Dissemination of the Research Results (PKMK, PATH, MoH)

Reportase Panel -1

18 Agustus 2022

Pertemuan ini dirancang sebagai sarana diseminasi hasil penelitian PKMK FK – KMK UGM bekerja sama dengan PATH. Kegiatan dipandu oleh Gde Yulian Yogadhita, Apt, M.Epid selaku MC. Sesi 1 pemaparan aktivitas penelitian works stream 1-5 (WS1-WS5) yang dilakukan oleh PKMK FK – KMK UGM oleh Dr. dr.Andreasta Meliala, M.Kes., MAS dimoderatori oleh moderator yaitu dr Bella. Donna, M.Kes. Sistem kesehatan Indonesia mengalami  transformasi setelah terjadinya pandemi COVID-19. Hasil penelitian WS-1 mengidentifikasi oksigen medis sangat unpredicted dan unmanaged. Hasil penelitian WS-2 mengidentifikasi kapasitas alokasi sumber daya penyediaan oksigen dengan menggunakan prosedur standar krisis. WS Milenia / WS-3 mengidentifikasi terdapat unmatched terkait KIA. Hal yang spesifik terkait maintenance dan repairing terutama berbicara dalam konteks Indonesia Timur. WS 4 & 5 mengidentifikasi scattered information : masalah standarisasi, interoperability, masalah sumber daya manusia, internal system di rumah sakit.

Pembahas 1 dari Pusat Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Ida Diana Sari sangat apresiasi dengan penelitian PKMK FK – KMK UGM.  Pusat Kebijakan Pembangunan Kesehatan sedang melakukan kajian terkait kebijakan alat kesehatan dan obat. Bagaimana cara pembuatan alat kesehatan yang baik (CPAKB). Alkes ini hendaknya aman dan terjangkau sesuai dengan CPAKB artinya ada pengendalian mutu untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang diproduksi memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya. Pembahasan 2 dari Sekretariat Jenderal Kemenkes, Nur Hidayat menyampaikan salah satu strategi meningkatkan sistem ketahanan kesehatan adalah meningkatkan ketersediaan, ketahanan farmasi dan alkes. Alkes yang masuk dalam kategori 10 top ten dilihat by value dan by volume. Dari hasil penelitian, harapannya hasil penelitian ini jangan sampai di atas meja, namun alat – alat kesehatan yang diteliti oleh tim UGM bisa diproduksi massal dan dimanfaatkan di Indonesia. Sesi ini ditutup oleh moderator, dr. Bella Donna menyampaikan masih ditemukan beberapa kekurangan dalam kajian yang sudah dilakukan. Ada satu poin penting dalam situasi pandemi bencana non alam yaitu kebutuhan manajemen, baik dari regulasi, internal fasilitas maupun government, terdapat critical point yang harus di – manage sejak awal. Penelitian – penelitian ini harapannya menjadi evidence based mendukung knowledge dan menghasilkan best practice.

Selanjutnya sesi kedua pemaparan hasil penelitian WS 1 dan WS 2 yang dimoderatori oleh Widy WIdayah, MPH. Hasil penelitian WS-1 berjudul Update survei peralatan biomedis COVID-19 di Indonesia disampaikan oleh dr. Sandra Frans, MPH. Penelitian ini menggunakan frameworks oxygen system dari WHO. Peralatan terkait produksi, pemberian oksigen, dan sistem pendukung tersedia di sebagian besar rumah sakit, dengan lebih banyak dimiliki oleh rumah sakit pemerintah dan rumah sakit kelas A dan B. Beberapa alat medis yang dimaksud antara lain jaringan pipa dinding ga medis, konsentrator oksigen HFNC, BiPAP/CIPAP dan ventilator.  Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah instrumen yang digunakan WHO bisa diadaptasi di Indonesia dalam konteks situasi bencana, simulasi kebutuhan oksigen di RS. Monitoring terintegrasi dengan aplikasi yang sudah ada dan dimanfaatkan ke dalam pengambilan keputusan. Dinas kesehatan sebagai stakeholder penting untuk pemetaan peralatan biomedis di daerahnya.

Hasil peenlitian WS-2 berjudul Pemetaan Stakeholder terhadap Dukungan Oksigen Medis dalam Penanggulangan COVID-19 : Koordinasi dan Alokasi Sumber Daya dipaparkan oleh Madelina Ariani, SKM, MPH. Perumusan permasalahan dalam penelitian ini tidak membandingkan 6 daerah namun menggambarkan perwakilan Indonesia untuk melihat bagaimaana situasi oksigen medis pada gelombang kedua.  Krisis oksigen medis tidak dapat diprediksi dan tidak disangka, sehingga semua daerah mengalaman emergency situation namun tidak semua daerah mengalami emergency crisis. Permasalahan kebutuhan oksigen tadi dari perencanaan bingung bagaimana menghitung kebutuhan oksigen. Catatan penelitian diringkas dalam 3 poin yaitu perencenanaan, emergency response (koordinasi) dan alokasi sumber daya. Koordinasi ICS itu terpadu terhadap jenis bencana apapun. Rekomendasi dari hasil penelitian ditujukan kepada Pusat Krisis Kesehatan (PKK) Kemenkes terkait pelatihan, Kemenko PMK terkait manajemen rencana kontingensi, kepada Kemenkes terkait pemetaan kapasitas produksi oksigen medis dan kepada pemeritah pusat dan produsen terkait peluang pembangunan depo cadangan oksigen medis.

Pembahas 1 yaitu drg Leny dari PKK Kemenkes menyampaikan rekomendasi yang ditujukan untuk PKK adalah hal yang memang dibutuhkan. Dimana PKK sudah rutin melakukan penguatan kapasitas daerah dalam beberapa tahun ini melalui pelatihan rencana kontijensi. Rekomendasi ini akan dipakai untuk memperkaya materi pelatihan rencana kontijensi khususnya di materi perhitungan kapasitas maksimum baik untuk bencana alam dan non alam. Pembahas 2 adalah dr. Nia Reviani, MAPS dari Kemenko PMK menyampaikan bahwa sinkronisasi pengendalian dan kebijakan sangat penting.  Perlu adanya komitmen bersama untuk sinkronisasi kebijakan ini. Ini tidak bisa tugas kemenkes saja namun dengan beberapa organisasi, kementerian lainnya dan stakeholder lainnya. Hasil penelitian ini harapannya bisa disampaikan secara resmi kepada Kemenko PMK sebagai leading Koordinasi Sinergitas dan Pemantauan (KSP), supaya supaya temuan – temuan atau rekomendasi dari penelitian ini bisa terimplementasi dengan baik. Pembahas 3 yaitu dr. Yudhi Amiarno, SpU dari ARSADA menyampaikan bagaimana tata kelola udara/ ventilasi di RS juga sangat penting untuk diteliti. ARSI juga membagikan pengalaman mereka saat dilapangan bagaimana kegalauan RS menghadapi regulasi atau panduan yang cepat berubah.

Sesi ini ditutup dengan tanggapan dari peneliti yang berterimakasih atas rencana fasilitasi untuk KSP dari Kemenko PMK, informasi pengalaman ARSI dan ARSADA, dan dukungan dari PKK Kemenkes. Oleh karena itu, peneliti memetakan peran RS juga salah satunya untuk support self management dan transfer information. Catatan penting lainnya ialah rumah sakit dan dinas kesehatan membutuhkan tim manajemen.

Reporter : Happy R Pangaribuan

Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM

 

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*