Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D., dalam pengantarnya bahwa webinar kepemimpinan ini penting untuk menunjang proses advokasi seluruh isi renstra oleh direktur rumah sakit daerah. Penyusunan renstra dilakukan oleh seluruh pimpinan di rumah sakit yang dipimpin oleh direktur rumah sakit, sehingga direktur harus memahami setiap butir yang dituangkan dalam renstra dan mempertanggungjawabkannya. Leadership merupakan atribut yang melekat pada seorang direktur rumah sakit, dimana ia memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang terukur. Terdapat pola-pola bagaimana karakter leadership dapat terbentuk, diantaranya Nature yaitu bakat alamiah yang melekat dalam diri seseorang, Nurture atau sesuatu yang diperoleh berdasarkan latihan, dan situational yang berasal dari pembawaan situasi yang terjadi di lingkungannya. Dasar pengambilan analisis indikator leadership yang digunakan mengacu pada Framework Meta Leadership Harvard University yang kemudian telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
SDG 17
PKMK-Yogyakarta. Webinar kepemimpinan ini merupakan bagian dari pelatihan jarak jauh yang bekerja sama dengan Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA). Kutipan berikut menggambarkan tema webinar yang dibahas kali ini, “Management is doing things right, while leadership is doing the right things” (Peter Drucker). Sebagai seorang pemimpin rumah sakit daerah, menguasai seluruh manajemen rumah sakit merupakan tanggung jawab, namun kemampuan untuk memimpin di tengah dinamika ketidakpastian dan perubahan yang terjadi adalah tantangan yang harus dihadapi.
Diskusi dibuka dengan pengantar yang disampaikan pleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D bahwa Pemerintah telah menyadari pentingnya pertumbuhan ekonomi yang cepat dan telah merumuskan kebijakan terintegrasi dan kolaborasi dengan konsil/kolegium untuk menangani masalah kesehatan di Indonesia. Pada dasarnya, industrial concept dari wellness tourism bisa menggunakan analisis Porter Five Forces untuk mengidentifikasi pasar dan harga. Mengacu pada layanan wellness tourism yang telah dikembangkan di Bangkok, Thailand, pemilihan tempat strategis untuk fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarakat, yaitu terletak di salah satu pusat perbelanjaan ICON SIAM. Adanya inovasi layanan kesehatan seperti contoh tersebut harapannya dapat dijadikan suatu potensi peluang untuk diadopsi di Indonesia.
Barkah Wahyu Prasetyo, SE., Ak., CA sebagai master of trainer pada pelatihan kali ini menjelaskan tentang rencana pembahasan materi pada pertemuan ini, yaitu terkait program dan kerangka pendanaan di rumah sakit daerah kelompok menengah.
Pengantar sesi ini disampaikan oleh dr. Gatot Sugiharto, Sp.B., M.A.R.S. dengan menggambarkan tahapan penyusunan rencana strategis rumah sakit daerah dan hierarki strategi. Alur penyusunan renstra dimulai dengan melakukan kajian lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang menjadi landasan untuk merumuskan visi misi rumah sakit. Setelah itu merumuskan strategi pengembangan, kebijakan, program dan sasaran, penyesuaian prioritas dan anggaran, programming dan budgeting, dan implementasi. Tentu proses ini akan terus dilakukan pemantauan dan evaluasi.
dr Theryoto, M.Kes., Sp.OK., MARS., menyampaikan materinya terkait penyusunan strategi generik dan strategi fungsional, proyeksi pasar dan program tahunan, serta menentukan indikator kinerja rumah sakit daerah berbasis Balanced Scorecard. Strategi generik merupakan strategi yang diaplikasikan pada unit-unit layanan dan pendukung setelah menentukan strategi umum, dan dipilih berdasarkan strategi besar yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi generik memungkinkan rumah sakit daerah untuk menciptakan nilai unik sehingga sulit ditiru oleh pesaing. Dalam hal ini rumah sakit daerah memusatkan upayanya pada segmen pasar tertentu, meskipun terlihat sempit namun spesifik dan lebih efektif. Selanjutnya strategi fungsional merupakan strategi yang disusun dan dijalankan oleh setiap unit pelayanan maupun unit pendukung di rumah sakit sesuai fungsi-fungsi (fungsi SDM, fungsi pemasaran, fungsi operasional, dan sebagainya) yang ada untuk merealisasikan strategi utama dan strategi generik. Strategi fungsional bersifat spesifik dan teknis, sehingga tujuannya untuk jangka menengah dan jangka panjang.
