PKMK – Yogya. PKMK UGM kembali menggelar pelatihan public speaking untuk peneliti dan manajer pada Selasa (4/8/2020). Kegiatan berlangsung di Common Room, Gedung Litbang, FK – KMK UGM. Narasumber kali ini ialah Bagas Setyawan, S. Sos yang merupakan MC profesional, trainer, tour leader serta duta seni untuk RRC). Para peserta pelatihan hadir secara langsung, namun mayoritas mengikuti secara online (dari 29 titik). Acara dibuka oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M. Sc, PhD selaku Ketua Board PKMK. Laksono menyatakan pelatihan kali ini untuk menghindari salah pengucapan saat live siaran dalam diskusi yang kerap diselenggarakan di PKMK. Ke depannya, harapannya peneliti dapat menguasai kiat – kiat menjadi MC dan penyiar radio. Pasalnya media yang digunakan public speaker ialah live, audio dan audio visual. Pelatihan ini dilaksanakan selama Agustus 2020. Pertemuan pertama dimulai pada 4 Agustus, lalu disusul 5 Agustus selama 1 hari full yang terbagi dalam beberapa sesi.
Reportase
PKMK – Yogyakarta. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (PKMK FK – KMK UGM) mengelar diskusi terkait permasalahan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada Kamis (12/3). Seminar yang bertajuk “Apakah Kenaikan Iuran BPJS yang Dibatalkan MA Mampu Menerapkan Prinsip Keadilan Sosial dalam JKN ataukah Sebaliknya?” tersebut dilaksanakan di Gedung Litbang Lantai 1, FK – KMK. Diskusi ini merupakan tanggapan atas putusan Mahkamah Agung (MA) yang mengabulkan judicial review Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Jaminan Kesehatan. Narasumber dalam seminar yakni Direktur Social Movement Institute Eko Prasetyo, perwakilan Aliansi Buruh Yogyakarta Kirnadi, serta peneliti PKMK FK – KMK yaitu Tri Aktariyani dan M Faozi Kurniawan.
Yogyakarta – Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK – KMK UGM) menggelar webinar Filantropi Kesehatan pada Selasa (18/2). Webinar dengan judul besar “Hasil Awal Penelitian Filantropi untuk Pembangunan Kesehatan di Indonesia: Siapa saja Para Filantropis?” dipandu oleh peneliti PKMK FK – KMK UGM, dr. Jodi Visnu, MPH dan dimoderatori oleh dr Albarissa Shobry Abdalla. Webinar yang diselenggarakan di Gedung Tahir FK – KMK UGM ini turut dihadiri oleh mahasiswa, peneliti dan pelaku industri dan swasta. Webinar ini bertujuan mengupas situasi filantropi di Indonesia serta mengkaji potensi dan tantangan dalam pengembangan filantropi indnesia.
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (PKMK FK-KMK) UGM pada Jumat, 20 Desember 2019 menyelenggarakan kegiatan Diskusi (Webinar) Refleksi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan 2019 dengan topik “Pembangunan Kesehatan dari Pinggir”. Diawali dengan sambutan oleh Direktur PKMK, Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, M.Kes, MAS, yang menjelaskan bahwa selama tahun 2019 kemarin telah banyak isu yang dibahas oleh PKMK. Diantaranya seputar defisit dana JKN, disparitas JKN yang tidak hanya dibahas di dalam negeri namun mitra luar negeri, dan coverage imunisasi di slum area. Isu mutu pelayanan kesehatan juga masih menjadi fokus. Sementara dari sisi digital health dan inovasi teknologi 4.0 menurut Dr. Andreasta belum terlalu banyak disentuh oleh PKMK, padahal sebetulnya dapat menyelesaikan isu disparitas.
Reportase Webinar Filantropi Di RS Swasta Keagamaan Australia (Studi Kasus: RS St.Vincent Australia)
St. Vincent’s Hospital merupakan satu dari 100 rumah sakit terbaik dunia versi Newsweek. Rumah sakit ini memiliki sistem pembiayaan yang sangat baik dan sudah menerapkan filantropi sebagai sumber dana komplementernya. Webinar Filantropi di RS Swasta Keagamaan Australia (Studi Kasus: RS St.Vincent) ini membahas mengenai konsep penggalian dana filantropi, jaringan St. Vincent’s Hospital, serta sistem pajak terkait filantropi di Australia dan refleksinya di Indonesia. Menurut sebagian besar rumah sakit di Indonesia khususnya keagamaan merupakan lembaga campuran yang memiliki nilai kemanusiaan sekaligus berorientasi komersial. Namun, dewasa ini banyak rumah sakit yang cenderung ke arah komersial, dilihat dari berkurangnya dana kemanusiaan untuk rumah sakit. Sementara, di negara maju seperti Australia, dana kemanusiaan tetap dikembangkan.
