Reportase Pembelajaran dari Praktik Penyelenggaraan Vaksinasi COVID-19 Bagi Lansia

Reportase Pembelajaran dari Praktik Penyelenggaraan Vaksinasi COVID-19 Bagi Lansia

Lansia merupakan salah satu populasi yang rentan di masa pandemi COVID-19. Hal ini bisa dilihat dari tingginya kasus COVID-19 pada Lansia. Lansia juga mengalami kerentanan dalam hal akses komunikasi, informasi, dan edukasi terkait vaksin COVID-19. Dalam skala nasional, masih terjadi kesenjangan dari cakupan vaksinasi pada kelompok lansia di seluruh provinsi di Indonesia. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK – KMK UGM bekerja sama dengan Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) mengadakan webinar dengan tajuk Pembelajaran dari Praktik Penyelenggaraan Vaksinasi COVID-19 Bagi Lansia. Webinar ini diselenggarakan untuk menyambut Hari Lanjut Usia Nasional pada 29 Mei nanti, dan dimoderatori oleh Mentari Widiastuti.

Acara dibuka oleh Shita Listyadewi, Kepala Divisi Kebijakan Kesehatan Masyarakat PKMK FK – KMK UGM. Shita menyampaikan tema webinar kali ini terinspirasi dari penelitian yang dilakukan oleh PKMK FK – KMK UGM dengan AIHSP untuk mengetahui penerimaan dan aksesibilitas dari vaksin COVID-19 di kelompok rentan, termasuk pada kelompok lansia. Shita mengungkapkan bahwa serial webinar bulanan ini, merupakan komitmen dari PKMK untuk bisa memperluas pengetahuan yang didapat dari hasil penelitian ke pemangku kepentingan, dan masyarakat umum.

Paparan pertama oleh Ns. Hasan Rahim, Skep. MARS dari Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, tentang pelaksanaan percepatan vaksinasi COVID-19 kelompok lansia di Maros. Hasan mengakui bahwa capaian vaksinasi lansia di Maros, baik itu dosis pertama maupun dosis kedua, masih di bawah rata – rata provinsi Sulawesi Selatan. Beberapa permasalahan dalam pelaksanan vaksinasi adalah pertama masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat vaksinasi COVID-19. Hal ini juga terkait dengan beredarnya hoax terkait vaksin COVID-19. Selain itu, kecenderungan masyarakat yang memilih jenis vaksin dengan merk tertentu yang terbatas jumlahnya.  Masalah penyimpanan vaksin juga masih menjadi kendala di daerah. Adapun strategi percepatan yang telah dilakukan adalah sweeping vaksinasi dari rumah ke rumah untuk kelompok lansia, mewajibkan pegawai negeri sipil dan pemimpin komunitas untuk membawa sasaran vaksinasi, bekerja sama dnegan dinas sosial, mengadakan vaksinasi terpusat, dan juga sosialisasi melalui berbagai media.

 Paparan selanjutnya oleh Dwidjo Susilo, SE, MBA, MPH, peneliti PKMK yang memberikan temuan hasil riset mengenai penerimaan vaksin COVID-19 di kalangan lansia. Secara umum, terdapat penerimaan yang positif terhadap vaksin COVID-19 di kalangan lansia, walaupun ada lansia yang masih menolak divaksin atau merasa ragu dengan vaksin COVID-19 kendati sudah divaksin. Dwijo menekankan hal – hal yang mendorong keputusan lansia untuk menerima vaksin COVID-19, antara lain: persepsi tentang pentingnya kartu/sertifikat vaksin sebagai syarat administrasi perjalanan, layanan publik, dan bantuan social, pemahaman akan kegunaan vaksin, persepsi tentang keamanan vaksin COVID-19, dan keyakinan bahwa masyarakat perlu berpartisipasi dalam program COVID-19 sebagai wujud dukungan pada program pemerintah. Sedangkan hal – hal yang mendorong lansia menunda atau menolak vaksin COVID-19 adalah kurangnya pemahaman akan penyakit COVID-19 dan kegunaan vaksin COVID-19, ketakutan akan vaksin COVID-19 karena mendengar bahwa vaksin menyebabkan kematian atau kesakitan dan merasa memiliki penyakit penyerta.

 Setelah kedua narasumber memaparkan, dr. Yulianto S. Kurniawan, Sp.A  dari AIHSP membahas terkait tantangan terkait komunikasi risiko COVID-19 dan vaksinasi COVID-19 bagi lansia dan pendamping. Yulianto menekankan bahwa sasaran lansia memiliki kebutuhan yang berbeda, baik itu di kategori usia 60, 70, atau 80 tahun ke atas. Hal ini disebabkan karena penurunan kondisi fisik, seperti penglihatan dan pendengaran, maupun penurunan kemampuan kognisi. Sehingga kebutuhan materi komunikasi risiko haruslah disesuaikan dengan kebutuhan lansia tersebut. Berdasarkan hasil penelitian PKMK dan AIHSP, rekomendasi pengembangan dan pelaksanaan komunikasi risiko terkait vaksin COVID-19 untuk lansia adalah harus bisa menjawab persepsi tentang keparahan COVID-19, menekankan manfaat vaksin untuk diri sendiri, keluarga, dan orang lain, serta kerentanan lansia terhadap COVID-19.

Selanjutnya Mulyanta, A.KS dari Dinas Sosial DI. Yogyakarta menyampaikan terkait peran organisasi pemerhati lansia dalam memberikan informasi terkait vaksin COVID-19. Hanya saja layanan lansia seperti kunjungan, terapi, dan bimbingan sempat terhenti karena lansia menjadi kelompok rentan terinfeksi. Mulyanta menekankan bahwa informasi layanan vaksin COVID-19 untuk lansia harus dipahami juga oleh keluarga dan pendamping lansia. Selain itu telah dilakukan pemanfaatan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lansia di setiap wilayah di Yogyakarta bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota sampai ke pihak kelurahan/desa untuk melakukan pendampingan kepada lansia agar mendapatkan layanan vaksin COVID-19. Acara selanjutnya adalah tanya jawab dari peserta webinar kepada para pembicara. Kemudian moderator menutup webinar ini dengan harapan bahwa kegiatan ini dapat memberikan inspirasi mengenai strategi komunikasi demi memeratakan vaksinasi COVID-19 di kalangan lansia.

Untuk mengunduh materi silakan KLIK DISINI

===

Rekaman Video

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*