Kursus Berbasis Website: “Keterlibatan Sektor Swasta dalam Pelayanan Kesehatan”

Kursus Berbasis Website: “Keterlibatan Sektor Swasta dalam Pelayanan Kesehatan”

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan serangkaian kursus berbasis website yakni kursus tahunan kluster kemitraan pemerintah dan swasta ANHSS (The Asia Pacific Network for Capacity Building in Health System Strengthening) yang bertemakan “Keterlibatan Sektor Swasta dalam Pelayanan Kesehatan”. ANHSS didirikan pada tahun 2009 untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat akan platform untuk peningkatan pengetahuan dan pertukaran dalam penguatan sistem kesehatan di kawasan Asia Pasifik. Ada empat kluster kursus yakni Equity, Flagship Course, Knowledge Event, dan Public Private Partnership.

Kursus Keterlibatan Sektor Swasta 2020 disampaikan melalui serangkaian webinar yang dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 09.00, selama bulan Agustus hingga Oktober 2020 yang terjadwal 11 kali webinar. Beberapa narasumber perwakilan dari berbagai negara (Indonesia, Filipina, Thailand, dan Hongkong) akan berbagi ilmu dan kisah sukses tentang tata kelola kolaboratif yang efektif dari pemberian layanan kesehatan di negara – negara Asia.

Peserta yang mendaftar sebanyak 56 peserta yang terdiri dari 13 peserta internasional (Malaysia, Brunei, Thailand, Philippines, etc) dan 43 peserta Indonesia (Kementerian Kesehatan, akademisi dan praktisi sektor swasta). Webinar seri pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2020 dengan peserta sebanyak 53 orang yang mengikuti secara daring menggunakan platform zoom. Acara ini dipandu oleh Shita Dewi dari PKMK UGM, dengan 2 pembicara yakni Somil Nagpal dari World Bank dan EK Yeoh dari The Chinese Univerdity of Hongkong.

Pembukaan

Prof Ova Emilia selaku Dekan FK-KMK UGM berkesempatan membuka kursus berbasis website ini. Prof Ova menyampaikan bahwa dalam mencapai UHC (Universal Health Coverage) membutuhkan koneksi dari semua pihak untuk memastikan setiap orang mendapatkan ketersediaan, aksesibilitas, akseptabilitas dan kualitas di pelayanan kesehatan. Keterlibatan sektor swasta bukan hal yang baru dan perjalanannya sudah sejak lama. Keterlibatan ini termasuk penyedia layanan langsung (seperti dokter, tenaga farmasi, petugas rumah sakit lainnya) dan tidak langsung seperti organisasi, lembaga masyarakat dan lainnya. Negara-negara di dunia telah memiliki pengalaman terkait keterlibahan sektor swasta di bidang kesehatan dan dimonitori dengan seksama. Dari kursus ini diharapkan akan menyoroti peluang untuk bekerjasama dan juga memunculkan model yang efektif dalam mencapai layanan kesehatan yang menyeluruh.

Selanjutnya pidato sambutan disampaikan oleh Prof Laksono. Prof Laksono menyampaikan perkembangan kursus ANHSS yang sudah dimulai sejak 10 tahun yang lalu. Ada 5 universitas yang sejak awal konsisten mengembangkan konsep kerjasama publik dan swasta yakni The Chinese University of Hongkong, UGM, Chulalongkorn University Thailand, The Aga Khan University, Asian Institute Manajement Philipines. Pembelajaran pada kursus ini menggunakan kerangka konsep PSE (Private Sector Engagement) yang diadaptasi dari Harding, Preker, Montagu (2010) yakni meliputi health system goals, assessment, strategies for integrated care dan implementation& monitoring. Para peserta bisa berdiskusi kapanpun selama kursus berlangsung melalui chatting di grup atau melalui online diskusi di website untuk membahas lebih detail terkait kerangka konsep PSE.

Materi pertama oleh Somil Nagpal yakni Senior health specialist World Bank. Somil menyampaikan materi terkait tantangan sistem kesehatan dalam mencapai UHC, pembelajaran dari negara-negara yang telah berhasil. Somil menjelaskan berbagai tantangan yang dihadapi dalam mencapai UHC antara lain terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan primer terutama di daerah yang sulit dijangkau, kualitas pelayanan dan kinerja yang buruk oleh tenaga kesehatan, hilangnya peluang dalam memanfaatkan data dan melakukan potensial analisis, tantangan dalam mencari model yang efektif dan keuangan PPP (Public Private Partnership) serta kurangnya akuntabilitas dalam sistem kesehatan.

