehatan. Saat ini, sudah dilakukan pengujian kandungan mineral dalam air panas geothermal.  Selain itu, juga sudah dilakukan pengujian untuk air panas geothermal terkait himbauan terhadap pasien yang termasuk eksklusi untuk mendapatkan pelayanan air panas geothermal.

Untuk melakukan pengembangan medical wellness diperlukan sebuah design thinking. Contoh design thinking untuk pengembangan pelayanan medical wellness meliputi kolaborasi dengan komunitas geriatri dengan melaksanakan kegiatan outdoor sebagai peningkatan fungsi motorik, cognitive skills untuk pasien dengan penurunan daya ingat. Pasca kegiatan dilakukan feedback melalui kuesioner. Design thinking tersebut didukung dengan assessment atau uji prototype selama 3 bulan terlebih dahulu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan wellbeing dan physical fitness. Harapannya, geothermal tidak hanya dimanfaatkan sebagai air panas saja namun juga dimanfaatkan dalam konsep wellbeing dan physical fitness.

 Materi  Video

Ibu Yunita Dyah Suminar, SKM. MSc., MSi kemudian memaparkan terkait pengembangan layanan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, Klinik atau RS berupa pelayanan promotif preventif yang memanfaatkan integrasi dengan budaya dan medical tourism. Di Jawa Tengah, sudah terdapat layanan kesehatan tradisional dan komplementer dengan memanfaatkan potensi yang ada. Konsep health tourism ini merupakan sebuah peluang bagi RS yang mempunyai kemampuan finansial untuk berinvestasi pada pengembangan layanan dengan memanfaatkan integrasi antara fasilitas pelayanan kesehatan dengan tempat wisata. Selain itu, pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan terhadap anggaran daerah dan mempunyai potensi untuk pengembangan wisata daerah dapat juga melakukan integrasi antara wisata yang ada di daerah dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di daerah tersebut.

 Materi  Video

Paparan terakhir disampaikan oleh Ibu Elisabeth Listyani, SE, MM. terkait perencanaan bisnis potensi pemanfaatan geothermal di Jawa Tengah. Produk geothermal yang dapat dikembangkan yaitu fungsi estetika, kesehatan mental, dan dampak positif lainnya dalam kesehatan. Contoh pemanfaatan geothermal yang telah dikembangkan di luar negeri berupa paket layanan yang terdiri dari mandi thermal, sauna, pijat, spa, dan kecantikan.  Perjalanan kesehatan yang harus dijalani yaitu terdapat 3 tahap meliputi pra kedatangan, saat kedatangan berupa konsultasi medis dan rangkaian kegiatan wellness, serta pasca kedatangan meliputi pengisian kuesioner kepuasan, dan monitoring kondisi kesehatan sehingga bisa diberikan rekomendasi yang bisa diikuti selanjutnya oleh klien.

Model bisnis yang dibuat yaitu alternatif pertama, klien berupa tamu hotel menggunakan layanan rumah sakit sesuai kebutuhan atau alternatif kedua, klien masuk dari RS, kemudian menggunakan layanan resor sesuai kebutuhan. Pengembangan layanan medical wellness tersebut dapat dilakukan dengan dua model kerja sama, yaitu model pertama adalah rumah sakit atau klinik yang memiliki resor di daerah geothermal dapat mengajukan perizinan dengan izin klinik utama atau pratama dan ijin hotel.  Sementara, model kedua adalah rumah sakit atau klinik dapat bekerjasama dengan resor di daerah geothermal dengan ijin klinik utama atau pratama di dalam resor yang sudah ada. Pengembangan paket medical wellness tersebut diharapkan harus riil meningkatkan okupansi weekdays bagi resor, hotel, dan tempat wisata agar tidak terjadi penumpukan okupansi layanan saat weekend.

Sebagai penutup, kebutuhan pengembangan layanan medical wellness di daerah geothermal tersebut harus didukung dengan tenaga kesehatan yang kompeten, dukungan pemerintah daerah setempat, serta stakeholders terkait. (Bestian Ovilia Andini)

Artikel ini terkait dengan pilar 4 SDGs yaitu Pendidikan Berkualitas.