PKMK – Yogya. Manajemen pada lembaga penelitian memiliki peran fundamental dalam kemajuan dan kualitas riset di Indonesia. Melalui penerapan ilmu manajemen yang optimal, lembaga penelitian dituntut untuk menghasilkan produk riset yang maju pada skala nasional hingga internasional. Berdasarkan aspek ini, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Direktorat Penelitian UGM, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FKKMK UGM dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI) Indonesia mengadakan Forum Nasional Ke- 2 Manajemen Lembaga Penelitian Indonesia dengan tema: “Kepemimpinan dan Penguatan Manajemen Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi”. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada 3 Mei 2018 di Auditorium FKKMK UGM. Forum Nasional Manajemen Riset ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman secara komprehensif dalam pengelolaan lembaga penelitian dalam konteks kebijakan, isu terkini dan tantangan di masa depan.
Auditorium CSIS, Jakarta, 28 Februari 2018
PKMK FKKMK UGM telah berproses sejak awal 2017 untuk membentuk Aliansi Riset Kebijakan (ARK) Indonesia dengan 15 lembaga penelitian dan advokasi lain di Indonesia. Anggota ARK Indonesia merupakan lembaga penelitian yang memiliki beragam fokus dan area, misalnya politik, ekonomi pembangunan, hukum dan HAM, pembangunan sosial, kesehatan dan agama. Keragaman ini diharapkan dapat menghasilkan sinergi lintas sektor. Tepat pada 28 Februari 2018, ARK diperkenalkan kepada publik melalui sebuah pertemuan nasional di Jakarta. CSIS, sebagai salah satu anggota ARK Indonesia, menjadi tuan rumah dari acara ini.
Kunjungan Tim USAID ke Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM dilaksanakan pada 13 Februari 2018. Tim USAID disambut oleh Prof. dr. Ova Emilia, M. Med. Ed., PhD., Sp. OG(K) (Dekan FKKMK), dr Yodi Mahendradhata, M.Sc, PhD (Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan) dan tim PKMK yang terdiri dari Prof dr. Laksono Trisnantoro, Dr. dr. Andreasta Meliala dan Shita Dewi, PhD.
Dalam pertemuan ini, Laksono memaparkan hasil Riset Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (IR JKN) yang dilaksanakan di 5 kabupaten/kota. Tujuan Riset Implementasi JKN Siklus II merupakan hasil keputusan bersama atau tindak lanjut Kementrian Kesehatan dan PKMK FKKMK UGM. Hasil penelitian IR JKN siklus II menunjukkan bahwa dana kapitasi dari BPJS yang diterima oleh sebagai jasa pelayanan petugas kesehatan memiliki porsi yang kecil dalam seluruh pendapatan yang diterima.
UNDUH MATERI UNDUH TOR UNDUH POSTER
PKMK – Yogya. Dalam rangka penguatan kapasitas manajemen lembaga penelitian di perguruan tinggi di Indonesia, Forum Nasional Manajemen Lembaga Penelitian Indonesia diselenggarakan untuk kali pertama di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, selama 3 hari berturut-turut pada tanggal 15-17 Mei 2017. Forum Nasional ini merupakan prakarsa dari Direktorat Penelitian UGM, Direktorat SDM UGM, Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM, Fakultas Kedokteran UGM, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM, Knowledge Sector Initiative (KSI)-DFAT, serta LH Martin Institute-University of Melbourne. Dalam pembukaan hari pertama, Senin 15 Mei 2017 yang diisi dengan kegiatan Seminar Kepemimpinan dan Penguatan Manajemen Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi, hadir sejumlah pembicara baik skala nasional hingga internasional, dan peserta dari seluruh Indonesia yang berkaitan dengan lembaga penelitian di perguruan tinggi.
Diskusi Bulanan PKMK yang Keenam mengangkat tema, A Translational Framework for Public Health Research. Diskusi kali ini diselenggarakan pada Rabu (25/6/2014) dengan pembicara dr. Tiara Marthias, MPH dan dimoderatori oleh Dr. Rossi Sanusi, MPA, PhD.
