Pelatihan Mengembangkan Kemampuan Public Speaking Bagi Peneliti PKMK

Pelatihan  Mengembangkan Kemampuan Public Speaking  Bagi Peneliti PKMK

PKMK – Yogya. PKMK UGM kembali menggelar pelatihan public speaking untuk peneliti dan manajer pada Selasa (4/8/2020). Kegiatan berlangsung di Common Room, Gedung Litbang, FK – KMK UGM. Narasumber kali ini ialah Bagas Setyawan, S. Sos  yang merupakan MC profesional, trainer, tour leader serta duta seni untuk RRC). Para peserta pelatihan hadir secara langsung, namun mayoritas mengikuti secara online (dari 29 titik). Acara dibuka oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M. Sc, PhD selaku Ketua Board PKMK. Laksono menyatakan pelatihan kali ini untuk menghindari salah pengucapan saat live siaran dalam diskusi yang kerap diselenggarakan di PKMK. Ke depannya, harapannya peneliti dapat menguasai kiat – kiat menjadi MC dan penyiar radio. Pasalnya media yang digunakan public speaker ialah live, audio dan audio visual. Pelatihan ini dilaksanakan selama Agustus 2020. Pertemuan pertama dimulai pada 4 Agustus, lalu disusul  5 Agustus selama 1 hari full yang terbagi dalam beberapa sesi.

MATERI PUBLIC SPEAKING      MATERI BERANI NGOMONG

Pertemuan 1: Teknik Melatih Suara

4 Agustus 2020, pkl 13.30 – 15.15 WIB PKMK – Yogya. PKMK UGM kembali menggelar pelatihan public speaking untuk peneliti dan manajer pada Selasa (4/8/2020). Kegiatan berlangsung di Common Room, Gedung Litbang, FK – KMK UGM. Narasumber kali ini ialah Bagas Setyawan, S. Sos  yang merupakan MC profesional, trainer, tour leader serta duta seni untuk RRC). Para peserta pelatihan hadir secara langsung, namun mayoritas mengikuti secara online (dari 29 titik). Acara dibuka oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M. Sc, PhD selaku Ketua Board PKMK. Laksono menyatakan pelatihan kali ini untuk menghindari salah pengucapan saat live siaran dalam diskusi yang kerap diselenggarakan di PKMK. Ke depannya, harapannya peneliti dapat menguasai kiat - kiat menjadi MC dan penyiar radio. Pasalnya media yang digunakan public speaker ialah live, audio dan audio visual. Pelatihan ini dilaksanakan selama Agustus 2020. Pertemuan pertama dimulai pada 4 Agustus, lalu disusul  5 Agustus selama 1 hari full yang terbagi dalam beberapa sesi. “Ngomong kok harus belajar, karena ternyata dapat dipelajari”, ungkap Bagas. Karir Bagas sendiri dimulai di Radio Suara Sakti, milik Suara Merdeka Semarang.  Menurutnya, poin utama dalam public speaking adalah suara, setelah menemukan suara terbaik, diikuti dengan bicara, lalu perhatikan isinya. Pertemuan kali ini khusus untuk membahas suara. Minggu depan untuk bicara dan minggu ketiga menulis untuk menyusun isi bahan bicara. Terkait suara, banyak yang kurang menyadari bahwa umumnya orang sering mengulang kata saat berbicara. Kesalahan lain yaitu banyak menggunakan kata ‘e’. Bagas menyemangati peserta bahwa orang yang memiliki dasar public speaking  yang baik umumnya memiliki peluang kerja lebih banyak. Bagas memulai paparan dengan menyatakan hal yang menjadi ketakutan hampir semua orang adalah berbicara di depan umum. Beberapa hal yang disampaikan peserta saat sesi berlangsung, umumnya kendala yang dialami peserta yaitu tidak biasa berbicara, tidak menguasai materi, grogi, tidak memiliki bahan bicara, takut salah, takut orang tidak tertarik, kurang percaya diri, takut  pada mikrofon (mental block), serta berbicara bersama bos di depan audiens. Maka, hal yang perlu diperhatikan saat akan berbicara di depan umum: unsur pengalaman, persiapan (termasuk tone suara, variasi nada dan variasi suara), serta siap secara materi. Suara harus diperbaiki lebih dulu, menurut pengalaman pembicara setelah training diberikan olehnya hanya 3 dari 10 orang yang melakukan kiat - kiat pelatihan. Tiga  cara bernafas diantaranya:
  • Nafas dada (dada membusung/mengembang, perut kempis)
  • Nafas perut (perut yang membusung)
  • Keduanya dapat kita isi yaitu dengan nafas diafragma atau 100 persen kita isi udara.
Bagas menegaskan hal ini dapat dikuasai jika dilakukan serius dan terus  menerus. Pedoman untuk public speaker:  latihan berbicara di depan umum, tetap menjadi diri sendiri, bukan hanya bicara tapi apa yang dibicarakan, kemampuan meramu bumbu – bumbu suasana, penghayatan materi yang dibawakan dan tidak memaksakan diri untuk diterima. Secara teknis: latihan tarik nafas diafragma, pembuktiannya tiup namun agar efisien maka humming agar suara kuat dan bulat. Dalam latihan ini, yang terberat adalah disiplinnya. Prinsip penampilan: good looking, bukan perkara kerupawanan wajah. Tambahan dari Bagas ialah kita harus percaya diri, namun tidak over. Reporter: Widarti/ PKMK Foto kegiatan Dok. Sohid/PKMK. Para peserta pelatihan mengembangkan kemampuan public speaking melakukan tarik suara dalam sesi latihan bersama narasumber (4/8/2020). Dok. Wiwid/ PKMK. Bagas Setyawan, S. Sos memaparkan materi Public Speaking di UGM (4/8/2020)

Pertemuan 2: Cara Berbicara yang Baik dengan Penguasaan 6 Instrumen

5 Agustus 2020, pkl 10.00 – 12.00 WIB Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM , pada Rabu, 5 Agustus 2020 kembali menyelenggarakan pelatihan public speaking yang merupakan kelanjutan dari pelatihan sebelumnya pada tanggal 4 Agustus 2020. Dalam pertemuan kedua ini, narasumber pelatihan Bagas Setyawan, S.Sos memberikan materi mengenai cara berbicara yang baik meliputi 6 instrumen yakni Artikulasi, Intonasi, Aksentuasi, Speed, Pace, dan Ekspresi. Keenam instrumen tersebut merupakan syarat wajib bagi seorang pembicara untuk bisa meraih sukses dalam mendapatkan perhatian audiens atau pendengar, selain isi atau konten yang dibicarakan. Bagas juga menjelaskan arti dari masing-masing instrumen, pertama adalah Artikulasi artinya kejelasan suara atau pelafalan kata. Artikulasi seringkali berkendala pada orang yang memiliki cadel. Namun menurut Bagas, cadel itu bukan merupakan kecacatan atau tidak bisa dirubah namun hanya merupakan factor kemalasan yang tidak dilatih sedari kecil. Maka dengan latihan yang baik, cadel dapat hilang meski baru dilatih saat sudah dewasa. Kemudian masuk ke instrument Intonasi yakni tinggi rendahnya suara. Intonasi yang baik harus bervariasi atau tinggi rendahnya diatur, karena intonasi yang datar membuat pendengar menjadi bosan. Instrumen ketiga yakni Aksentuasi, yang merupakan penekanan pada kata-kata yang akan ditonjolkan sehingga pendengar lebih fokus terhadap kata tersebut. Instrumen keempat yakni Speed atau kecepatan suara. Speed yang baik yakni maksimal dua kata atau minimal satu kata per detik. Jika lebih atau kurang dari itu maka speed berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat. Instrumen kelima adalah Pace yang seiring dengan speed atau lebih ke jeda antar kata. Kemudian instrument terakhir yakni Ekspresi, yang merupakan penjiwaan atau penghayatan seseorang dalam berbicara. Ekspresi menjadi penting karena tanpa ekspresi pembicara akan terkesan seperti robot dan membuat pemirsa atau pendengar bosan. Selain pemaparan materi, peserta pelatihan juga diminta satu persatu untuk mempraktekkan instrumen-instrumen tersebut dalam berbicara sehingga terlihat bagian mana saja yang masih kurang dan perlu diperbaiki. Tidak hanya peserta yang hadir tatap muka namun juga peserta yang bergabung secara online. Dalam pelatihan juga muncul sejumlah pertanyaan dari para peserta. Diantaranya pertanyaan dari Yos Hendra dari divisi MRS PKMK yang menanyakan bagaimana caranya menyamakan frekuensi antara pendengar dengan pembicara ketika frekuensi itu berbeda, misalkan seorang akuntan yang melalukan presentasi di hadapan para dokter. Menjawab pertanyaan ini, Bagas menjelaskan agar si akuntan dapat menjelaskan setiap istilah-istilah yang kurang familiar dipahami dan bisa masuk ke dunia si audiens dengan melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu sebelumnya. Pertanyaan lain juga diajukan oleh Sealvy Kristianingsih dari PKMK yang menanyakan apakah dialek kedaerahan tertentu dapat mempengaruhi cara berbicara dan bagaimana cara mengatasinya. Menjawab pertanyaan ini Bagas membenarkan bila dialek kedaerahan kerap mempengaruhi cara berbicara, namun hal itu dapat dilatih secara terus menerus dengan menggunakan dialek bahasa Indonesia yang baik dan benar, bukan dialek masing-masing daerah. (Edna)