Reportase Diskusi Online Pengembangan Business Plan Potensi Geothermal  untuk Pelayanan Kesehatan di Jawa Barat

Senin, 26 Agustus 2024

Pemandian air panas sebagai pemanfaatan energi geothermal merupakan terapi alami terhadap berbagai kondisi kesehatan seperti masalah kulit, gangguan muskoskeletal, dan stress. Pemandian air panas tersebut sudah digunakan pada pusat kebugaran di berbagai negara, termasuk Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa pemanfaatan energi geothermal berhasil menjadi sebuah peluang bagi inovasi produk kesehatan yang dapat dikemas dalam paket-paket gabungan antara medis, wellness, dan wisata dengan memanfaatkan kerjasama antara rumah sakit, klinik, wellness center, pengelola tempat wisata, kuliner, maupun agen perjalanan.

 Materi  Video

Sesi pengantar diskusi online dimulai oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. yang menyampaikan bahwa perkembangan geothermal di Indonesia saat ini sudah ada di Bali dan selanjutnya akan diselenggarakan di Jawa Barat, namun pemanfaatan geothermal saat ini belum ada standar level internasional. Hal ini merupakan isu kunci yang melatarbelakangi PKMK FK-KMK UGM untuk menyelenggarakan diskusi online geothermal terkait business plan potensi pengembangan geothermal pada persepsi pelaku usaha.

 Materi  Video

Paparan selanjutnya disampaikan oleh dr. Andry Dahlan terkait potensi medical wellness dan tourism yang membutuhkan creative thinking. Pengembangan potensi geothermal yang sudah dilaksanakan yaitu di Sumbawa, dimana dilakukan kegiatan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat serta mengembangkan produk-produk health tourism. Selain itu, sudah ada pengembangan wellness di Jawa Barat berupa forest theraphy dengan pelaksanaan kegiatan senam serta mindfull wellness. Contoh lain yaitu di Bali Barat juga saat ini sudah dikembangkan oceanotherapy.

 Materi  Video

Berikutnya paparan disampaikan oleh Dr. Ir. Igan S. Sutawidjaja, M.Sc. terkait pemanfaatan geothermal di Indonesia sebagai pengganti bahan bakar fosil. Secara geografis, Indonesia terdapat banyak gunung api sehingga titik panas bumi dapat dimanfaatkan, misalnya sebagai pemandian air panas. Saat ini, geothermal sudah dimanfaatkan dalam bidang industri sebagai pengeringan gula merah. Contoh lain pemanfaatan geothermal di Indonesia antara lain di Galunggung dan Garut sebagai area berendam, lumpur hangat yang dimanfaatkan sebagai terapi, serta air panas di Lembang dan Ciwalini Ciwidey.

 Materi  Video

Ir. Oman Abdurahman, M.T. kemudian melanjutkan dengan paparan terkait pemanfaatan geothermal di Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa terdapat 15 titik air panas di Indonesia, dimana salah satunya mencapai suhu 90oC, yang terletak di Sukabumi. Beberapa tempat pemanfaatan geothermal sebagai pemandian air panas sudah terbengkelai dan kurang dikelola dengan baik, harapannya tempat tersebut dapat dikelola sebagai tempat pemanfaatan geothermal dengan pengembangan kerjasama dengan resor dan klinik medis sebagai terapi kesehatan. Sebagai perbandingan, di Jepang terdapat pemanfaatan geothermal sebagai pemandian air panas yang sudah dilengkapi dengan hasil tes balneology classification pada tiap kamar penginapannya. Hal tersebut berbeda dengan resor di Ciater yang juga sudah melakukan uji tes balneology classification namun belum dicantumkan pada tiap kamarnya. Pak Oman juga menyampaikan rekomendasi tempat pengembangan layanan integrasi geothermal di 6 kabupaten/kota dengan kriteria pada sisi keilmuan berupa hasil tes air panas dan pemanfaatannya di sisi kesehatan.

Selanjutnya dr. Andry Dahlan juga menambahkan studi kasus pemanfaatan geothermal di Bad Ragaz, Swiss. Beliau menyampaikan bahwa banyaknya jumlah kunjungan di Bad Ragaz memberikan dampak ekonomi terhadap perumahan sekitar, diantaranya pemanfaatan rumah sekitar sebagai tempat penginapan yang didukung oleh aliran air panas dari geothermal ke rumah-rumah tersebut. Siteplan dari Bad Ragaz memiliki 3 entry point, dimana lobby memiliki akses ke wellness dan medical center yang terpisah satu sama lain. Layanan yang dimiliki oleh Bad Ragaz tersebut diantaranya spa dengan geothermal yang letaknya terpisah dengan spa clinic, thermal pool yang memiliki suhu hingga 37oC, serta health check up dengan paket-paket harga yang beragam ditujukan untuk segmen pelanggan medium to high range. Harapannya, di Indonesia dapat dikembangkan suatu layanan integrasi pemanfaatan geothermal dengan mempertimbangkan pemilihan tempat serta fungsi komersial dari pemanfaatan geothermal di kawasan tersebut.

 Materi  Video

Berikutnya paparan disampaikan oleh Elisabeth Listyani terkait business plan dengan memanfaatkan produk-produk geothermal kedalam model bisnis dan kerja sama. Contoh pelaksanaan layanan integrasi pemanfaatan geothermal terdapat di Austria, dimana terdapat thermal pool dan thermal spa di dalam satu kawasan. Di Indonesia, Ciater Subang dan Cipanas Garut dapat dikembangkan sebagai potensi medical wellness.  Beberapa resor yang terdapat di daerah tersebut memiliki sumber air panas geothermal yang dapat diintegrasikan dengan layanan medis.  Pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan 2 model kerja sama, yaitu model 1 adalah rumah sakit atau klinik yang memiliki resor di daerah geothermal dapat mengajukan perizinan dengan izin klinik utama atau pratama dan ijin hotel.  Sementara, model 2 adalah rumah sakit atau klinik dapat bekerjasama dengan resor di daerah geothermal dengan ijin klinik utama atau pratama di dalam resor yang sudah ada.  Rencana pengembangan tersebut harus riil dengan menggunakan model 2 yang lebih cepat dapat dilaksanakan.

Harapannya medical wellness dapat dikembangkan sebagai suatu layanan integrasi yang potensial dengan pemanfaatan kerja sama antara rumah sakit atau klinik dan resor yang memiliki paket-paket menarik sehingga dapat menciptakan keseimbangan jumlah kunjungan antara weekends dan weekdays.  (Bestian Ovilia Andini)

Artikel ini terkait dengan pilar 4 SDGs yaitu Pendidikan Berkualitas.

Sekilas HMA Conference di Bali

Akhir minggu lalu, yaitu pada 28-29 Agustus 2024 tim PKMK FK-KMK UGM berkesempatan mengikuti konferensi pada Hospital Management Asia ke-23 yang diselenggarakan di Indonesia (Bali) untuk pertama kalinya. Sebelumnya, penyelenggaraan HMA didominasi oleh Thailand, Vietnam, dan Philippina.

HMA merupakan event internasional tingkat Asia yang mengumpulkan berbagai best practices penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan klinik kesehatan dari berbagai negara yang telah terbukti berhasil. Sesuai dengan temanya tahun ini, yaitu Keeping Pace with Healthcare Challenges, konferensi kali ini menghadirkan berbagai narasumber dan hasil-hasil inovasi dalam bidang teknologi kesehatan untuk meningkatkan performance rumah sakit maupun klinik.

Ada banyak pembelajaran yang diperoleh dari para pembicara di konferensi ini. Misalnya, banyak negara maju yang mengalami populasi menua, termasuk pada tenaga kesehatannya. Disisi lain, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia tidak cukup untuk menangani seluruh kasus penyakit yang terus berkembang seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup penduduk. Teknologi digital adalah solusi yang dianggap sangat efektif untuk mengatasi berbagai kendala ini. Namun perlu dicatat bahwa pengembangan teknologi digital, termasuk robotic dan AI, tidak untuk menggantikan tenaga manusia, melainkan untuk membantu tenaga kesehatan mengerjakan tugas-tugas rutin administratif, sehingga petugas bisa fokus dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan pasien. Laporan selengkapnya mengenai topik-topik yang dibahas pada konferensi ini dapat diikuti melalui tautan ini.

Hal yang menarik dan patut menjadi perhatian bagi rumah sakit dan asosiasi rumah sakit di Indonesia adalah sedikitnya partisipasi pada konferensi ini. Pada poster yang dipamerkan, sangat sedikit karya yang berasal dari RS Indonesia. Poster-poster tersebut didominasi oleh karya RS-RS dari Filipina, Tiongkok, dan Thailand. Demikian juga dengan para pembicara Asia yang didominasi oleh pembicara dari Filipina, Singapura, dan Tiongkok. Padahal PERSI dan Asosiasi Rumah Sakit Swasta seluruh Indonesia (ARSSI) sebagai mitra HMA telah mengupayakan agar HMA diselenggarakan di Indonesia, sehingga dapat dijangkau oleh lebih banyak RS di dalam negeri.