Pada awal sesi, Ni Luh Putu Eka Putri Andayani, SKM, M.Kes sebagai Master of Trainer menyampaikan materi yang akan dibahas pada sesi ini yaitu terkait program dan kerangka pendanaan di rumah sakit daerah afiliasi pendidikan.
Raden Gunawan Effendi,SpM., MM., MARS., MH(Kes)., CMC., FISQua menyampaikan pengantar berupa review materi yang telah dibahas pada sesi sebelumnya, yaitu mengenai visi, misi dan pengembangan program dan serta penentuan kelompok sasaran. Pada sesi sebelumnya telah dibahas mengenai hirarki strategi yang terdiri atas strategi umum, strategi generik, dan strategi fungsional. Rumah sakit dapat memilih strategi sesuai dengan kondisi rumah sakit, sehingga dapat ditentukan strategi yang tepat dan tidak salah dalam memilih strategi.
Barkah Wahyu Prasetyo, SE., Ak., CA sebagai Master of Trainer menyampaikan topik yang akan dibahas pada pertemuan kali ini yaitu mengenai Visi, Misi dan Strategi. Sesi ini merupakan kelanjutan dari tahap diagnosis organisasi yang telah dibahas pada sesi sebelumnya. Barkah berharap peserta dapat aktif dalam diskusi dan mengerjakan tugas sehingga bisa menangkap insight yang akan disampaikan oleh dr. Ruswaldi Munir, SpKO dan dr. Junaedi Wibawa, MSi.Med, SpPK.
Pada sesi pengantar, dr. Gatot Sugiharto, Sp.B., M.A.R.S. menyampaikan review dari materi yang telah dibahas pada sesi sebelumnya, yaitu mengenai pentingnya aspek diagnostik sebagai landasan untuk merumuskan strategi yang tepat dan selaras dengan visi misi rumah sakit. Dari yang telah disampaikan pada sesi sebelumnya, penting dilakukan diskusi terbuka dan analisis SWOT serta harus membahas strategi keuangan dan opsi kemitraan sebagai bagian dari strategi. Selain itu, harus ada fleksibilitas dan penyelarasan dengan visi misi kepala daerah yang baru. Sehingga nantinya rumah sakit dapat memilih strategi yang tepat berdasarkan kondisi rumah sakit.
Prof.dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., dalam pengantarnya menyampaikan bahwa saat ini situasi rumah sakit di Indonesia mempunyai berbagai kelemahan internal yang dapat menghambat terwujudnya visi untuk menjadi rumah sakit terbaik dan menjadi pilihan utama masyarakat. Dalam hal ini, perlunya sinergitas berbagai pihak untuk turut berinvestasi dalam pengembangan rumah sakit baik dari segi leadership, sistem manajemen, hingga strategi bisnis. Sebuah tantangan besar bagi para direksi rumah sakit dalam penyusunan renstra ini untuk memanage timnya, renstra yang telah berhasil tersusun merupakan salah satu bukti bahwa leadership dari seorang direksi rumah sakit berjalan dengan baik.
Imam Prasetyo M.Kes FisQua menyampaikan pengantar berupa overview pembelajaran dari sesi sebelumnya yang membahas mengenai faktor eksternal dari rumah sakit daerah dalam menjalankan visi dan misi yang dapat berpengaruh seperti perubahan kepala daerah, perubahan kompetisi rumah sakit, maupun adanya perubahan kondisi fiskal. Imam mengingatkan kembali terkait metode yang bisa digunakan yakni analisis SWOT (TOWS matrix), metode pembobotan, serta menyusun isu-isu pengembangan. Hasil analisis SWOT dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana strategis yang sesuai dengan Pedoman Kementerian Dalam Negeri.
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., dalam pengantarnya menyampaikan isu kunci dari rumah sakit pendidikan adalah bahwa mitra kerjanya bukan hanya terbatas pada antar rumah sakit saja, namun sampai pada dekan fakultas kedokteran, mahasiswa, resident, co-assistant, hingga kolegium. Rumah sakit yang berafiliasi pendidikan sangat memungkinkan untuk menghadapi perubahan dari sektor pendidikan, misalnya kurikulum, regulasi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini direksi harus siap menghadapi tantangan dan perubahan yang berasal dari berbagai pihak.