5 Juli 2024
Ikatan Keluarga Alumni Magister Manajemen Rumah Sakit UGM (IKA MMR-UGM) bekerja sama dengan MMR UGM, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Universitas Gadjah Mada (PKMK UGM), serta Bali Medical Tourism Association (BMTA) menyelenggarakan Health Marketing Workshop dengan tema “Potensi Medical Wellness dalam Industri Kesehatan: Penyusunan tailor-made concept, rumusan pemasaran, dan implementasi” pada hari Jumat, 5 Juli 2024. Workshop ini diadakan secara luring bertempat di HARRIS Hotel & Residences Sunset Road, Bali, serta secara daring melalui platform Zoom. Acara ini dibagi menjadi tiga sesi dan berlangsung mulai pukul 9.00 hingga 17.00 WITA.
Pertemuan workshop ini dibuka oleh dr. Untung Suseno Sutarjo selaku Ketua Umum Pengurus Pusat IKA MMR UGM. Dalam pembukaan tersebut dr. Untung menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan medical wellness walau sebenarnya dapat dinilai terlambat. Medical wellness sendiri dapat menjadi suatu inovasi dari rumah sakit untuk mendapatkan pendapatan selain melalui BPJS.
Sesi pertama workshop dibuka oleh moderator Ni Luh Putu Eka Andayani, SKM., M.Kes, dengan pemaparan pertama oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc. Ph.D. Beliau membahas perkembangan medical wellness di Indonesia, dari konsep hingga realitas, serta pentingnya pendekatan holistik yang mencakup dimensi fisik, mental, spiritual, emosional, sosial, dan lingkungan. Prof. Laksono juga menjelaskan model 4 fase oleh VAMED (remote assessment, in-house experience, monitoring, dan re-evaluation) sebagai alat untuk memastikan keberlanjutan kesehatan dan membangun basis pelanggan tetap. Indonesia sendiri memiliki potensi besar dalam medical wellness, namun tentunya dalam implementasinya memerlukan promosi yang efektif dan dukungan investasi untuk pengembangan lebih lanjut. Selain itu, tantangan utama dalam pengembangan medical wellness terletak pada pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan terlatih dalam bidang ini.
Selanjutnya, pemaparan kedua oleh dr. Gede Wiryana Patrajaya, M.Kes (Ketua Bali Medical Tourism Association) yang mengangkat topik terkait dukungan kebijakan dan regulasi pengembangan medical wellness. Dalam paparannya dr. Patra menjelaskan bahwa saat ini sudah terdapat dua regulasi secara nasional yang mengatur tentang health tourism dan health wellness, serta pemerintah daerah sendiri khususnya Bali telah memiliki PERDA yang mendukung terselenggaranya medical wellness di Bali. dr. Patra pada materinya juga menjelaskan bahwa medical wellness adalah menggabungkan diagnosis medis dengan elemen kebugaran, yang perlu dibenarkan dan diawasi secara medis. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesehatan umum secara holistik dan preventif. Dalam pemaparan ini dr. Patra juga menjelaskan bahwa program medical wellness sudah diterapkan di beberapa rumah sakit dan klinik di Bali, salah satunya di Prima Medika Hospital yang menyediakan program MCU di rumah sakit dan program wellness di resort/hotel tidak hanya selesai sampai itu, nantinya terdapat pasca program dengan follow up dan evaluasi pasca program, serta penerapan customer relationship management. Kendala utama dalam pengembangan ini adalah kualitas dan kuantitas SDM, kemampuan bahasa, pemahaman budaya lintas negara, dan mindset. Selain itu, asuransi dan jaringan kerja sama (networking) dengan penyedia layanan lain masih kurang, serta tarif layanan yang belum standar dan regulasi yang kurang mendukung.
Pemaparan terakhir dalam sesi ini disampaikan oleh dr. Tanjung Subrata, M.Repro (Dosen Fisiologi Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa, Bali), membahas beberapa aspek penting dalam pariwisata kesehatan serta menekankan pentingnya kompetensi kesehatan medis. Kompetensi ini didefinisikan sebagai kemampuan penyedia layanan kesehatan untuk menawarkan layanan komprehensif yang mempromosikan kesehatan holistik dan perawatan pencegahan. Sejak tahun 2021, FKIK Warmadewa telah menawarkan pendidikan Wellness dengan empat pilihan program: exercise medicine, travel health, Balinese herb medicine, dan spiritual medicine. dr. Tanjung juga menyoroti masalah ketiadaan pelatihan yang diakui pemerintah untuk pelatih fitnes di Indonesia, yang menyebabkan maraknya praktik penjualan sertifikat dari luar negeri. Untuk mengatasi ini, FKIK Warmadewa berkolaborasi dengan Warmadewa College dan Fitness Professional Academy mengembangkan enam level Certification Fitness Trainer (CFT), yang telah diakui oleh pemerintah. Beliau menambahkan bahwa FKIK Warmadewa juga telah mengembangkan kursus Medical Wellness yang dirancang berdasarkan visi health travel sebagai program tujuh hari untuk dokter pascasarjana dan profesional kesehatan lainnya, bekerja sama dengan berbagai institusi seperti Universitas Udayana, Universitas Negeri Hindu Indonesia, Chang Gung University, dan Fitness Professional Academy.