HMA yang akan diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Hanoi tahun depan diharapkan dapat diikuti oleh lebih banyak delegasi dari Indonesia, karena sudah saatnya RS-RS di Indonesia tampil di dunia internasional. Diharapkan asosiasi perumahsakitan bekerjasama bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pelatihan untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan rumah sakit dalam berbicara di forum-forum internasional. (Putu Eka Andayani – PKMK FK-KMK UGM).

Artikel ini terkait pilar 4 SDGs yaitu Pendidikan Berkualitas dan pilar 17 SDGs yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Reportase Serial Webinar Green Hospital Pertemuan I

4 September 2024

PKMK-Yogya. Isu kerusakan lingkungan merupakan suatu permasalahan yang membutuhkan dukungan dan kesadaran masyarakar untuk menciptakan lingkungan kembali lestari. Kerusakan lingkungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah limbah. Kegiatan operasional rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan juga turut berkontribusi dalam menghasilkan limbah, baik medis maupun non medis. Oleh karena itu, pihak rumah sakit perlu menanamkan konsep berupa sebuah upaya preventif yang meliputi perencanaan dan pengelolaan lingkungan serta konstruksi rumah sakit yang ramah lingkungan. Hal inilah yang melatarbelakangi PKMK FK-KMK UGM untuk menyelenggarakan serial webinar Green Hospital guna memberikan pemahaman rumah sakit terkait konsep bangunan hijau demi mewujudkan rumah sakit yang ramah lingkungan.

Video

Serial webinar dibuka oleh Dyah Dewi S.T., M.Kes dengan menyampaikan tujuan serial webinar Green Hospital yaitu agar peserta webinar dapat memahami pembangunan rumah sakit dengan konsep Green Building. Harapannya, rumah sakit yang beroperasi 24 jam untuk pelayanan kesehatan masyarakat tetap ramah lingkungan.

Materi Video

Paparan pertama disampaikan oleh Ar Baritoadi Buldan Rayaganda Rito, S.T, M.A, IAI., GP terkait Green Building Principal in Hospital Design. Saat ini, kondisi bumi mengalami kepunahan akibat peningkatan populasi manusia yang menyebabkan peningkatan presentase bangunan mencapai 70%, dimana bangunan sendiri juga mempunyai dampak jangka panjang dalam siklus hidupnya. Kondisi yang saat ini dialami meliputi krisis air karena ketidakseimbangan air pada tiap daerah, penumpukan sampah oleh karena tidak adanya pemilahan sampah (proses recycling), serta krisis energi. Manusia menghabiskan waktu sehari-hari di dalam bangunan dimana bangunan sendiri dapat menyebabkan suatu gejala yang disebut dengan sick building syndrome yang dipengaruhi oleh kualitas bangunan. Sebuah bangunan harus memiliki konsep sustainable development meliputi planet, profit dan people yang bertujuan untuk membangun masa depan dengan tidak mengorbankan generasi yang sudah ada sekarang. Dimana definisi planet berarti bangunan tidak menghabiskan sumber daya, profit yang berarti harus menghasilkan keuntungan, dan people yang berarti harus mendukung pola hidup sehat.

Konsep bangunan hijau menurut World Building Council mendefinisikan bangunan harus memiliki fase design, konstruksi dan operasi yang dapat memberikan dampak positif dan menurunkan dampak negative bagi lingkungan. Konsep bangunan hijau di Indonesia menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau bahwa bangunan harus memenruhi Standar Teknis Bangunan Gedung dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air dan sumber daya lainnya sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan penyelenggaraannya. Filosofi bangunan hijau yaitu membangun bangunan yang ramah lingkungan, hemat energi dan mendukung gaya hidup sehat sehingga mengandung nilai ekonomi berupa peningkatan produktivitas. Bangunan hijau memiliki sertifikasi yang disebut dengan green building rating tool untuk menilai dan mengenali bangunan yang memenuhi standar bangunan hijau, meliputi design dengan target yang jelas dan terukur menggunakan parameter dengan capaian yang bisa didefinisikan. Organisasi pengukur capaian ada tiga, meliputi IFC dengan sertifikasi Edge, Green Building Council Indonesia dengan sertifikasi Greenship, serta Dinas PUPR dengan sertifikasi Bangunan Gedung Hijau (BGH). Tiap organisasi tersebut mempunyai kriteria masing-masing yang berbeda dalam penilaiannya, dimana secara garis besar dapat digambarkan bahwa bangunan dapat disebut sebagai bangunan hijau jika memiliki komponen tepat guna lahan, efisiensi energi, konservasi air, material dan siklusnya, kesehatan dalam ruang, dan manajemen bangunan dan lingkungan.

Rumah sakit saat ini mulai menerapkan konsep bangunan hijau tersebut yang dikenal dengan Green Hospital yang harus memiliki fungsi untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien serta menerapkan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Terdapat kata kunci dalam penerapan green hospital meliputi efisiensi energi, konservasi air, kualitas lingkungan dalam ruangan, pengelolaan limbah serta lanskap berkelanjutan. Namun dalam penerapannya juga memiliki beberapa batasan meliputi pengelolaan tapak, konservasi dan hemat energi, konservasi air dan kenyamanan ruang dalam. Analisis biaya terhadap manfaat yang bisa didapatkan oleh RS mempunyai analisis komponen biaya awal terhadap penghematan jangka panjang, sehingga diperoleh pengembalian investasi (ROI). Harapannya, dalam penerapan green hospital tersebut rumah sakit dapat merencanakan strategi mitigasi berupa solusi untuk mengatasi hambatan yang mungkin dihadapi seperti biaya awal, gangguan selama renovasi, dan resistensi staf.

Materi Video

Selanjutnya, Ar Rosalia R. Rihadiani, S.T., Mars., IAI., HDII., GP memaparkan materi terkait Green Building Interior yang diawali dengan konsep greenship interior space, yaitu sistem sertifikasi bangunan yang ditujukan untuk interior yang bertujuan memberikan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas yang layak bagi penghuni bangunan. Pengukuran Tingkat hijau memiliki sasaran fit out yaitu aktivitas perencanaan dan konstruksi dalam gedung yang dilakukan pada bagian lantai, dinding, plafon, mekanikal atau elektrikal. Fit out ramah lingkungan tersebut memiliki tiga aspek, meliputi aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Aspek lingkungan meliputi penggunaan peralatan hemat energi dan mengurangi kendaraan bermotor, harapannya emisi CO2 dapat dikurangi dan meningkatkan kesehatan udara serta kenyamanan pengguna. Aspek ekonomi meliputi peningkatan produktivitas pekerja sehingga produktifitas Perusahaan juga meningkat. Aspek sosial meliputi persepsi, kognitif dan perilaku yang menghasilkan perilaku positif yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Greenship Ruang Interior memiliki beberapa kategori, diantaranya tepat guna lahan, konservasi dan efisiensi energi, konservasi air, siklus dan sumber material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruang, dan manajemen lingkungan bangunan. Dimana kategori kesehatan dan kenyamanan dalam ruang (indoor health and comfort/IHC) berarti melibatkan stakeholders meliputi pemilik gedung, desain interior, industri bahan bangunan, kontraktor gedung, manajemen gedung, serta pengguna gedung. Selain itu, greenship interi or memiliki prinsip  suka rela dan tidak membebani, artinya gedung tersebut harus sederhana, dapat dan mudah diimplementasi, memiliki ketersediaan teknologi, menggunakan kriteria penilaian berdasarkan standar lokal yang berlaku, serta biaya investasi relatif rendah. Prinsip tersebut dapat dicapai dengan tingkat standar pencapaian kriteria yang terkait dengan sifat pencapaian (sulit/mudah), value, biaya yang dikeluarkan, serta dukungan sumber daya yang dibutuhkan. Selain standar kriteria, terdapat titik berat dari objek penilaian yaitu greenship existing building yang menitikberatkan pada pemilik gedung dan manajemen gedung, greenship new building yang menitikberatkan pada pemilik gedung dan arsitek, serta greenship ruang interior yang menitikberatkan pada manajemen pengguna dan pihak pengguna gedung atau pemilik gedung dan desain interior. Dalam kedudukan greenship interior terhadap greenship new building dan greenship existing building mempunyai langkah penilaian dan perangkat, meliputi standar kelayakan (eligibility), kategori-kriteria tolak ukur, serta pencapaian perangkat, dimana standar kelayakan tersebut digunakan sebagai kriteria karena tidak semua ruang interior suatu gedung dapat menjadi objek penilaian greenship ruang interior.

Reporter : Bestian Ovilia Andini (PKMK UGM)