Pertemuan 3: Menarik Pendengar dengan Kalimat Pertama yang Relevan, Bikin Penasaran, dan Tidak Biasa

11 Agustus 2020, pkl 13.00 – 15.00 WIB Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM , pada Selasa, 10 Agustus 2020 kembali menyelenggarakan pelatihan public speaking yang merupakan kelanjutan dari pelatihan sebelumnya pada 4 dan 5 Agustus 2020. Dalam pertemuan ketiga sekaligus pelatihan tahap akhir ini, narasumber pelatihan yaitu Bagas Setyawan, S.Sos melanjutkan materi mengenai membuat konten menarik yang membuat pendengar tetap setia menyimak materi yang kita bicarakan. Membuat pendengar tetap tinggal ini tidak bisa dilakukan tanpa persiapan. Kuncinya ada di pemilihan topik atau tema, konten yang sistematis, serta dengan kalimat pertama yang harus mencakup 3 unsur utama yakni relevan, curiousity, dan unusual. Topik atau tema, jelas merupakan poin pertama yang membuat pendengar atau audiens berkeinginan menyimak materi kita. Sedangkan materi yang tidak disusun dengan sistematis akan membuat pembicaraan berputar-putar tidak pada intinya. Kunci penting lain yakni kalimat pertama yang mencakup relevansi, curiousity dan unusual.

Bagas menjelaskan satu persatu mengenai 3 unsur kalimat pertama tersebut. Relevansi artinya berkaitan atau nyambung dengan topik yang akan dibicarakan. Kemudian curiousity yakni membuat pendengar penasaran sehingga tetap ingin mendengar kelanjutan ceritanya, sementara unusual yakni materi yang dibicarakan unik atau tidak biasa. Bila 3 unsur di kalimat pertama sudah terpenuhi, maka kalimat - kalimat selanjutnya hanya menjadi penjelas. Bagas menekankan perlunya seorang pembicara membuat script atau naskah sebelum berbicara agar sistematis dan tertata. Jangan malas - malas menyusun script bila tidak ingin pendengar pergi atau malas mendengarkan materi kita. Hal lain yang mempengaruhi gaya bicara adalah personality style meliputi style formal, non formal, dan gabungan. Tone suara juga turut mempengaruhi yang terbagi atas tone suara komunikatif dan presentatif. Bagas juga memberikan tips-tips berbicara yang baik, yang dapat diterapkan saat melakukan public speaking yakni: (1) biasakan spontan, (2) tampilkan materi sesuai kemampuan, (3) selalu berpikir positif, (4) konsentrasi pada materi, (5) menanggapi reaksi audiens secara proporsional, (6) smiling faces dan smiling voice, (7) sikap tubuh santai, (8) bahasa tubuh seperlunya, (9) menajamkan pandangan mata, (10) berpakaian sesuai dan menarik, (11) alihkan perasaan beban menjadi semangat, (12) penampilan kita adalah yang kita tunggu - tunggu, (13) siap mengantisipasi kesalahan dengan tenang, (14) segala usaha harus disertai doa. (Edna)

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*