Selanjutnya, sesi kedua merupakan sesi talkshow dengan tema Pengembangan dan Implementasi Medical Wellness di Bali dari Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D, dr. Gede Wiryana Patrajaya, M.Kes., dan dr. Putu Dian Ekawati, MPH., MHKes. Gelar wicara ini membahas pentingnya melakukan product identification, market targeting, integrasi, dan berkolaborasi lintas sektor dalam mengembangkan medical wellness. Talkshow ini ditutup oleh pesan oleh dr. Patra terkait medical wellness di luar Bali. Beliau menyampaikan bahwa di Bali, program ini dimulai dengan memanfaatkan layanan yang sudah ada. Selain tujuan wisata utama, penting juga mempertimbangkan dari satu tempat lain untuk mencari sesuatu juga dapat kita pertimbangkan. dr. Patra juga menekankan pentingnya pemasaran dengan menggunakan konsep marketing mix 7P sebagai panduan dalam berbagai aspek, termasuk pertanggungjawaban.
Sesi ketiga berupa workshop yang dipandu oleh Elisabeth Listyani, S.E., M.M dan Dr. Dr. Jodi Visnu, MPH. Workshop ini diawali oleh pemaparan yang disampaikan oleh Elisabeth Listyani, S.E., M.M. (Peneliti PKMK FK-KMK Universitas Gadjah Mada) terkait pengembangan produk Medical Wellness dan penyusunan menu laman web untuk appointment process. Dalam paparannya, Elisabeth menjelaskan bahwa ekosistem medical wellness di Indonesia berkembang pesat dengan menawarkan berbagai layanan kesehatan preventif yang menggabungkan pemeriksaan medis dan terapi kebugaran melalui pendekatan holistik dan interdisipliner. Contoh produk yang ditawarkan meliputi MCU umum, tes genomik untuk prediksi risiko penyakit, layanan estetika seperti anti-aging, serta program kesehatan mental. Penentuan produk dilakukan dengan mengidentifikasi pasar berdasarkan demografi, kebutuhan, dan lokasi geografis target pasar. Elisabeth juga menjelaskan bahwa proses perancangan menu produk di website harus dirancang secara sistematis dan menarik yang mencakup informasi produk secara detail dan tata cara booking yang mudah. Selanjutnya, persiapan produk medical wellness memerlukan tim kerja yang terampil, alur kerja yang terencana, serta sarana prasarana yang memadai, termasuk kolaborasi dengan rekanan seperti spa, pusat kebugaran, dan klinik estetika. Semua ini bertujuan untuk memastikan layanan yang komprehensif, berkualitas, dan mampu memenuhi kebutuhan individu dengan risiko kesehatan, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka.
Topik terakhir disampaikan oleh Dr. dr. Jodi Visnu, MPH (Peneliti PKMK FK-KMK Universitas Gadjah Mada) terkait pendekatan pemasaran. Dalam paparannya, dr. Jodi menekankan pentingnya konsep 7Ps dalam strategi pemasaran yang efektif dan komprehensif mencakup Product, Price, Place, Promotion, People, Process, dan Physical Evidence. Beliau juga menjelaskan langkah-langkah riset pemasaran yang melibatkan pengenalan masalah, identifikasi tujuan riset, desain riset, pengumpulan data, serta analisis dan evaluasi hasil, untuk memastikan keputusan pemasaran didasarkan pada data yang akurat dan relevan. Selanjutnya, segmentasi pasar dijelaskan sebagai proses mengidentifikasi dan membagi konsumen ke dalam kelompok-kelompok dengan kebutuhan atau karakteristik yang serupa. Target pasar ditentukan dengan memilih segmen-segmen yang paling sesuai dengan tujuan dan sumber daya perusahaan. Memposisikan produk berarti menempatkannya di benak konsumen agar terlihat berbeda dan lebih menarik dibandingkan produk kompetitor, yang penting adalah untuk membangun identitas merek yang kuat. Strategi promosi yang efektif, menurut dr. Jodi, melibatkan berbagai teknik untuk mengkomunikasikan nilai dan manfaat produk kepada target pasar, termasuk iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, minat, dan pembelian produk oleh konsumen.
Selanjutnya, peserta diarahkan untuk melakukan penyusunan presentasi terkait produk medical wellness yang akan dibuat, dimana presentasi ini memuat: produk yang akan dijual, target market, rincian harga penjualan maupun paket, siapa saja klien yang terlibat (sistem pemasaran, vendor terkait), serta kapan produk akan dijual, dan evaluasi keberhasilan penjualan. Pada kesempatan ini terdapat tiga kelompok peserta yang dipilih secara random untuk melakukan presentasi yaitu Unicare Clinic dengan rencana produk Honeymoon Wellness Experience, berfokus pada kesehatan dan kebugaran pada newly wed dengan lokasi di Ubud. Selanjutnya, RS. Mata Bali Mandara, dengan rencana produk eye medical check up, dengan target market usia >40 tahun. Presentasi terakhir dari Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) dengan rencana produk Catin Bahagia guna skrining kesehatan pada calon pengantin target pasar adalah remaja hingga pasangan usia subur. Dari presentasi presentasi peserta workshop, dr. Patra menyoroti pada perbedaan harga hotel yang terjadi antara low dan peak season, yang perlu diperhatikan oleh pihak klinik maupun rumah sakit adalah meninjau kontrak harga dengan pihak hotel, selanjutnya tambahan dari dr. Tanjung, menyarankan adanya tambahan paket lain sebagai misal dari produk honeymoon package ini terdapat lanjutan paket seperti pra-konsepsi wellness.
Diharapkan melalui workshop health marketing terkait potensi medical wellness ini, para operator rumah sakit, klinik, agen perjalanan, operator hotel atau resort, pengusaha fitness dan spa dapat mengambil peluang guna mengembangkan medical wellness sebagai suatu layanan preventif yang menjanjikan. (Kartika Saraswati)
Artikel ini berkaitan dengan pilar 3 SDGs yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera.