Kamis, 1 Februari 2024
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD menyapa peserta dan memberikan informasi singkat di awal terkait riset kebijakan dan implementasi, yang dikembangkan dengan platform website untuk mempermudah akses. Meskipun peserta mungkin memiliki kesibukan pada waktu tertentu, materi tetap tersedia secara daring di situs website yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.
Kebijakan kesehatan melibatkan berbagai bidang keahlian, mengingat keberagaman latar belakang dan keahlian dosen Poltekkes. Ini memungkinkan setiap individu untuk berkembang sebagai ahli kebijakan dalam bidang spesifik mereka. Selanjutnya, Laksono menyebutkan bahwa ada empat sesi dalam pelatihan ini, kemudian diikuti ujian di akhir. Bagi Poltekkes yang tertarik untuk melanjutkan kegiatan ini, akan ada diskusi lebih lanjut dengan tim Kementerian Kesehatan.
dr. Likke Prawidya Putri, MPH, PhD menambahkan bahwa peserta dapat mengakses kegiatan melalui tautan Gadjah Mada Medical e-learning (Gamel) yang tersedia di situs website KMPK UGM. Konten yang tersedia di dalam Gamel mencakup informasi tentang materi, pertanyaan/diskusi, dan kuis. Bersamaan dengan itu, tim pelaksana juga menampilkan hasil survei yang diisi pada pertemuan sebelumnya. Hasil survei menunjukkan adanya peningkatan pemahaman meskipun masih ada peserta yang belum sepenuhnya memahami materi. Tri Muhartini, MPH kemudian memberikan catatan atau tinjauan tentang pembahasan materi awal yang disampaikan oleh Dr. Gabriel Lele, M.Si, yang meliputi konten kebijakan kesehatan, implementasi riset, dan peluang perbaikan kebijakan yang disebut sebagai jendela kebijakan. Tri juga memberitahu setiap peserta yang ingin mendapatkan sertifikat bahwa mereka harus mengikuti ujian yang telah dijadwalkan.
Stefani Wijaya, S.H, M.H sebagai moderator memperkenalkan kedua pemateri yang akan membawakan topik tentang “Urgensi Riset Implementasi untuk Penelitian Kebijakan Kesehatan”, sebagai bagian dari Pengantar Riset Implementasi. Pemateri pertama adalah Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc, Ph.D, FRSPH, yang merupakan dekan FK-KMK UGM, dan dr. Likke Putri, MPH, PhD, sebagai pemateri kedua yang merupakan dosen Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM.
Menurut Prof. Yodi, riset implementasi adalah riset yang menjawab pertanyaan terkait dengan implementasi itu sendiri, sehingga riset kebijakan implementasi ini tergantung pada apa yang diimplementasikan, bagaimana diimplementasikan, dan kualitas dari implementasi itu sendiri. Dari berbagai pilihan intervensi, perlu memperhatikan bukti berbasis atau efektivitas kebijakan yang diambil. Jika telah terbukti efektif, kebijakan tersebut dapat diadaptasi atau diterapkan untuk mengatasi persoalan kesehatan tertentu. Namun, jika belum terbukti, perlu dilakukan uji coba lebih lanjut. Hal yang membedakan pertanyaan riset implementasi dari riset lainnya adalah keberhasilan implementasi yang direncanakan. Riset ini tidak hanya berfokus pada efektivitas kebijakan, melainkan juga pada proses implementasinya. Riset implementasi melibatkan implementor dan para pemangku kepentingan.
Poin penting dari riset implementasi terletak pada pertanyaan penelitian. Ada dua hal penting dalam merumuskan pertanyaan riset implementasi, yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan tantangan dan tujuan implementasi. Pertanyaan penelitian tentang jenis tantangan termasuk perluasan cakupan riset, keberlanjutan, replikasi kebijakan, integrasi program, keadilan kebijakan, dan efektivitas nyata. Sementara pertanyaan berdasarkan tujuan meliputi eksplorasi, deskripsi, pengaruh, penjelasan, dan prediksi terhadap implementasi program atau kebijakan.