Framework ini dihasilkan pada tahun 2009 di Inggris, menurut pembuatnya, framework ini akan sesuai dengan penelitian public health dimana saja. Public health research tidak linier, maka ada beberapa faktor yang harus diubah. Framework ini menunjukkan multi directions, tetap dari epidemologi dihubungkan dengan socio economic determinants atau determinan penyakit yang diintervensi dunia kesehatan. Bagaimana menyasar orang-orang yang perlu disasar? Perlu dibuat statement, bagaimana periset tahu sebelum diberi funding, periset melakukan kerjasama dengan pembuat kebijakan, masayarakat dan alin-lain.
Faisal Mansur, salah seorang asisten peneliti menanyakan apakah proyek masa depan apakah akan melibatkan pihak lain? dr. Tiara mencoba menjawab akan sangat relevan dan sudah mengarah kesana, ini harus bersifat multidisiplin, sudah blur antara kesehatan-budaya, manajemen, politik dan lain-lain. Kita terbuka karena memang seluruh pihak berperan. Dr. Rossi menimpali, public health research atau translational public health?
Putu Eka A, MPH menyampaikan misalnya, dari hasil penelitian mendorong lahirnya kebijakan, jika di penelitian ini, ada hasil penelitian baru diusulkan. Dr. Rossi menambahkan, penelitian umumnya berpengaruh di tahap local/biasa. Namun jika orang Pusat mau melihat website semacam Cochrane-mesin pencari maka semuanya sudah ada. jika dicermati ada beberapa website mesin pencari riset menampilkan hal-hal yang Do This dan Don’t Do This. dr. Tiara meminta pendapat Dr. Rossi, jika di suatu organisasi ada dualism, apakah bisa keduanya? translational riset : bagaimana mengubah sesuatu? “Di kita, ada penelitian yang berdiri sendiri”, tutupnya. Dr. Rossi ada rencana ingin mengubah arah PKMK untuk mengolah penelitian. Sealvy Kristianingsih, sebagai Manajer Operasional PKMK menyampaikan, kursus yang direncanakan, para peneliti dan konsultan aka nada pendampingan: Dr. Rossi, Prof Hakimi dan beberapa narasumber lain.
Putu Eka A, MPH menyampaikan proses translate penelitian membutuhkan kemampuan khusus dan pengalaman yang banyak. Jika individual, cara menyampaikan hasil kebijakan bisa dilakukan secara individual dengan kapasitas tertentu. Maka, harus ada kompetensi menemukan bukti penelitian dan juga komunikatot untuk menyampiakan hasil penelitian ke stake holder. Dr. Rossi, ada beberapa proyek yang sudah dihasilkan, namun belum diolah. Ingin mengolah penelitian yang telah dihasilkan. Mungkin lebih nyaman yang status quo, menghasilkan saja. Maka, kita perlu redefinisi, akan menghasilkan dan atau mengolah.
Dhini Ningrum, menanyakan batasan apa yang harus diperhatikan jika kosultan ingin mendampingi Pemda? Apa yang harus diperhatikan oleh peneliti? Dr. Rossi menyarankan untuk membahas apa yang mereka inginkan? Jika di Victoria, tidak boleh ada intervensi tanpa bukti. Tidak boleh ada penelitian obat baru, jika belum dilakukan systematic review. Perlu ada pihak yang menjalin koneksi ke luar. Jika ada intervensi yang dilakukan, maka perlu dilakukan sosialisasi, misalnya melalui website.
Batasan untuk ini, entry point di penyakit, kemudian perhatikan program. Action research dengan Pemda, Pemda ikut mendefinisikan masalah, analisa penyebab, analisa masalah. Proses-people-technology: menghasilkan penelitian yang baik. Konsultan PKMK, tidak ada kesempatan untuk sosialisasi. Maka, spesialisasi penelitian tidak ada di institusi ini. Jika ingin mengolah penelitian juga, pikirkan untuk imbal balik untuk peneliti.
Putu Eka A, MPH, KSI ialah fasilitator organisasi peneliti dan advokasi., mengadvokasikan hasil penelitian. Kemampuan berbicara dan menggunakan bahasa-bahasa umum. PKMK magang dengan orang-orang politik. Tiga tahun awal ini, memperkuat riset dan mengembangkan kemampuan komunikasi. Kesimpulan disampaikan oleh Dr. Rossi, pembuatan keputusan bukan hanya berdasar evidence. Expert for power: kuasa mengubah seseorang dengan expertise kita. Caranya melalui critical appraisal dan systematic revies. Atau integrative review, integrasi berbagai desain penelitian. Atau Bisa melanjutkan penelitian yang telah ada. Kita perlu mengembangkan expertise kita di bidang kesehatan.