Lambatnya progres dalam capaian UHC sering kali disebabkan oleh pembiayaan kesehatan yang tidak memadai, tidak efisien dan tidak adil. Somil juga menyampaikan hambatan yang dihadapi apabila negara hanya mengandalkan sektor kesehatan publik karena mengingat terbatasnya sumber daya baik itu tenaga kerja maupun dari sisi fasilitas serta terbatasnya dana karena anggaran dari pemerintah juga tidak mencukupi. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi dengan sektor swasta dalam memenuhi kebetuhan pelayanan kesehatan. Dengan mendorong keterlibatan sektor swasta dalam sistem kesehatan, maka diharapkan bisa untuk memobilisasi pembiayaan dari sektor swasta, meingkatkan akses dan kualitas layanan, memperkenalkan efisiensi dalam kesehatan masyarakat, memunculkan inovasi dan teknologi yang semuanya mendorong tercapainya UHC.

Dalam konsep PPP, penanggung jawab terkait layanan tetap berada pada sektor publik, namun dalam eksekusinya bisa mengandalkan sektor swasta. Untuk itu diperlukan beberapa komponen dalam kemitraan publik dan swasta yakni aturan yang jelas, ketentuan/persyaratan dalam kerjasama, pengelolaan aset publik oleh sektor swasta, jangka waktu yang jelas, pengelolaan risiko, standar dalam kualitas layanan, pembayaran dan terkait standar kinerja. Model PPP yang digunakan di tiap negara berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dari negara tersebut serta sumber daya yang dimiliki. Semakin tinggi kebutuhan kapasitan maka model PPP yang dibutuhkan juga semakin kompleks.

Dengan kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini tentu berpengaruh pula pada kemitraan publik dan swasta, antara lain semakin meningkatkan kesadaran untuk berinvestasi dalam sistem kesehatan yang kuat. Kemudian berpengaruh pula dengan melemahnya kapasitas fiskal, dikarenakan menurunkan pertumbuhan ekonomi serta berkurangnya pendapatan negara. Yang dapat dilakukan pemerintah adalah bisa menggunakan sumber daya publik hanya untuk mendanai sektor publik, menggunakan sumber daya untuk melakukan reformasi yang lebih besar serta memobilisasi pembiayaan dan layanan dari sektor swasta secara bersamaan.

Materi kedua yaitu oleh Prof EK Yeoh yang menjelaskan tentang pengantar layanan kesehatan yang terintegrasi serta tantangan dan pendekatan di Asia-Pasifik.
Layanan kesehatan yang dikelola dan diberikan dengan cara yang memastikan masyarakat menerima promosi kesehatan yang berkelanjutan, pencegahan penyakit, diagnosis, pengobatan, manajemen penyakit, layanan rehabilitasi dan perawatan paliatif, di berbagai tingkat dan tempat perawatan dalam sistem kesehatan, dan sesuai dengan kebutuhan.

Komponen utama dalam sistem perawatan terpadu antara lain penilaian yang komprehensif dalam mengevaluasi kebutuhan dan perencanaan perawatan, manajer kasus perawatan, tim yang terdiri dari multi disiplin ilmu, komunikasi yang baik antara tenaga profesional perawatan dengan manajemen catatan elektronik yang terintegrasi, berbagai kebijakan, sistem perawatan yang holistik pada pasien serta melibatkan pula pengasuh dalma rencana dan proses perawatan.

Prof EK Yeoh menyampaikan bahwa dalam mengubah sistem agar sesuai dengan tujuan, ada tantangan yang dihadapi yakni perubahan demografi (penuaan populasi), pencegahan penyakit kronis dan prubahan teknologi. Sehingga komponen yang perlu dilakukan perubahan adalah patient-centred, integrated care dan primary care-led integrated care. Prof EK Yeoh juga memberikan contoh pelayanan kesehatan di Hongkong, tantangan yang dihadapi serta sistem kesehatan yang diterapkan baik yang dari sisi pemerintah maupun yang melibatkan sektor swasta.

Webinar ini ditutup dengan diskusi singkat dan rencana kursus mendatang yang akan dilaksanakan tanggal 19 Agustus 2020 dengan topik Private Sector Analytic dan USAID Private Sector Engagement Policy.

MATERI REFERENSI

Tags: 2020 anhss PPP

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*