Framework yang sering digunakan dalam riset implementasi adalah CFIR, RE-AIM, tingkatan NIRN dari implementasi, ADAPT-ITT, dan WHO ExpandNet. Namun, CFIR adalah yang paling sering digunakan karena memberikan informasi tentang potensi tantangan dan kemudahan dalam menjalankan sebuah kebijakan. Adapun metode yang sering digunakan meliputi mix-methods, participatory action research, studi peningkatan kualitas, percobaan implementasi dan efektivitas hibrida, serta percobaan pragmatis.
dr. Likke sebagai pemateri kedua menjelaskan tahapan kebijakan dalam lima siklus, mulai dari penetapan agenda, perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, evaluasi kebijakan, hingga perubahan kebijakan atau penghentian kebijakan. Riset kebijakan tidak jauh berbeda dari riset lainnya. Jika riset dilakukan pada fase penetapan agenda, perhatian utama adalah bagaimana menemukan dan menganalisis masalah serta akarnya. Namun, jika pada tahap perumusan kebijakan, tujuannya adalah memberikan alternatif solusi dengan berbagai metode yang cocok, seperti systematic dan scoping. Bentuk studinya bisa menggunakan model Delphi, yaitu studi yang menggambarkan kemungkinan kejadian masa depan dari berbagai alternatif kebijakan, sehingga dapat menentukan area mana yang menjadi prioritas.
Evaluasi kebijakan dapat dilakukan menggunakan berbagai metode, seperti before after, membandingkan kelompok intervensi dan kontrol, difference in difference, serta interrupted time series. Oleh karena itu, terdapat berbagai metode penelitian yang dapat digunakan sesuai dengan kasus dan pertanyaan penelitian yang ingin dijawab.
Dalam sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan diajukan oleh peserta. Misbahuddun bertanya tentang skenario building dalam penelitian berbasis tujuan. Prof. Yodi menjelaskan bahwa skenario building adalah perencanaan strategis ke depan yang mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Luluk Widati membagikan pengalaman tentang implementasi kebijakan pencegahan dan penanganan penyakit tertentu yang tidak sesuai dengan panduan, dan hasil temuannya kemudian dijadikan sebagai policy brief. Suryani Manurung bertanya tentang kriteria inklusi dan eksklusi, serta jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam riset implementasi ini. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset implementasi tidak berbeda jauh dengan riset biasa dalam hal prinsip, yang penting adalah pertanyaan penelitian dan metode yang digunakan.
Pertanyaan dari Lia, apakah riset ini dapat mengarah ke penelitian lanjutan, dan bagaimana cara menghilangkan konflik kepentingan dalam riset implementasi. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset implementasi bertujuan untuk mengoptimalkan implementasi, bukan hanya menilai keberhasilan atau kegagalan. Konflik kepentingan dalam riset implementasi tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, namun dapat dikelola atau dikurangi risikonya. Penting untuk melibatkan pemangku kepentingan dari awal untuk memastikan solusi dapat diterima dan dijalankan.
Pertanyaan dari Sudiono tentang integrasi riset implementasi di Poltekkes. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset implementasi dapat diterapkan di Poltekkes pada tahap implementasi program yang telah dikembangkan. Penting untuk memastikan dukungan dari para pemangku kepentingan dan menghindari penolakan di masyarakat. Laksono menambahkan bahwa peran Poltekkes untuk mengevaluasi kebijakan yang berjalan di daerah.
Pertanyaan terakhir dari Syarifah tentang strategi dalam menegakkan penelitian terkait pengelolaan makanan dan pangan. Prof. Yodi menjelaskan bahwa riset kebijakan perlu melibatkan para pemangku kepentingan dari awal, dan strategi seperti penyampaian policy brief atau dialog kebijakan dapat membantu dalam mendorong perubahan.
Reporter: Faisal Mansur, MPH (Divisi Public Health PKMK)
Materi dan video kegiatan dapat diakses pada link berikut klik disini
Artikel ini terkait pilar 4 SDGs: Pendidikan Berkualitas