Pandemi COVID-19 telah memukul keras sistem kesehatan di berbagai negara. Pembelajaran menjadi variabel kunci dalam respon sistem kesehatan sebuah negara dalam menghadapi krisis ini. Banyak hal yang dapat dipelajari dari respon terhadap gelombang pandemi COVID-19, penelitian inovatif, dan berbagai publikasi baru yang membantu mengatasi dampak pandemi. Tentunya proses tersebut juga meninggalkan jejak berupa hilangnya nyawa pasien dan juga dampak ekonomi yang masif. Kejadian ini mengingatkan kita bahwa proses belajar adalah suatu proses yang berjalan seumur hidup.
covid
Dalam konteks pandemi COVID-19, konsep sertifikat vaksinasi digital diusulkan sebagai mekanisme untuk menyimpan data kesehatan seseorang yang terkait COVID-19 secara digital melalui sertifikat elektronik. Sertifikat vaksinasi digital adalah dokumen yang menunjukkan status vaksinasi COVID-19 seseorang dan dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan atau sebagai bukti vaksinasi untuk tujuan kegiatan lain. Pendekatan konsep ini dirumuskan sebagai Digital Documentation of COVID-19 Certificates: Vaccination Status (DDCC:VS).
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu penyakit infeksi yang saat ini menjadi focus utama di seluruh dunia adalah COVID-19. Pandemi ini mendorong fasilitas pelayanan kesehatan untuk memperkuat aktivitas PPI-nya.
World Health Organization (WHO) telah menerbitkan berbagai standar dan tools yang terkait implementasi PPI. Namun perlu diakui bahwa publikasi sebelumnya tidak spesifik ditujukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) primer. Publikasi baru ini didasarkan pada pedoman, standar, dan tools PPI WHO yang sudah ada dan memiliki relevansi langsung bagi fasyankes primer. Target audiens utama dari dokumen ini adalah tenaga kesehatan, staf PPI, staf dinas kesehatan atau kementerian, para manajer fasyankes primer, dan tenaga professional lain yang tertarik untuk mengembangkan atau memperkuat program PPI di fasyankes primer.Program PPI merupakan bagian integral dalam sistem kesehatan nasional.
Salah satu penanganan yang dilakukan dalam menghadapi pandemi COVID-19 adalah melalui vaksinasi. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) telah menerbitkan dokumen COVID-19 vaccine tracker yang mengumpulkan informasi rinci dari setiap kandidat vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan. Dokumen ini memungkinkan setiap orang untuk memantau secara dekat kemajuan pengembangan vaksin COVID-19.
Tujuan dari penulisan dokumen ini adalah:
- Menyediakan tabel ringkasan kandidat vaksin COVID-19 dalam pengembangan di tahap klinis maupun pra-klinis;
- Memberikan analisis dan visualisasi untuk beberapa kategori kandidat vaksin COVID-19;
- Melacak kemajuan dari studi tiap vaksin pada tahap pra-klinis, uji klinik Fase 1, uji klinik Fase 2 hingga Fase 3 dan termasuk Fase 4 yang terdaftar;
- Menyediakan tautan ke laporan yang dipublikasikan tentang keamanan, dan data efikasi kandidat vaksin;
- Memberikan informasi tentang platform utama dari setiap kandidat vaksin dan
- Memungkinkan pengguna untuk mencari vaksin COVID-19 melalui berbagai kriteria pencarian seperti platform vaksin, jadwal vaksinasi, rute pemberian, pengembang, fase uji coba, dan luaran klinis.
WHO menyebutkan bahwa data ini akan diperbaharui dalam dua kali seminggu
Ikatan Farmakologi Indonesia (IKAFI) bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Farmakologi Klinik (PERDAFKI) menyelenggarakan webinar yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penggunaan obat dan pengobatan COVID-19. Webinar ini dibuka dengan pengantar dari Dr. apt. Dra. L. Rizka Andalucia, M.Pharm. (Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif Badan POM RI). Menghadirkan empat pembicara yakni Prof. Dr. apt. Keri Lestari, Msi. (IKAFI Jawa Barat), dr. Budiono Santoso, Ph.D., SpFK (IKAFI-PERDAFKI Yogyakarta), Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, SpFK (IKAFI-PERDAFKI Jakarta), dan dr. Gestina Aliska, SpFK (IKAFI-PERDAFKI Sumatera Barat). Webinar ini dipandu oleh apt. Drs. Victor S. Ringoringo, S.E., M.Sc. (IKAFI Jakarta).
Kementrian Kesehatan resmi menetapkan harga acuan tertinggi Swab RT-PCR di daerah pulau Jawa dan Bali sebesar Rp 495 ribu dan di luar pulau Jawa dan Bali sebesar Rp 550 ribu. Batas tarif tertinggi tersebut berlaku untuk masyarakat yang melakukan pemeriksaan RT-PCR atas permintaan sendiri. Batas tarif tertinggi tidak berlaku untuk kegiatan penelusuran kontak atau rujukan kasus COVID-19 ke rumah sakit yang penyelenggaraannya mendapatkan bantuan pemeriksaan RT-PCR dari pemerintah, atau merupakan bagian dari penjaminan pembiayaan pasien COVID-19.
Pada bulan Juli 2021, Indonesia menghadapi peningkatan jumlah kasus COVID-19. Ketersedian obat, alat pelindung diri (APD), dan bahan habis pakai menjadi tantangan yang membayangi seluruh rumah sakit yang melakukan penanganan pasien dengan COVID-19. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan dan sarana prasarana pun turut menambah ramai pemberitaan di media massa.
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan panduan WHO COVID-19 Essential Supplies Forecasting Tool (COVID-ESFT) untuk membantu persiapan respon kasus COVID-19. Panduan ini memungkinkan pengguna untuk menghitung komoditas esensial yang digunakan dalam proses manajemen pasien dan penanganan kasus secara nasional. Versi panduan saat ini mencakup tiga kategori komoditas penting: alat pelindung diri (APD), alat diagnostik, dan manajemen kasus. Panduan ini telah dirancang agar mudah digunakan, dan memungkinkan pengguna untuk memperkirakan kebutuhan komoditas dengan cepat berdasarkan asumsi data pandemi negara tertentu.
Indonesia dan negara-negara lain masih terus berjuang untuk mengatasi pandemi COVID-19. Berbagai upaya pengendalian terus dilakukan, salah satunya melalui pelaksanaan COID-19. Vaksinasi COVID-19 merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga diharapkan saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami gejala yang ringan.
Vaksinasi COVID-19 di Indonesia mulai dilaksanakan pada Januari 2021 dan diharapkan dapat menjangkau seluruh masyarakat secara bertahap. Dukungan dan partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dalam mendukung kegiatan vaksinasi.
Perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia sedang dalam kondisi tidak baik. Pemerintah berusaha menekan laju penularan penyakit dengan membatasi mobilitas masyarakat namun jumlah kasus positif COVID-19 masih menunjukkan peningkatan. Per 11 Juni 2021, jumlah kasus baru mencapai 36.197 pasien.
Kondisi ini semakin parah dengan terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Puskesmas dan rumah sakit nampak kewalahan dengan meningkatnya pasien. Tenaga kesehatan perlu melakukan penetapan prioritas dalam menangani pasien COVID-19. Salah satunya adalah dengan mengarahkan pasien tidak bergejala dan pasien gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah atau di fasilitas isolasi terpusat. Meskipun sudah 15 bulan pandemi berjalan, masih ada masyarakat umum yang belum memahami tentang isolasi mandiri.
PKMK FK-KMK UGM menghadirkan serial podcast bertajuk COVID Talks. Peningkatan jumlah kasus COVID-19 memiliki dampak pada sistem kesehatan terutama bagi fasilitas pelayanan kesehatan. Episode ini membahas mengenai identifikasi permasalahan logistik rumah sakit (ketersediaan oksigen, obat-obatan, dan alat perlindungan diri) di lingkup nasional di saat terjadi lonjakan kasus COVID-19 dan memberikan informasi mengenai langkah strategis serta regulasi untuk mengantisipasi kelangkaan logistik di Rumah sakit dan fasyankes.